++

37 15 5
                                    

Kelas XII IPS 3 nampak ramai dengan orang-orang yang berlalu lalang menjalankan tugasnya, tak ketinggalan pula suara teriakan dan bau-bau perghibahan pun tak lupa diikutsertakan. Karena menjalankan sesuatu itu paling enak diselingi dengan canda tawa apalagi dengan ghibah. Perasaan nya tuh kita jadi lebih semangat untuk mengerjakan tugas kita.

Kini semua tembok sudah di cet dengan warna dasar. Mari kita beralih kepada orang yang mendapat tugas sebagai pemandi jenazah yang tak lain adalah Noval, Tole, Ahmad, dan Dodot.

“Ini nalinya gimana sih?” tanya Tole yang kesusahan untuk menalikan tali pocong ke batang pisang yang di lapisi kain kafan warna merah.

“Ya tinggal lo bungkus aja udah, seterah mau model pembungkusannya kaya apa juga suka-suka lo, pokonya salurkan hobi kalian ke kain kafan yang kalian pegang,” jelas Noval yang masih fokus menalikan tali pocong ke kain kafan warna kuning.

“Bener nih gue bisa salurkan hobi gue ini,” ucap Putu dengan mata berbinar.

“Betul!” mantap Noval.

Kini sebentar lagi mereka selesai hanya tinggal meggarap kain kafan yang warna cokelat itu. Jika kalian bertanya dari mana kain kafan tersebut? Dan dapat dari mana batang pisang itu?

Flashback on

Matahari sangat menyengat di kulit, bahkan banyak orang lebih memilih untuk menggunakan nya sebagai tidur siang, namun hal itu tidak dapat di lakukan oleh anak sekolah. Karena ya mereka kan masih dalam ruang lingkup sekolah. Bahkan banyak siswa lebih memilih menggunakan istirahat keduanya digunakan untuk berada di dalam kelas, karena memang tak di pungkiri cuaca saat ini tumben sekali panas. Tapi bagaimana jika kalian di suruh untuk pergi keluar sekolah hanya untuk keperluan kelas?

Seperti saat ini Noval, Tole, dan Putu ditugaskan oleh ketua kelas untuk pergi ijin keluar sekolah membeli kain kafan dan teman-temannya, serta mencari batang pisang.

Tujuan mereka yang pertama setelah mendapat izin dari Pak Satpam bukan izin sebenarnya, melainkan paksaan dengan ancaman mereka bakal mengoperasi pala botak Pak Satpam saat tidur. Hal itu membuat pak Satpam ngeri sendiri mendengarnya, bagaimana nanti anak dan istrinya kalo pala dia di operasi dan diambil otaknya dan di jual oleh tiga anak bandel itu. Pikiran-pikiran buruk hinggap di dalam kepala Pak satpam, membuat beliau akhirnya menyetujui dari pada nanti nasibnya jadi naas.

Setelah cukup lama berjalan, kini mereka telah sampai ditujuan pertamanya, yaitu toko kain kafan. Saat memasuki toko, banyak pelayan yang memandang mereka bingung. Bagaiman tidak bingung, anak sekolah ngapain pergi ke toko kain kafan, di tambah lagi dengan komuk mereka yang menunjukkan cengiran khasnya  seperti tidak ada ... eh bukan seperti tapi memang tidak ada raut kesedihan yang dipancarkan. Lantas mau apa mereka kesini, itu lah yang sedang dipikirkan oleh pelayan-pelayan di sana.

“Mba oh mba .... Saya beli dong,” ucap Noval.

“Mau beli apa dek?” tanya pelayan itu dengan ramah.

Beli rumah untuk keluarga kita,” ucap Noval dengan gombalannya.

“Maaf dek disini bukan tempat jual beli rumah,” ucap pelayan tersebut masih ramah.

“Ya beli kain lah, kita aja ke toko kain, ya kali beli bahan sembako,” ucap Tole dengan ngegas.

“Mau beli kain yang apa aja dek.”

“Beli kain kafan warna putih 1, merah 1, hijau 1, terus kuning satu. Oh iya warna coklatnya 1,” ucapan Putu membuat pelayan tersebut bingung, memang ada kain kafan warna rambu-rambu lalu lintas itu?

NOLEPTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang