Hari Senin, dimana hari yang sangat dibenci para pelajar. Karena mereka akan disuruh upacara bendera dibawah terik matahari yang menyengat. Tak heran jika para pelajar akan banyak alasan untuk berangkat dihari Senin. Bagi mereka hari Senin adalah musuh yang harus dihindari.
Lapangan SMA Jaya Wijaya sudah dipenuhi dengan para murid dan guru yang siap melaksanakan upacara.
Para siswa sudah mengeluh sebab terik matahari yang semakin siang semakin menyengat ditambah lagi pidato dari kepala sekolah yang belum berakhir.
“Aduh cepetan dong.”
“Bedak gue luntur nih.”
“Ahh bisa gelap ini kulit gue.”
“Pokoknya kalo udah pulang gue mau kesalon, rambut gue udah terkontaminasi panas matahari.”
Banyak celotehan unfaedah dari cewe yang mengeluh ini lah itu lah. Tak hanya para cewe, bahkan para cowo juga sama-sama mengeluh karena pidato yang dibawakan kepala sekolah terlalu bertele-tele.
“Gila njir panas banget ini,” ucap Tole.
“Lama woi!” teriak Noval membuat banyak siswa lain dan guru yang menengok kearahnya. Namun bukan Noval kalo punya rasa malu, dia malah cengar-cengir bak kuda.
“Kamu! Mau gantiin saya ngomong!”
“Ga mau pa, panas!”
“Diam kamu, dengarkan nasehat saya!”
Noval tidak lagi menanggapi ucapan kepala sekolah tadi. Karena kalo menanggapi tidak akan selese.
*****
Setelah upacara berakhir para murid dibebaskan karena para guru akan mengadakan rapat dengan para anggota OSIS, bukannya kembali ke kelas, banyak siswa-siswi yang malah ngibrit menuju kantin. Mereka ingin menghilangkan dahaga dan perut yang sudah mulai keroncong akibat tenaganya habis buat bertempur dengan matahari.
“Teh Santi es jeruk panas satu ya!” teriakan Tole membuat banyak pasang mata yang berada di kantin bingung menatap kearahnya. Pasalnya mereka heran, bukannya es jeruk ga panas ya. Bahkan Teh Santi selaku penjual juga bingung ingin melayani bagaimana, mau es jeruk atau jeruk panas.
“Ngapain kalian liatin gue?” ucap Tole dengan tampang watadosnya.
“Ya lo goblok si, mana ada es jeruk panas, yang namanya es ya pasti dingin,” kesal Putu.
“Ya udah si terserah gue lah.”
“Sakarepmu.”
Noval dan Putu memilih menyibukkan dirinya dengan ponsel dari pada meladeni seekor manusia macam Tole.
Tak lama Teh Santi datang membawakan pesanan Tole.
“Teh ko dingin si,” ucap Tole yang mengetahui pesanannya yang dingin. Kan dia mintanya es jeruk panas.
“Lah kan kamu yang minta es jeruk.”
“Kan saya mintanya yang panas.”
“Banyak cingcong lo, kalo ga mau gue minum nih,” ucap Noval yang sudah jengah dengan permintaan aneh temannya itu.
Tole akhirnya memilih minum es jeruknya dari pada nanti diminum Noval kan rugi.
“Kalian ga pesen?” tanya Teh Santi kepada Noval dan Putu yang masih asik mabar. Pasalnya sedari tadi mereka memang belum memesan apapun padahal perut mereka sudah keroncongan.
KAMU SEDANG MEMBACA
NOLEP
HumorDON'T COPY RIGHT🚫 Murni dari imajinasi sendiri!! ****** "Anjir Nenek Moyang!" "Nenek gayung njir bukan nenek moyang," Ini cerita pertama aku, jadi maaf ya kalo banyak kata salah.