Amanda sudah berdiri 20 menit di depan lemari bajunya. Berbagai dress miliknya terlempar begitu saja di atas kasur. Dia kebingungan mana dari salah satu dress miliknya yang harus dipilih. Dia memegang dress berwarna silver di tangannya.
Dress ulang tahun ke 15 tahun, batinnya.
Dia menggeleng, lalu ikut melemparkan dress itu ke kasur. Lalu tangannya berpindah ke dress selanjutnya. Dress berwarna baby blue hadiah ulang dari Yaya beberapa bulan lalu saat ulang tahun ke 16 tahun.
Apa yang ini aja? batinnya lagi.
Dia menggeleng lagi. Gak cocok, katanya dalam hati. Dress itu ikut dilemparnya ke kasur.
Tok tok!
Ketukan di pintu membuat Amanda menoleh.
"Siapa ya?" gumamnya.
Ketika di pintu makin kencang.
"Dek, buka pintunya!" seru Rafa dari luar.
Amanda berdecak. Pantas saja ketukan pintunya keras sekali, rupanya abangnya.
Amanda membuka pintu lalu menatap abangnya malas. "Kenapa?" tanyanya.
Abangnya menyerahkan paperbag berwarna biru tua ke Amanda.
"What's this?" tanya Amanda. Dia kebingungan, tapi tetap mengambil paperbag itu.
"Mami yang ngasih. Katanya spesial," balas Rafa sambil mengendikkan bahu.
Amanda mengintip isi paperbag, lalu mengeluarkannya.
"Dress?" katanya sambil melihat dress berwarna pink soft tersebut.
"Widih," kata Rafa kagum melihat dress yang begitu indah itu. "Kayaknya gue tau deh kenapa mami sampe ngasih lo dress ini," sambung Rafa.
Amanda mendongak melihat ke arah Rafa. Wajahnya memasang ekspresi bertanya.
"Lo tau gak kita bakal ketemu siapa malam ini?" tanya Rafa.
Amanda mengangguk. "Ketemu sama temen SMA mami, kan?" jawabnya.
Rafa mengangguk. "Iya tapi lebih dari itu, Man. Lo disuruh dandan rapi kan sama mami?" tanya Rafa lagi.
Amanda mengangguk lagi.
"Nah itu karena mami mau ngenalin lo sama anaknya temen mami," kata Rafa. "Lupa deh namanya siapa," sambungnya.
"Hah?" Amanda keheranan. Maksudnya apa?
Rafa masih berpikir. "Kayaknya namanya Bulan?" tebaknya.
Amanda melihat ke arah abangnya. "Stop, jadi maksudnya ini mau makan malam sambil ngenalin gue ke anak temennya?" tanya Amanda. "Untuk apa memangnya sampe se-spesial itu?" tanyanya lagi.
Rafa menggeleng. "Lo mau dijodohin kali," jawab Rafa asal.
Amanda melotot. "APA?" teriaknya. "Gue masih kelas satu SMA! Yang bener aja?" katanya lagi.
Rafa melotot menutup mulut Amanda. "Stt, jangan berisik. Nanti mami dengar," katanya.
Amanda melepaskan tangan Rafa dari mulutnya. "Ya, gue syok," katanya.
"Kan katanya Man, belum tentu iya. Gimana sih? Jangan kepedean, dianya juga pasti ogah duluan begitu ketemu lo," kata Rafa.
"Kampret lo. Udah keluar sana," kata Amanda mendorong abangnya menjauh dari pintu kamar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Terjebak Indonesia Jerman
Teen FictionNabilla, Si Perempuan blasteran Indonesia dan Jerman. Perempuan satu ini punya sifat awur-awuran dan sering melanggar aturan tapi tiba-tiba meminta untuk pindah sekolah pada orangtuanya. Orangtua Nabilla sendiri jelas menolak permintaan itu yang akh...