Bagian 05: Gosipin Murid Baru Cabe-cabean

40 5 0
                                    

Senin, hari pertama Nabilla pindah sekolah. SMA Nusantara, tepatnya satu sekolah dengan kembarannya, Nathan. Nabilla tak menyangka akan secepat ini kepindahannya. Tapi di balik itu semua dia harus mulai bersikap baik dan tak membuat masalah lagi di sekolah barunya.

Nabilla membuka pintu rumahnya, tangannya terentang lebar. "This is serious? First day gue pindah sekolah!" seru Nabilla senang. "Gue jadi anak pindahan," lanjutnya.

Nathan dan Jane yang baru keluar di belakangnya saling tatap. Ini kesekian kali Nabilla berteriak kesenangan karena diizinkan pindah sekolah.

Nabilla memasang senyum terbaiknya, karena hari ini adalah hari baru. Dia akan bertemu dengan banyak orang baru. Alasan lain dia pindah juga untuk mencari teman, apakah ada yang cocok dengannya. Karena di sekolah lamanya temannya hanya Reza dan Dhea, itupun hanya sebatas teman biasa.

"Jane gue pindah ke sekolah baru!" kata Nabilla dengan mata berbinar sambil memegang lengan Jane.

Jane berdecak. "Iya, SMA baru gue juga," katanya ketus. Dia berjalan menuju mobil. "Ayo, Bil. Nanti kita bakalan telat kalau lo terus-terusan ngoceh gak jelas di situ," sambungnya.

Jane sudah bosan mendengar ocehan Nabilla. Karena dia juga Jane jadi harus ikut pindah sekolah, padahal Jane sudah nyaman dengan suasana sekolah sebelumnya. Tapi memang seperti adanya, sedari dulu. Ketika Nabilla pergi ke suatu tempat, maka Jane akan berjalan di belakangnya. Ketika Nabilla ikut pindah ke Jerman misalnya, lalu kembali ke Indonesia, bahkan saat sekarang saat Nabilla pindah sekolah, Jane selalu ikut. Itu juga karena Nabilla susah menemukan seseorang yang cocok dengannya. Hanya Jane yang paham dengan Nabilla.

Nathan membuka jendela mobil. "NAIKK," teriaknya kepada Nabilla yang masih di luar.

Nabilla melirik. "Sejak kapan lo udah di sana?"

"Semenjak lo berdiri gak jelas di depan pintu," balas Nathan. "Cepet naik. Inget hari ini senin," sambungnya.

Dahi Nabilla mengkerut. "Kalau senin kenapa emangnya?" tanyanya heran. Selama ini dia tak pernah peduli terhadap hari senin. Dia benar-benar bingung, apakah hari senin adalah hari yang istimewa?

Nathan memutar bola matanya. "Upacara, Bil," jawabnya singkat.

"Oh, di sekolah lo ada upacaranya tiap senin," balas Nabilla.

Nathan mengangguk singkat. "Makanya jangan telat."

"Ya, kenapa? Gue kan anak baru," jawab Nabilla santai.

"Lah, enak aja. Mau anak lama, anak baru ya tetap upacara-lah," kata Nathan.

"Sumpah gue males. Kurang kerjaan."

"Siapa?" tanya Nathan.

"Gue."

"Siapa yang peduli?" sambung Nathan.

"Kampret lo," balas Nabilla.

"Udahlah cepet naik sini," kata Nathan.

Nabilla berjalan menuju mobil, tapi sebelum masuk dia kembali berbicara. "Gue penasaran, Nat. Orang di sekolah lo gimana ya? Terutama kepseknya yang lo ejek botak," kata Nabilla.

"Stt," Nathan berbisik.

Nabilla menoleh. "Kenapa?"

"Gak apa-apa sih."

Terjebak Indonesia JermanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang