Terimakasih telah berkenan untuk membaca cerita saya, mohon kritiknya ya teman-teman. Kritik bisa melalui comment.
Hope you like it yaa🥰
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
Memilih untuk menutup buku yang telah dirangkainya bersama Ara adalah sebuah keputusan yang sungguh berat. Cintanya ternyata tak semulus itu, tak sesuai dengan skenario yang sudah ia rencanakan bersama Ara.Annara, sosok yang baik dan terindah yang akan senantiasa berada dalam ruang yang telah ia siapkan untuk segala hal yang berkaitan dengannya. Sosok yang penyayang, unik dan ceria yang hampir saja membuatku engga untuk melepasnya, membuatku engga untuk beranjak sedikitpun darinya.
Namun sayang, ternyata semesta tak berpihak pada cerita yang telah mereka rencanakan. Semesta punya rencana lain untuk membuka lembaran buku yang baru.
PoV Ken
Hari ini hari pertamaku tanpa Ara. Tanpa sosok yang biasanya senantiasa membangunkan di tiap pagi. Sosok yang senantiasa menjadi semangat di pagi hari hanya untuk mengucapkan selamat pagi. Sosok yang selalu ada untukku dikala senang dan sedih selama lima tahun terakhir ini.
'Ra, apakah kamu juga merasakan kehilangan terdalam seperti yang ku rasa?'
'Apakah kamu baik-baik saja saat skenario yang telah kita bagun bersama tidak bisa berjalan sesuai rencana'
'Apakah kamu akan baik-baik saja tanpaku?'
'Mungkin gak ya Ra, kita masih bisa berteman? Dengan keadaan dan cerita yang pernah terlewati'
'Ra, aku rindu. Ternyata kamu secandu ini untukku'
Tanya Ken bertubi-tubi dalam diam.Semakin aku bertanya, semakin sakit yang ku rasa Ra. Semoga aku bisa segera mengikhlaskan kamu ya Ra.
Dengan memandang foto dirinya bersama Ara, foto yang terlihat sangat bahagia, senyuman yang lebar tercetak jelas diwajah mereka berdua.
Dengan pelan Ken bergumam, Apakah kita akan bisa seperti ini lagi Ra?***
Hari terasa begitu lambat. Semua hal yang pernah dilakukan bersama Ara selalu berputar-putar di pikiran. Hampa, itu yang dirasakan Ken. Sedih harus kehilangan, dan lebih sedih lagi saat harus mengikhlaskannya. Ken tahu bahwa jodoh sudah di atur oleh yang maha kuasa. Ia sangat paham akan hal itu. Namun, tetap saja ia sulit untuk menerima hilangnya Ara.Rintikan hujan terdengar menenangkan dan menyakitkan secara bersamaan. Menenangkan karena mampu menemukan kepingan memory bersama Ara yang pernah dengan sengaja jalan-jalan berdua menggunakan motor, mengelilingi kota dengan laju yang cukup pelan. Bukan karena sedang macet ataupun hal yang lainnya, tapi memang karena itulah yang Ken dan Ara inginkan. Menikmati waktu yang lebih lama bersama. Berdua. Diatas motor.
Terkadang tatapan melalui spion kaca membuat Ken dan Ara tertawa bersama. Sederhana dan bahagia. Dengan tangan kiri ken yang sesekali menepuk paha Ara atau terkadang memegang tangan Ara untuk diarahkan kedepan agar memeluknya. Hal-hal sederhana yang menyenangkan dan membahagiakan.
Namun, rintikan hujan kali ini tak hanya mengingatkan pada kenangan yang menyenangkan tapi juga mengingatkan dan meninggalkan rasa sakit. Karena, kini hal-hal seperti itu tak bisa dilakukan lagi. Andai waktu bisa di putar, pasti Ken akan memilih untuk memberhentikan waktu saat ia sedang tertawa bahagia bersama Ara.
Hidup memang perihal meninggalkan dan ditinggalkan.
Kini, rasa rindu memuncak didada. Jangankan mengikhlaskan, menerima bahwa kini sudah tak ada lagi hubungan antara ia dan Ara saja Ken masih belum bisa. Dan akhirnya, Ken memberanikan diri untuk kembali menghubungi Ara.
"Halo Ra"
"Iya Ken, kenapa?"
"Kamu baik-baik aja?"
" Iya, aku baik"
"Semoga kamu baik beneran ya Ra. Jujur aku sedang ga baik-baik aja. Rasanya aku masih belum bisa menerima bahwa kita harus berpisah kayak gini Ra."
"Semangat ya Ken, kita sama-sama berjuang kan. Aku masih ingat janji kamu Ken. Kita berpisah bukan berarti gak bisa komunikasi kok Ken, kita masih bisa jadi teman"
"Iya Ra, aku paham. Aku akan belajar menerima"
"Ken, terimakasih yaa. Maaf sudah mengecewakan yang pada akhirnya membuat kita saling menyakiti satu sama lain. Kamu baik, semoga lekas bisa cari penggantiku ya, yang lebih baik"
"Ra, jangan aneh-aneh deh. Kamu terbaik kok. Terimakasih untuk segala hal yang pernah kamu lakukan untuk aku yaa, maaf kalo aku pernah punya salah sama kamu. Kamu yang pertama Ra, kamu tahu itu. Kamu gaakan pernah tergantikan. Kamu punya ruang tersendiri dalam labirinku. Lekas membaik untuk luka kita ya, aku sayang kamu Ra. Dan satu lagi, Aku kangen sama kamu, for the last I love you"
"Iya ken, aku juga" Dengan tergesa-gesa Ara menutup telepon dari Ken, ia menangis sekencang-kencangnya.
Suara yang amat sangat akan di rindukan kini telah ia simpan jauh didalam ruangan istimewa. Yang akan senantiasa diingat tiap kata yang pernah diucapkan untuknya.
***
Kini Ken terduduk lemas dikasurnya. Ternyata ceritanya sudah usai. Usai saat belum selesai. Usai dengan akhir yang tak pernah ia tuliskan di skenario cerita. Usai dengan deraian air mata.Mungkin ini memang yang terbaik untuk Ken dan Ara. Memilih untuk sama-sama melepaskan dengan seluruh alasan yang saling tak menginginkan adanya luka antara satu dengan yang lainnya. Naas, pilihan yang dipilih untuk melindungi masing-masing orang yang di sayang ternyata menimbulkan luka baru untuk keduanya.
Kita tidak pernah tahu apa yang akan terjadi pada diri kita selanjutnya. Namun, hidup memang perihal datang dan pergi. Dan kini, Ken dan Ara sedang berada dalam salah satu fase itu.
Pergi.
Kehilangan.
Hal yang paling menyakitkan dari yang menyakitkan.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
'Selamat tinggal'

KAMU SEDANG MEMBACA
Ara
Novela JuvenilPerdebatan soal rasa diujung cita yang pada akhirnya harus berujung pada titik temu kehilangan. Iya, kehilangan yang benar-benar kehilangan.