Tok tok tok!
Nabilla belum membuka matanya walau pintu diketuk sangat kencang oleh Nathan dan Jane.
Nathan dan Jane di luar saling melirik satu sama lain. Mereka sudah siap dengan seragam mereka.
"Kita tinggalin aja gak sih?" tanya Nathan pada Jane.
Jane melihat jam tangannya, lalu mengangguk. "Kita udah telat sih. Kalau nungguin Nabil bakal telat beneran," balasnya.
Nathan mengangguk. "Ya udah ayo cepet kita pergi," katanya sambil menuruni tangga. Jane juga ikut di belakangnya.
Jane melihat Bi Ani yang sedang membersihkan meja makan. "Bi," panggilnya.
Bi Ani menoleh. "Iya Non?"
"Nanti kalau Nabil bangun, bilang aku sama Nathan udah duluan ya," katanya memberitahu.
Bi Ani mengangguk. "Baik Non," jawab Bi Ani. Bi Ani tampak berpikir. "Emang Non Nabil belum bangun?" tanya Bi Ani.
Jane menggeleng. "Susah bangun. Kalau gitu kami duluan dulu ya, bi," kata Jane sambil pergi.
Bi Ani mengangguk lalu kembali ke pekerjaannya.
Nabilla bangun di alarm selanjutnya yang berbunyi. Matanya melotot. Dia langsung terduduk.
"Anjing gue telat," katanya sambil melempar selimut. Dia lari ke kamar mandinya. Dia menggosok giginya dan mencuci muka saja. Dirinya cepat-cepat ke luar dari kamar mandi dan membuka lemari baju. Dia menarik baju sekolahnya dengan terburu-buru dan mengambil tasnya yang masih diisi buku kemarin.
Saat keluar dirinya melihat bi Ani di meja makan sedang membereskan piring bekas. "Bi, yang lain mana?" tanyanya ngos-ngosan.
Bi Ani menoleh. "Oh, Non," kata Bi Ani. "Baru aja pergi, Non. Kata Non Jane mereka duluan. Baru aja beberapa menit lalu," beritahu Bi Ani.
Nabilla menjambak rambutnya dan berlari ke luar. Dia melihat kiri dan kanannya.
"Pak! Pak Udin!" teriaknya memanggil sopir rumahnya.
Tak ada yang menjawab. Dia berlari ke garasi. Kosong. Tak ada orang. Dia melirik sekitar, tapi nihil. Dia hanya melihat mobilnya di sana dan sebuah motor milik Reno. Dia berdecak. Kunci mobilnya ada pada mamanya. Dia tak bisa mengendarai mobil itu.
Dia keluar dari garasi. "Pasti pak Udin antar Letta sama Letty," gumamnya. Dia berdiri beberapa saat di sana.
Dia menggeleng. "Gue gak bisa bolos. Gimana nih?" katanya. Dia benar-benar dalam situasi bingung. Jika dia bolos, dia takut berita itu akan sampai ke telinga mamanya dan mamanya mengira dia hanya bermain-main.
Dia keluar dari rumahnya. Berjalan kaki keluar komplek perumahan. Dia menelpon Jane. Dengan handphone di telinga dia terus berjalan.
"Lo kenapa tinggalin gue sih? Ini gue gak tau mau pergi sama siapa. Pak Udin gak ada di rumah," omelnya pada Jane dan Nathan.
"Gue udah bangunin lo berulangkali ya. Lo yang gak bangun-bangun," sahut Nathan.
Nabilla berdecak lalu mematikan sambungan telepon. Memang dia yang salah, jadi tak ada yang bisa disalahkan. Dan faktanya Nabilla pasti telat hari ini. Dan fakta lainnya, entah ke mana dia akan melangkah. Dia tak pernah naik taksi atau semacamnya. Dia tak tau bagaimana langkah naik taksi selain naik, membayar dan turun.
KAMU SEDANG MEMBACA
Terjebak Indonesia Jerman
Teen FictionNabilla, Si Perempuan blasteran Indonesia dan Jerman. Perempuan satu ini punya sifat awur-awuran dan sering melanggar aturan tapi tiba-tiba meminta untuk pindah sekolah pada orangtuanya. Orangtua Nabilla sendiri jelas menolak permintaan itu yang akh...