13 ✓

30 4 3
                                    

Book ini berdebu skali,
maapin, alangka baiknya baca chapter sebelumnya biar inget apa yang terjadi ya frens😘
------------------------

"Eh? Hah?" Jeongin menelan ludah perlahan, berekspresi bingung dengan natural.

Hyunjin menatap Jeongin, tak lama ia tersenyum sungkan. "Nggak jadi, kayaknya gara gara tadi gerimis kali, ya?" Katanya.

Ia pun pergi dari kamar Jeongin, meninggalkan rubah kecil yang sedang mengontrol dirinya sendiri karena takut

Aku.. Jangan.

Kuatkan dirimu Yang Jeongin.

Jeongin membuka pintu kamarnya diam diam, memperhatikan keadaan dari kanan hingga kiri, tapi tidak ada tanda tanda Hyunjin. Kemana perginya? Batin Jeongin.

Ia merasa gerak gerik Hyunjin juga semakin aneh, seperti lebih.. tajam dan waspada.. tapi mengapa? Bukannya tujuan Hyunjin kembali lagi hanya untuk menghiburnya? Seperti dari awal memang dia seperti ada urusan lain—

—atau memang dari awal memang bukan Jeongin satu satunya urusan yang dia punya?

Ah, apapun itu. Jeongin ingin mengambil udara sejenak, ia merobek secarik kertas dan pena terdekat yang bisa ia gapai, ia muak sekali dengan pikirannya yang tidak bisa tenang dan ingin pergi keluar sebentar.

A walk sounds fine for me right now. Jaga rumah sebentar ya Njin.
–Jeje.

Kertas kecil itu ditinggal diatas meja makan dengan posisi ditahan oleh gelas kaca agar tidak tertiup angin kemana mana, sang penulis menggunakan jaket ungu, dompet, dan pouch permen kesayangannya. Meninggalkan rumah itu ke tangan Hyunjin untuk sementara.































Huhh... aku ingin pulang! Aku ingin pulang! Batin Jeongin yang menggigil karena angin malam yang lebih menusuk kulit dari biasanya.

Duduk di kursi panjang kayu yang ada didekat taman terdengar seperti pilihan bagus untuk saat ini.

Pikirannya sedang beradu antar satu sama lain, ia ingin pulang tapi disisi lain juga tidak mau. Kalau Hyunjin mau jujur, pasti ia tidak akan overthinking seperti ini.

Lalu? Apa yang harus Jeongin lakukan? Diam berpura-pura tidak mengetahui apa apa hingga hari Selasa tiba? Bertanya tentang apa hubungan kematian Beomgyu dan buku biru itu kepada Hyunjin? Setelah ia mengetahui kebenarannya pun, apa yang akan ia atau Hyunjin lakukan?

Memikirkan semua itu membuat kepala Jeongin sakit, andai saja ia bisa tidak memikirkan hal sepele itu dan maju menghadapi kehidupannya dengan normal, pasti akan sangat mudah.

"Haahh.." Remaja itu putus asa, hal yang paling bagus untuk dilakukan saat ini adalah pulang kerumah dan segera istirahat.

Tapi ia tetap bersikeras tidak mau.

"UGHH AYOLAH!! Aku harus pulang atau Hyunjin akan makin curiga kepada sikapku yang seperti menghindarinya ini! Terlepas dari kejadian buku berwarna biru mengerikan itu.." Ucap Jeongin pada dirinya sendiri.

Tepat saat ia hendak beranjak dari kursi itu, seorang laki-laki berdiri didepannya.

"Apa kau baik baik saja anak muda? Sepertinya kau memiliki banyak masalah sampai berbicara pada dirimu sendiri?" Lelaki itu berbicara, sebelum keduanya menyadari sesuatu.

"A–Aah!! Anda!–" Ia mengingatnya, Jeongin mengingatnya walau hanya sekilas, tapi ia adalah pria yang memberikan kertas peringatan padanya.

Peringatan yang memulai semua bencana ini.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jan 24, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Candy • Yang Jeongin [On Hold]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang