Pieces 11 - Home

38.8K 3K 955
                                    

Papa goodness is higher than the mountain, Mama goodness is deeper than the sea --- Caleen

Ketika Renee membuka mata, cahaya matahari sesekali menembus celah tirai yang bergoyang. Melirik jam digital di nakas telah menunjukkan pukul 11, wanita itu hanya bisa menahan desisan dan buru-buru beranjak. Baru akan turun dari ranjang, pintu ruangan lebih dulu terbuka. Sein masuk dan segera berjalan mendekati istrinya.

“Sudah bangun?”

Renee hanya bisa menahan kekesalan dan memelototi pelaku yang membuat tubuhnya terasa seperti diinjak-injak.

“Kenapa tidak membangunkanku? Sudah sangat terlambat. Bagaimana dengan little bun?”

“Tidak apa-apa. Ibu datang sejak pagi dan mengurusnya.”

Renee sedikit terkejut dan merasa sangat malu. Orang tua Sein memang tinggal di vila terpisah untuk menikmati waktu pensiun dengan santai. Mereka sesering mungkin datang ke vila utama Vallois untuk menengok Caleen. Tapi mendengar bahwa hari ini keduanya tiba sejak pagi, Renee benar-benar menyalahkan Sein sudah membuatnya sangat lelah sehingga bangun saat matahari di atas kepala.

“Ini semua salahmu!”

“Baiklah, maaf, ini salahku,” Sein dengan patuh mengaku salah, lalu membujuk dengan lembut, “Apa masih sakit? Ingin aku memijat?”

“Tidak perlu,” Renee menolak mentah-mentah, “Aku akan turun untuk sarapan.”

“Benarkah tidak apa-apa?” Sein bertanya dengan rasa bersalah, “Sarapan saja di kamar dan beristirahat lagi, oke?”

Renee kembali melotot dan mencubit pinggang suaminya, “Ayah dan Ibu di sini, bagaimana bisa aku terus beristirahat di kamar. Lagi pula, little bun pasti khawatir jika tidak melihatku keluar.”

Sein ingin kembali membujuk tetapi berakhir tidak mengatakan apa-apa. Pria itu mengangguk patuh dan  mengangkat istrinya menuju kamar mandi.

Akhirnya setelah setengah jam berlalu, mereka berjalan menuruni anak tangga. Renee melangkah perlahan di samping suami yang memegangi lengannya. Wanita itu juga sengaja memakai turtleneck lengan panjang yang dipadu rok selutut untuk menutupi jejak-jejak stroberi yang Sein tinggalkan di tubuhnya.

Mendengar langkah kaki di tangga, Nyonya Vallois dan Caleen segera menoleh. Mendapati Renee akhirnya turun, Caleen beranjak dari sofa ruang keluarga dan berlari memeluk kaki ibunya. Pria kecil itu tidak bisa menyembunyikan sorot gugup dan khawatir sejak pagi setelah mendengar bahwa ibunya tidak enak badan sehingga membutuhkan istirahat lebih banyak.

“Apa Mama baik-baik saja? Apa Mama merasa lebih baik? Papa mengatakan Mama terlalu lelah dan harus istirahat lebih banyak.”

Menghadapi pertanyaan bertubi-tubi Caleen dengan wajah susu yang cemas membuat hati Renee melembut. Wanita itu membungkuk untuk mencium pipi putranya.

“Tidak apa-apa. Mama merasa lebih baik.”

“Bagus...” Caleen menjawab dengan tatapan lega.

Renee hanya bisa tersenyum tidak berdaya melihat perhatian putranya. Ia mengalihkan tatapan pada Nyonya Vallois yang juga duduk di sofa dan segera tersipu. Untuk mencegah menantunya merasa lebih malu, Nyonya Vallois mengedipkan sebelah mata pada Sein dengan senyum polos.

“Ayo,  cepat bawa Renee ke dapur untuk sarapan. Pelayan sudah menghangatkan makanan.”

Sein mengangguk mengerti, lalu mengajak istrinya berjalan menuju ke dapur. Melihat bahwa Caleen akan mengekori keduanya, Nyonya Vallois segera memanggil cucunya untuk melanjutkan bermain agar tidak mengganggu waktu berkualitas dua orang.

Rebirth Become A Good MotherTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang