05. Pecinta Musik

219 42 30
                                    

Malam ini angin seperti lelah berhembus

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Malam ini angin seperti lelah berhembus. Membuat suasana menjadi tenang tanpa suara gesekan antar daun.

Karena di dalam rumah terasa pengap, Bryan dan Ryuzna duduk di halaman rumah Ryuzna. Duduk di kursi taman, lebih tepatnya duduk di bawah pohon mangga.

"Indonesia panas banget sih," keluh Ryuzna. Berulang kali ia mengibaskan rambut pendeknya, tapi tetap saja lehernya terasa lengket.

"Kalo dingin ya di Indomaret lah Zel," sahut Bryan tanpa mengalihkan pandangannya dari ponsel.

Ryuzna memutar netranya malas. "Eh Bry, lo besok sore free nggak?" tanya Ryuzna.

Bryan menengok ke Ryuzna, kemudian menyimpan ponselnya ke dalam saku dan menjawab, "Free aja, kenapa?"

"Bantuin gue renovasi kamar mandi, ya? Papa sama mama besok keluar kota ih." Ajak Ryuzna, kemudian merubah posisi duduknya menjadi selonjoran di atas kursi. Kakinya mulai kesemutan karena sejak tadi ia tidak merubah posisi dari duduk bersila. Kaki jenjangnya sengaja ia letakkan di atas pangkuan Bryan. Tidak apa-apa, toh Bryan diam saja.

Bryan menautkan kedua alisnya. "Lah? Kenapa nggak pak tukang bangunan aja deh, kan lebih ahli tuh."

"Nggak ah, bayar. Kalo lo kan gratis nantiㅡ HEH BRYAN! JANGAN PEGANG KAKI GUE!" Teriak Ryuzna, karena dengan jahilnya Bryan memegang kaki kanan Ryuzna. Sungguh, kaki kesemutan itu sangat sakit jika dipegang.

Sedangkan si pelaku hanya tertawa. Seperti tidak berdosa saja.

"Jangan gerak, jangan dipegang! Ini kesemutan beneran anjir."

"Iya iya iyaaa. Emangnya mau lo apain sih?"

Ryuzna tampak berpikir, "Apanya?"

Bryan kesal, ia menghembuskan napasnya kasar.

"Eh Bry, lo jangan buang karbondioksida sembarangan dong!" Ucap Ryuzna dengan lantang, Ryuzna marah. Bagaimana tidak? Malam ini panas dan pengap, dan dengan seenak hati Bryan menghembuskan napasnya. Maksudnya, napas panas Bryan terkena kaki Ryuzna, membuat udara semakin panas saja.

"Gue napas Zel, astaga." Bryan mengelus dadanya sendiri. Seolah dirinya bersabar. "PMS ya lo?"

"Nggak," jawab Ryuzna singkat.

Pandangan Bryan menjadi fokus ke depan. Terjadi keheningan untuk beberapa saat. Tanpa disadari, tangan Bryan menepuk-nepuk kaki Ryuzna sembari bernyanyi,

"Ku hanya diam, menggenggam menahan segala kerinduan. Memanggil namamu di setiap malam. Ingin engkau datang dan hadir dimimpiku. Rindu~"

"Dan waktu kan menjawab, pertemuanku dan dirimu. Hingga sampai kini. Aku masih ada di sini." Ryuzna menyambung nyanyian Bryan.

Seketika Bryan menoleh dan bertanya, "Bisa nyanyi ternyata?"

Ryuzna tersenyum sembari memamerkan cekungan manis dibawah matanya. "Bisa lah," jawab Ryuzna bangga.

Tak Sanggup Melupa #TerlanjurMencintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang