15. Arti Bahagia

236 38 36
                                    

ekhem maaf tadi sore pas nulis kepencet publish gais, mana judulnya alay banget. malu😌🤲

chapter terakhir, semoga tulisan yang masih acak-acakan ini tidak mengecewakan

chapter terakhir, semoga tulisan yang masih acak-acakan ini tidak mengecewakan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.



Bryan terdiam.

"Gue suka sama lo, sebagai cowok, bukan sebagai temen," sambung Ryuzna.

Bryan tertawa dan mengacak-acak rambut gadis itu, "Jadi cewek aneh banget, dulu mama lo nggak keturutan ngidam apa sih?"

Ryuzna menghembuskan napasnya kasar. Kenapa Bryan tidak bisa membedakan mana serius dan mana bercanda?

Iya, Ryuzna paham. Perempuan terkenal dengan gengsinya, sehingga aneh jika mengungkapkan perasaan duluan. Tapi sepertinya gengsi itu tidak berlaku bagi Ryuzna. Menurutnya, suka tidak perlu gengsi. Lebih baik diungkapkan saja, jangan membodohi perasaan sendiri, dan mengungkapkan perasaan bukanlah tugas laki-laki saja, perempuan tentu juga boleh. Itu menurut Ryuzna, sih.

"Bryan, g-gue serius."

Bryan menjauhkan tangannya dari kepala Ryuzna, kemudian menegakkan duduknya. "Udah malem, gue pulang dulu, ya?"

Baru saja hendak bangkit, pergerakan Bryan terhenti karena Ryuzna menggenggam pergelangan tangannya. Bryan kembali duduk lagi.

"Lo marah? Bryan, maafin gue."

Bryan tersenyum tipis dan melihat tangannya yang masih digenggam Ryuzna. "Nggak marah kok, cuma lagi jaga perasaan aja."

"Bryan, apa salah kalo gue suka sama lo?"

Bryan menggeleng, "Suka itu wajar, semua orang ngalamin. Lo suka gue, nggak apa-apa, itu hak lo. But sorry, you love a man who already loves another woman."

"Olivia?" tanya Ryuzna memastikan.

Bryan mengangguk, "Makasih udah kenalin Olivia ke gue."

Seketika itu juga, tangan Ryuzna melepaskan tangan Bryan. Tangannya terasa lemas seketika.

Bryan tentu tidak tega. Ia berjongkok didepan Ryuzna, mendongak menatap Ryuzna yang matanya mulai berair. Bryan mencoba untuk melakukan kontak mata, tetapi Ryuzna berhasil menolaknya.

"Chandra gimana?"

Ryuzna menggeleng.

"Zel, Chandra bukan pacar lo?"

Ryuzna menggeleng lagi, ia masih enggan mengeluarkan sepatah kata apapun.

Kemudian Bryan berdiri, menangkup wajah Ryuzna, membawa wajah gadis itu untuk mendongak, saling mempertemukan arah pandangan mata. Ibu jari Bryan tergerak perlahan, mengusap air mata yang menetes ke pipi. "Lo nangis, gara-gara gue. Maaf, gue nggak ada maksud nyakitin lo. Jangan nangis dong, Bukan Azel yang gue kenal kalo lo nangis, katanya lo ngefans sama Jason Lee Scott."

Tak Sanggup Melupa #TerlanjurMencintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang