11. Rasa dan Rahasia

163 34 29
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.




Didalam sebuah ruangan, terjadi keheningan massal ketika penghuni didalamnya sibuk dengan dunianya sendiri. Ada yang masih membaca saja, ada juga yang membaca sambil menulis. Tetapi diantara lumrahnya itu, Ryuzna tidak menjadi salah satunya.

Buku didepannya tertutup rapi, kepalanya ia rebahkan diatas tangan yang bertumpu diatas meja. Berulangkali judul buku itu sudah ia bacaㅡ bahkan sudah hafal, tetapi jemarinya sama sekali tidak tertarik untuk membukanya, sekalipun halaman pertama.

Jari telunjuknya mengetuk-ngetuk buku bersampul tebal ituㅡ

Puk puk

"Ah kaget!!" Kejutnya refleks ketika seseorang menepuk pundaknya. Untung saja ia tidak memiliki riwayat sakit jantung.

"Ngelamun aja. Nih, coba baca." Seseorang itu memperlihatkan satu halaman di novel yang ia pegang ke Ryuzna.

"Aku masih mengingatnya sebagai bintang yang bersinar adun. Kilauannya berjumbai, merambat pada setiap inci hati. Aku tersenyum kecil, menggelitik rasanya. Kemudian kurasakan, perlahan hatiku mengeluarkan setitik darah. Menyakitkan. Berdosalah aku tidak mengharapkannya kala itu. Dia berharga, dan aku baru menyadarinya." Ryuzna bergumam pelan ketika membaca sebuah paragraf yang ditunjukkan teman satu kelasnya itu. "Terus apaan? Nggak paham gue."

"Nggak apa-apa, gue cuma nyuruh lo baca doang biar nggak kesambet," jawabnya sembari bercengir kuda.

"Karin!" Ryuzna meninggikan nada suaranya. Ia kira akan mendapatkan sesuatu setelah

Seketika atensi manusia disana terfokus pada dua gadis yang duduk bersebelahan itu.

"Psst." Seorang gadis disekitar mereka meletakkan jari telunjuknya didepan bibirnya sendiri. Inara, ia bermaksud supaya kedua temannya itu tidak mengobrol lagi.

"Maaf guys!" Ryuzna meminta maaf, namun nadanya masih sama, cukup lantang.

Kelas mereka sekarang sedang melakukan literasi di perpustakaan. Dibebaskan untuk memilih satu buku genre apapun itu.

Ryuzna memilih buku Kesehatan Lingkungan, dimana pada cover buku bagian belakangnya sudah terdapat beberapa paragraf kesimpulan. Tanpa berpusing-pusing membaca, lebih gampang jika Ryuzna menyalin kesimpulan itu. Tapi masih nanti, ia belum berniat menulis apapun.

Pandangan mata Ryuzna mengedar, ia tidak menemukan keberadaan Bryan. Kemana laki-laki itu?

"Bryan tadi kemana, Li?"

Yang ditanyai menggeleng, tanpa menghentikan kegiatan menulisnya.

"Masak nggak tau?" Tanya Ryuzna lagi.

"Gue nggak tau."

"Kan kalian saudaraan, kali aja bisa telepatiㅡ" Ryuzna menghentikan ucapannya sendiri ketika Bryan baru saja masuk perpustakaan.

Tak Sanggup Melupa #TerlanjurMencintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang