Prolog

25K 2.5K 153
                                    

Langit mendung, angin dingin bertiup kencang. Setelah monitor detak jantung berbunyi panjang, pada akhirnya jiwa Renee melayang ke atas gedung rumah sakit terbesar di ibu kota.

Sudah tiga bulan Renee dirawat karena penyakit liver kronis dan telah mengalami koma selama lebih dari 3 minggu sebelum akhirnya tubuh itu tidak bisa lagi bertahan. Ia tahu hari kematiannya pasti akan datang dan hanya menunggu waktu sejak pertama kali penyakit ditemukan. Karena kerusakan hati yang parah, bahkan transplantasi hanya akan berhasil 1% dari 10% kemungkinan.

Meski begitu, Renee masih tidak rela dan enggan kehidupannya benar-benar berakhir. Bagaimana dengan putranya yang baru berumur 10 tahun? Bagaimana dengan suaminya yang berhati dingin? Apakah mereka akan merasa kehilangan?

Mengira bahwa jiwanya akan segera dijemput oleh malaikat dan dibawa untuk penghakiman, tiba-tiba pusara hitam yang sangat kencang menarik jiwanya menuju kegelapan yang tidak berdasar.

Gelap...gelap...gelap...

Ketika Renee membuka matanya, silau cahaya membuatnya harus menyipit dan menyesuaikan perlahan. Cahaya menyilaukan itu bukan lampu, tapi matahari.
Renee tertegun ketika jiwanya melayang di bawah terik mentari. Ia semakin terkejut saat menyadari bahwa ia mengenal sebagian besar orang-orang berpakaian hitam di sana. Itu adalah hari pemakamannya.

Renee menyaksikan adegan di mana Ayah dan Ibu angkatnya, serta adik perempuan itu sesekali mengusap air mata. Tentu saja ia tahu mereka mungkin berakting. Lagi pula ia tidak peduli.

Renee segera beralih pada wajah putranya yang tanpa ekspresi dan sedikit kecewa. Tapi melihat matanya tampak sembab, ia juga merasa berduka. Ketika beralih pada lelaki tampan dengan fitur 4 dimensi di sisi putranya, Renee hanya melihat jejak lelah di wajahnya tanpa emosi sedikit pun. Renee tidak tahu seperti apa perasaannya. Sedih? Kecewa? Atau marah? Pria yang telah menjadi suaminya selama 10 tahun itu nyatanya...ia sendiri tidak pernah bisa memahaminya sama sekali.

Waktu berlalu, satu persatu pelayat pergi. Menit berganti, jam berlalu, tapi hingga matahari siap terbenam, Renee terkejut mendapati pria itu,  suaminya, Sein O’Vallois tidak berencana beranjak selangkah pun dari nisannya.

Sebelum pusara hitam kembali membawanya, bisikan pria itu terdengar....

Jika saja aku lebih memperhatikanmu, mungkin semuanya berbeda.

Gelap...gelap...gelap...

Kegelapan tidak berujung membawanya masuk ke dunia yang ia kenal. Seperti pita kaset yang diputar, jiwa Renee menyaksikan satu persatu setiap adegan sepanjang hidupnya yang diputar seperti sebuah film.

Kehidupan awal ketika ia lahir, saat ia tumbuh sebagai balita, memasuki taman kanak-kanak, memiliki adik laki-laki, kecelakaan orang tuanya, hilangnya adik lelakinya, usia dua belas tahun ketika ia diadopsi dari panti asuhan oleh pasangan muda, pengabaian orang tua angkat atas kelahiran putri kandung mereka, tumbuh menjadi gadis menawan dan cerdas, malam pertemuan dengan suaminya, melahirkan putranya, hingga hari kematian.

Semuanya tanpa henti diputar seakan ia terlibat langsung ke setiap detik adegan. Tapi rupanya, cerita itu masih terus berlanjut bahkan setelah kematiannya.

Yang lebih mengejutkan yaitu hal-hal yang tidak pernah Renee tahu seperti penyebab kematiannya diputar tanpa rahasia. Ia tidak menyangka semua itu merupakan konspirasi dan rencana bertahun-tahun yang dilakukan oleh Ayah-Ibu angkat beserta saudari yang mengincar posisi dan warisannya sendiri.

Renee tidak mau, marah, dan putus asa. Kebencian dan dendam seperti nyala api yang berkobar di dadanya. Tetapi semua rasa sakit itu belum berakhir.

Satu persatu kejadian yang diderita putranya terungkap. Trauma yang dialami akibat kekerasan fisik saat kecil, kesepian dan rasa tidak diinginkan, masa pemberontakan, hingga masa depannya sebagai pemuda yang dingin dan kejam. Tapi sekeras apa pun Renee berteriak untuk menghentikan adegan-adegan kehidupan putranya yang tragis dan hancur, ia tidak bisa menghentikan film yang terus diputar.

Tidak...putranya tidak bisa tumbuh dan berakhir seperti itu...

Sayangnya Tuhan masih belum puas untuk menunjukkan padanya.

Hingga sampai pada adegan yang tidak pernah Renee bayangkan, ia terkejut dan tidak percaya. Suami yang selama ini ia pikir acuh dan dingin adalah orang yang mencintainya dalam diam, yang akan mengingatnya dalam setiap langkah, yang akan duduk di pusara makamnya dalam setiap kesempatan, yang menua dan kesepian hanya untuk mencintainya.

Renee ingin menyangkal. Tidak mungkin. Pria yang selalu berdiri di bawah sinar bulan untuk menatap fotonya pasti bukan suaminya. Tapi semakin banyak Renee menonton setiap adegan, semakin hatinya terasa seperti diremas.

Namun, sepertinya rasa sakit itu tidak cukup. Jiwa Renee terbang pada satu adegan yang berhasil menghancurkan pertahanannya.

“Apa yang patut kau rindukan darinya? Sangat menyedihkan,” Pemuda tampan itu mencibir sarkas.

“Caleen, dia ibumu!” Pria paruh baya, Sein yang masih tampak tampan itu memperingatkan.

“Ibu? Aku tidak ingat lagi seperti apa wanita itu. Apakah wanita egois yang hanya mencintai pekerjaan...”

Plak!

Sebuah tamparan mendarat di pipi Caleen bahkan sebelum pemuda itu menyelesaikan ucapannya. Untuk pertama kali Sein menampar putranya, ada sedikit rasa penyesalan. Tapi ketika melihat pemuda itu tersenyum dengan kejam, tiba-tiba hati Sein menjadi sangat marah.

“Oh...aku tahu aku tidak diinginkan. Bukankah bagi kalian aku hanya putra yang lahir karena kecelakaan?”

“Kau!”

Cukup...cukup...Sein...Caleen...

Melihat setiap adegan nyata di depannya tanpa bisa menyentuh apa pun, Renee hanya bisa menangis memohon dengan sedih untuk menghentikan semuanya. Dua orang yang berharga untuknya, tidak bisa berakhir dengan menderita.

“Tidak, aku mohon berhenti, jangan seperti itu, berhenti, jangan lagi...”

Semakin adegan-adegan itu diputar, semakin hatinya tidak tahan dan hancur berkeping-keping. Hanya isak tangis yang bisa ia lakukan.

Maaf...maaf...

Ketika Renee merasa bahwa tubuhnya tidak lagi tahan pada kesakitan, cahaya putih bersinar membuat wanita itu menyilangkan tangan di depan matanya. Sebelum ia sempat membuka mata, tubuhnya terasa tersedot ke dalam cahaya terang. Satu-satunya hal yang bisa Renee lakukan adalah berdoa pada Tuhan.

Jika saja ada kesempatan kedua di dunia ini, ia akan menebus semuanya.

Sae-ssi || 2020

Rebirth Become A Good MotherTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang