Menjaga dirimu sendiri adalah yang terbaik.
Pertahankan jika kamu bisa mengatasinya,
Berhenti sekarang jika memang itu cukup.
Jangan membiarkan jiwamu menjadi gila!
***
Hari kamis ini, Senyawa pulang sekolah sehabis magrib, karena harus latihan basket untuk perlombaan minggu depan di sekolah. Ia menjadi salah satu yang terpilih sebagai perwakilan tim bola basket kelas XI jurusan IPS.
Senyawa berjalan menuju parkiran, ketika di depan motor miliknya ia mendapatkan pemandangan yang membangkitkan emosi. Jok motor itu telah rusak dirobek-robek, bagian body sudah penuh dengan coretan dari pylox warna merah.
Mengerikan.
Rahang Senyawa mengeras, matanya melihat secarik kertas yang disimpan di depan bagian motor. Ia mengambil kertas tersebut dengan kasar.
Temui gue di bangunan kosong belakang warung Mang jenal.
Yang terhormat.
Ketua Texas.
"Bajingan," umpat Senyawa, tangannya meremas kuat kertas tersebut, ia bergegas menuju lokasi dengan motor vespa metic yang sudah rusak.
Padahal Senyawa membelinya dengan uang dari hasil keringat sendiri.
Tak butuh lama Senyawa sampai di tempat yang disebutkan di kertas. Markas anak Texas untuk mengeksekusi seseorang.
"Keluar, lo!" teriak Senyawa, ia berusaha untuk tenang.
Jangan gegabah!
Di dalam bangunan kosong terlihat sebuah ruangan yang menyala, hingga cahaya itu menyorot ke luar.
"Devan!" murka Senyawa.
Terdengar suara langkah kaki dari dalam menuju ke luar, disertai bunyi keras pentungan memukul tembok.
"Berani juga, lo!" ejek Devan sesampainya tepat di depan Senyawa.
Devan tidak sendiri, ia bersama dua anggota Texas lain yaitu Arif, dan Lintar. Mereka memakai jaket kulit hitam berlambangkan Texas.
"Mau lo apa?" sergah Senyawa.
"Wih, nyali lo gede juga. Sedikit informasi gue juara ke tiga saat kejuaraan nasional bela diri taekwondo, kalau lo mau sujud sekarang boleh," ucap Devan songong, penuh percaya diri.
"Daripada mati di sini," lanjut Lintar. Dada dibusungkan, dagu diangkat tinggi, tangan terlipat di depan dada.
"Apalagi yang gue denger lo cuma orang nggak punya." Tambah Arif semakin sombong.
Senyawa bingung. "Kalian ngomong apa? To the point!"
Devan menatap Arif, dan Lintar bergantian. "Nangtangin nih bocah! Gue gak suka lo seenaknya ikut gabung acara Texas waktu di club kemarin. Lo sadar diri bangsat! Lo siapa? Punya ap-"
"Cih, lo keluar duit?" potong Senyawa jengah.
Padahal yang membuat acara mengundangnya baik-baik, Senyawa pun tahu kalau acara tersebut bukan dikhususkan untuk Texas, melainkan semua teman Gani. Orang yang dari luar Texas bukan hanya dirinya, ada Dewa, dan Abdul kerabat Gani.
Apa Devan tak mengetahui hal itu?
Ketika acara Texas memangnya Senyawa pernah hadir? Atau Gani mengajaknya? Tidak!
KAMU SEDANG MEMBACA
SLEEPING AT LAST
Ficção AdolescenteBerawal dari enam bulan resminya pernikahan Sang Ayah dengan istri kedua, satu keluarga lain perlahan-lahan masuk ke dalam ruang kehancuran. Anak kecil yang bernama Senyawa tumbuh besar bersama kepedihan serta kebencian. Ketika Senyawa tahu bahwa w...