6✓

55 10 3
                                    

Pengen gitu, rasanya. Anak kecil yang lagi digendong Hyunjin sekarang ini di sogok seolah olah nggak pernah ketemu mereka

Tapi anak kecil ini kesasar, kan? Bantuin aja deh, yaudah lah ya daripada Jeongin jadi single daddy tiba tiba

"Lho dek, ortunya dimana? Kok bisa sampe sini?," Hyunjin meraih telapak tangan anak kecil yang mendatangi dirinya dan Jeongin menggunakan kedua tangannya

"W-Waktu dateng, mama papa nggak ada.. hiks.." Tangis anak kecil tersebut menjadi jadi, Hyunjin juga kewalahan, daritadi udah dihibur tapi nangis aja

"Jeong, mending kita bawa dulu aja nih anak kecil, kesian daripada di culik, lho" Ucap Hyunjin kepada Jeongin sembari menepuk bahu yang lebih muda

Jeongin nampak berfikir sebentar sebelum akhirnya menghela napas dan meng-iya-kan permintaan temannya

"Gua kasih odeng, nih. Dek, jangan nangis"

"Nanti kita cari ya orang tua adek. Cup cup cup" Lanjut Hyunjin sembari mengelus pucuk kepala anak kecil tersebut

"Namamu siapa, dek?" Jeongin ikut menekukkan kakinya untuk mensejajarkan anak kecil yang umurnya sekitaran 6 tahun itu

"H–Hyun.. Hyuna" Lah anjem Jeongin kaget, anak kecil ini cewek?

"Hyuna? Okeee, Hyuna mau odeng? Ini ada satu, sisa, sih" Hyunjin memberikan satu cangkir yang berisikan odeng

Awalnya sih nggak mau, dia nolak. Tapi karena laper, yaudah deh dimakan ama Hyuna

"Nah, sekarang kita cari orang tua nya, keliling skuy" Hyunjin memakan permen—

Tunggu, permen?

Jeongin melihat kearah pouch nya, sialan. Hwang Sialan Hyunjin itu mengambil permen dari pouch nya
















































"Jalan gitu doang masa capek, sih? Semangat dong!" Hyunjin menegur Jeongin yang sedang berjongkok

"Jin! Iya elu hantu ga ada capeknya, lah gua?! Bor! Kita dah keliling nih tempat 6 kali lho!" Gantian Jeongin yang marah, Hyuna memperhatikan kedua lelaki itu berargumen

"Hahh yaudah yaudah, ini gua bawa deh anaknya, lu mau kekamar mandi?" Hyunjin bertanya saat melihat Jeongin yang mengambil koin receh di dompetnya, lelaki bernyawa itu mengangguk, Hyunjin pun ikut menganggukkan kepalanya

"Tunggu sini, jagain Hyuna" Jeongin pergi meninggalkan Hyunjin yang bermain dengan anak kecil berumur 6 tahun itu

Hyunjin memperhatikan Hyuna, agak bingung mengapa anak kecil ini justru tidak terkejut melihat dirinya?

I mean.. Kaki Hyunjin terlihat samar, dan itu tak normal sama sekali

Kulitnya juga agak pucat, oh tunggu, Hyuna juga agak pucat

"Hyuna capek? Mau istirahat du– lho?! Hyuna?!" Hyunjin terkejut, ia hanya menutup mata untuk menggaruk matanya yang gatal, tiba tiba anak kecil itu hilang saat Hyunjin membuka matanya

"Anjim! Dimana dah?" Lelaki itu memalingkan kepalanya ke kanan dan ke kiri, mengedarkan pandangan untuk mencari Hyuna

Siap siap di tinju Jeongin, Jin

Tap tap tap

Hentakan kaki kaki kecil itu terdengar oleh Hyunjin, Hyunjin mendongakkan kepalanya yang tadi tertunduk, melihat Hyuna yang sedang berdiri jauh didepannya

"Ah! Hyuna!" Hyunjin menghela napas, ia kira ia akan di usir oleh Jeongin dari kehidupannya

"Sini! Jangan jaoh jaoh, nanti ketubruk orang!" Terlambat, ada orang yang sepertiny sudah tua, menubruk tubuh mungil Hyuna

Hyunjin terdiam, sejenak kemudian ia sadar Hyuna bahkan tak terjatuh saat tertubruk lelaki yang melewatinya tadi

Sunyi. Sunyi memenuhi keadaan kedua arwah yang saling bertatap tatapan

Arwah? Dua?

Ya.

Hyunjin shock, sejenak kemudian ia tersenyum, senyum mencurigakan

"Oh."
"Moon Hyuna."



































"Sorry Jin gua lam— eoh?" Jeongin terkejut, hal yang pertama kali ia liat adalah Hyunjin memegang notebook biru

Tanpa Hyuna.

"Dia dimana?" Tanya Jeongin pada Hyunjin, pemuda jangkung itu merespon dengan melihat ke arah Jeongin terlebih dahulu sebelum berkata–

"Tadi udah ketemu orang tuanya, belum sempet pamitan sama kamu, ya?" Jeongin makin merasa aneh, kenapa Hyunjin menggunakan aku-kamu? Biasanya juga bajing-setan

Jeongin menggeleng, Hyunjin mengangguk sebelum menghilangkan notebook itu dari pandangan Jeongin dan dirinya

"Lu laper gak?" Posisi mereka saat ini sudah diluar Namsan

Udah, Jeongin gabakal mau masuk Namsan lagi

"Lah mana bisa laper?– tapi kalo lu yang nawarin boleh lah ya traktir" Hyunjin tersenyum, Jeongin hafal betul senyuman itu

Senyuman Hyunjin waktu kecil yang selalu ada maunya

"Y" Jawab Jeongin, Hyunjin bersorak dan melayangkan tubuhnya sekali lagi di udaranya

"Tapi ntar kalo tiba tiba ketemu temen gua, jangan ngilang lo! Lo yang tanggung jawab" Jeongin menatap arlojinya, pukul 13.33 terpampang jelas

Dan, biasanya hari ini guru guru akan memberikan pulang cepat kepada anak anak didiknya

Mengapa?

Iya, supermarket lagi diskon 80%, dan hampir semua guru yang ada di sekolah Jeongin itu wanita

Wajar? Pastinya :)

"Iya iya, mau makan apa? *Dakgalbi? Gua tau restoran Dakgalbi murah deket sini" Tawar Hyunjin ia melayang mendahului Jeongin ke sepedanya

(*Dakgalbi = ayam tumis pedas Korea)

"Bole de bole" Jeongin mengangguk, ia membonceng Hyunjin yang ada di—

Bukan di belakangnya..

Diatas, sedang memposisikan kedua kakinya pada pundak Jeongin dengan kedua tangan yang menumpu pada kepala atas Jeongin

"Bangsat untung ga berat"

"Biarin"

Huwaaa kenapa pendek banget 😭
Moon lagi banyak pikiran jadi dilampiasinnya ke wattpad tapi gabisa lama lama

Ueueueueueueueue maap 😔🖖

Jum'at, 18 September 2020
Ngek, ini pada ulangan gak?

Candy • Yang Jeongin [On Hold]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang