Playlist song : Eight - Iu Feat Suga BTS
Maafkan aku
Banyak kesalahan kecil yang tak kusadarai menyakiti perasaanmu
Tak mengindahkan perintahmu karena itu terdengarkan menjengkelkan
Tak mendengarkan laranganmu karena aku beranggapan telah mampu menentukan pilihanku
***
Perjalanan pulang sore ini membawa kebahagiaan untuk Senyawa. "Bun! Senyawa pulang." Ia tidak bekerja karena akan menemani Bunda belanja. Ia telah meminta izin kepada Bibi.
"Iya, Wa. Siap-siap gih," suruh Bunda tanpa basa-basi.
Bunda tengah berdandan. Kamarnya terletak di lantai bawah berdekatan dengan ruang tamu. Hari ini Bunda libur, biasanya ia pulang jam 9 malam. Bunda bekerja di restoran Jepang yang sedikit jauh dari rumah.
"Oke." Senyawa bergegas naik ke lantai dua menuju kamar.
Bunda sudah siap dengan balutan dress sederhana warna peach yang panjangnya sebetis, duduk di ruang tamu menunggu Senyawa turun ke bawah.
"Nyawa ...," panggil Bunda.
"Baru naro tas!"
Lima belas menit kemudian Senyawa turun. Ia menggunakan celana chino panjang warna cream, dan kaos hitam pendek bertuliskan RIP. Sepatu converse warna abu, satu lagi yang wajib dipakai topi hitam.
Mereka pergi dengan mobil Honda Jazz RS 2010, yang dibelikan Teh Azkia sebagai hadiah. Meski bekas, tapi masih enak dipakai. Bunda tidak bisa menyetir, ia selalu meminta diantar Senyawa atau memilih menggunakan Grabcar.
I stay up all night, tell myself i'm alright
Baby, you're just harder to see than most
Never got the chance
To say a last goodbye
Di dalam mobil terdengar lagu dari Sasha Sloan berjudul Dancing With Your Ghost, lagu ini wajib masuk playlist pada aplikasi streaming musik milik Senyawa.
"Bun, kita ke supermarket biasa?" Senyawa melirik Bunda yang tengah menulis di buku catatan kecil.
"He'em," jawab Bunda.
"Bun, Minggu depan Senyawa ikut turnamen Mobile Legend."
"Bunda boleh dateng?" Lalu menutup buku catatan, menatap anak laki-lakinya bangga.
"Jangan! Senyawa takut, saat main keluar kata-kata kotor yang gak pantes didengar." Larang Senyawa malu.
"Dasar!" Bunda terkekeh mendengar ucapan Senyawa. "Coba diganti sama ucapan istigfar aja, Wa."
Senyawa menahan tawa agar tak meledak, saran dari Bunda sangat baik. Namun, terdengar menggelikan di telinga Senyawa. ia bahkan tak mampu membayakannya. "Nanti Senyawa coba. Bunda bantu dorong do'a saja dari rumah".
Bunda mengangguk meng-iyakan permintaan Senyawa.
Kini mereka telah sampai di supermarket yang dituju. Senyawa mengambil troli, berjalan di belakang Bunda. Mereka menulusuri setiap lorong, mulai dari tempat sayuran, buah-buahan, makanan ringan, kebutuhan pokok, hingga peralatan dapur.
Dret ... dret ... dret ....
Satu pesan masuk ke handphone Senyawa, dirogohnya handphone tersebut dari saku belakang, tertera nama "Teteh A" di layar handphone.
From : Teteh A
Dek, Teteh udah transfer uang jajan minggu sekarang.
Kamu baik-baik di sana, jaga diri.
read
Senyawa tersenyum senang, kemudian memasukan kembali handphone ke saku celana, dan ikut memilih produk yang akan ia beli bersama Bunda.
"Bun ..."
"Hmm. Apa, Wa?" Bunda terlihat bingung membandingkan dua produk yang sama hanya berbeda merk. Harus cermat, dan hemat.
"Senyawa, mau itu."
"Mau apa?" Bunda melirik Senyawa
Senyawa menunjuk deretan botol minuman beralkohol di sebrang dekat kasir, lalu tersenyum manis.
"Sini kupingnya," tandas Bunda melotot.
"Hahaha. Ampun!"
"Awas aja kamu! Bunda rebus kamu di panci." Dipukul lengan Senyawa pelan.
"Mana cukup atuh, ari si Bunda. Kan sekarang badan Senyawa udah besar."
"Dipotong-potong."
"Bunda!" Senyawa bergidik mendengar ucapan Bunda Rose.
Senyawa tersenyum penuh arti.
2 jam lebih Senyawa, dan Bunda ada di supermarket mencari, memilih barang-barang yang dibutuhkan. Satu troli penuh di dorong Senyawa menuju kasir. Setelah membayar mereka ke lantai paling atas untuk mengisi perut yang kosong, pilihan mereka jatuh pada restoran China yaitu Rice - bowl, tempat ini memang kerap mereka kunjungi setiap sesudah belanja bulanan.
Senyawa menyamakan pesanan dengan menu favorite Bunda Rose. Mereka makan dengan lahap, tanpa ada obrolan. Katanya saat lapar diberi makan, orang-orang akan terdiam, dan ketika kenyang jadi bego.
Sebelum pulang mereka melipir terlebih dahulu ke coffee shop yang masih berada di dalam Mall, ternyata di luar tengah hujan lebat. Satu cangkir kopi hangat disajikan oleh barista milik Bunda, sedangkan Senyawa memesan teh pahit pekat hangat.
Kini terdapat dua cangkir mengepul di atas meja.
Di sudut paling pojok, ada Gani sedang menyesep kopi. Ia memperhatikan Senyawa dengan mata memincing. Gani melihat, raut wajah Senyawa yang bahagia sembari menatap hujan lewat jendala. Ingin menyapa, namun kemudian Gani mengurungkan niat saat apa yang dilakukan Senyawa.
Seharusnya aku tak memulai hal ini - Senyawa
***
KAMU SEDANG MEMBACA
SLEEPING AT LAST
Teen FictionBerawal dari enam bulan resminya pernikahan Sang Ayah dengan istri kedua, satu keluarga lain perlahan-lahan masuk ke dalam ruang kehancuran. Anak kecil yang bernama Senyawa tumbuh besar bersama kepedihan serta kebencian. Ketika Senyawa tahu bahwa w...