Rencana bangun siang di minggu pagi Nabilla harus kandas perkara sarapan bersama. Mimpinya yang indah harus berakhir di detik itu juga ketika abangnya, Reno, membangunkannya begitu brutal. Nabilla terpaksa bangkit dari kasur empuknya meninggalkan guling kesayangannya tergeletak berantakan. Dia berjalan dengan gontai. Daripada sarapan mending dia kembali tidur. Dia tak butuh sarapan di pagi minggu.
"Males banget gue bangun pagi," kata Nabilla sambil berjalan menuruni tangga malas-malasan bersama Jane.
Jane menoleh ke arahnya. "Mama mau ngomong sama lo katanya," balas Jane.
Detik itu juga mata Nabilla melotot. Dirinya mengupdate otaknya agar mudah mencerna kalimat Jane. Jantungnya langsung serasa berdetak berlebihan di saat itu juga. Dia menelan ludahnya susah payah. Pikirannya sudah memikirkan banyak hal-hal aneh, misalnya tiba-tiba mama tahu alasan dia melarikan diri beberapa malam lalu. Dia belum siap diceramahi atau bahkan diancam dengan tersitanya beberapa fasilitasnya.
"Santai, lo gak bakal ditelan," kata Jane.
Nabilla menoleh ke arah Jane. "Tapi serasa ditelan," balasnya.
"Gak mungkinlah Mama tahu lo kabur ke mana malam itu," kata Jane. "Jadi lo tenang aja," lanjutnya meyakinkan Nabilla.
Nabilla dan Jane menarik kursi dan duduk di tempatnya. Hanya tersisa Nathan dan Charletta yang belum terlihat. Jane menoleh ke arah Nabilla menanyakan Nathan. Nabilla menggeleng memberitahu Jane tidak tahu ke mana perginya lelaki itu. Tapi tak lama setelah dibicarakan, lelaki itu datang dengan baju kaos dan celana pendek. Lalu dia duduk di samping Nabilla.
"Letta mana, Ma?" tanya Reno.
Alena menoleh. "Letta ada urusan katanya."
Reno manggut-manggut mendengar jawaban mamanya.
Nabilla menoleh ke arah Nathan menyodorkan piringnya. "Tolong dong taruh nasi gorengnya," kata Nabilla.
Alis Nathan langsung tertaut. "Manja," katanya menarik piring Nabilla kasar.
Nabilla tertawa kecil. Dia lalu menoleh ke arah Jane. "Mama kok gak ke rumah sakit ya?" tanyanya.
Jane membulatkan mata. "Mama libur kalau hari minggu, bego," jawabnya.
Nabilla manggut-manggut. "Oh iya, lupa," cengirnya. Tangannya bergerak mengambil piring nasi goreng dari tangan Nathan.
Nabilla makan dengan cepat. Dia melihat yang lain belum menghabiskan makanan mereka, begitu juga mamanya. Dia hanya bisa menunggu sampai mereka semua selesai makan untuk mengetahui apa yang mamanya ingin katakan.
Nabilla gelisah. "Mama mau ngomong apa?" tanyanya langsung begitu melihat mamanya selesai memasukkan suapan terakhir dalam mulut.
"Sabar, mama lagi minum," kata Jane di sebelahnya.
Dia melirik Jane. "Iya, sorry. Gue gugup banget sih udah kayak mau dengar putusan sidang di mahkamah," katanya. "Kira-kira gue salah di mana lagi ya?" tanya Nabilla.
Jane menggeleng. Dia tidak tahu salah Nabilla di mana. Setelah kejadian dia kabur ke klub malam itu dia jadi baik. Tidak bolos sekolah atau melanggar aturan lainnya. Masuk sekolah pun sudah tidak terlambat walaupun kadang mepet jam masuk. Mamanya pun juga tak tahu sama sekali tentang Nabilla yang kabur ke klub malam. Dan mamanya juga sama sekali tidak menanyakan apapun tentang kaburnya Nabilla.
Alena menoleh ke arah Nabilla. "Nabil," panggilnya.
Nabilla gugup tapi langsung menoleh.
"Mama sudah diskusikan dengan Papa tentang permintaan kamu," kata Alena.
KAMU SEDANG MEMBACA
Terjebak Indonesia Jerman
Novela JuvenilNabilla, Si Perempuan blasteran Indonesia dan Jerman. Perempuan satu ini punya sifat awur-awuran dan sering melanggar aturan tapi tiba-tiba meminta untuk pindah sekolah pada orangtuanya. Orangtua Nabilla sendiri jelas menolak permintaan itu yang akh...