Aku lelah berpura-pura hebat dan kuat, bolehkah aku rehat sejenak?
***
Bersama bunyi nada dering pertanda sebuah telepon masuk yang memecah sunyi di ujung fajar. Tidur singkat Senyawa pun harus terpaksa berakhir. Dengan susah payah satu tangannya berusaha menggapai benda tersebut. Ia memicingkan mata melihat siapa yang menelepon sepagi ini.'Toko bunga'
Jam 07:20
Dalam sekejap Senyawa bangkit, ia berdehem untuk menormalkan suara serak efek baru bangun tidur.
"Aaa!" Senyawa berteriak mengecek suara, jempolnya menekan tombol hijau.
"Senyawa? Kamu gila!"
"Senyawa masih waras, Bi."
"Kenapa kamu beli motor baru, hah? Duit dari mana itu kamu? Korupsi dari toko bunga Bibi? Keterlaluan kamu! Dzolimin sodara sendiri. Hukumannya berat nanti di alam sana bagi orang yang suka berkhianat. Jawab jangan diem!"
"Bagaimana mau jawab, Bibi nyerocos terus," batin Senyawa
"Senyawa kamu dengar tidak!"
"I-iya, Bi. Itu bukan beli, tukeran, iya tukeran."
"Tukeran bagaimana?"
"Punya Senyawa dipake Gani, terus dia ganti sama yang baru."
"Kok, bodoh!"
"Saking banyak duit, Bi. Bukan bodoh."
"Jangan bercanda!"
"Tanya saja sendiri sama Gani. Dia lagi seneng corat-coret body motor, kalau yang baru kan sayang, jadi pake punya Senyawa. Gantinya itu baru dateng!"
"Yang penting tidak nyelip uang toko."
"Mau nyelip gimana caranya? Harga bunga transparan tertera. Kalau belanja isi toko sama Bibi sendiri. Mikirnya jauh amat sih, Bi."
"Bener sih. Kamu itu dimana? Sekolah kok sepi."
"Kelas, yang lain di lapang siap-siap mau olahraga. Senyawa terpaksa izin dulu, Bibi nelepon jam segini engga biasanya, takut penting."
"Ya sudah. Assalamualaikum."
"Waalai-"
Telepon mati
"Waalaikumsalam!" Senyawa berteriak ke layar handphone.
Banyak-banyak istighfar saat menghadapi Bibi Isabella, jangan terlalu dimasukkan ke hati atas omongannya, kalau masih mau sehat jiwa, dan raga.
Hari ini Senyawa memilih bolos sekolah, tidak ingin mendapatkan banyak pertanyaan atas keadaan wajahnya. Masih pagi, cocok untuk tidur kembali. Senyawa mencari posisi nyaman agar cepat terlelap. Tapi,
KAMU SEDANG MEMBACA
SLEEPING AT LAST
Teen FictionBerawal dari enam bulan resminya pernikahan Sang Ayah dengan istri kedua, satu keluarga lain perlahan-lahan masuk ke dalam ruang kehancuran. Anak kecil yang bernama Senyawa tumbuh besar bersama kepedihan serta kebencian. Ketika Senyawa tahu bahwa w...