Semenjak beberapa pertemuan yang dialami Bintang dan Amanda, mereka jadi dekat. Apalagi mama Bintang yang sangat amat obsesi mendekatkan mereka berdua. Alasan mamanya saat ditanyai Bintang hanya karena Amanda itu anak sahabatnya.
Sebenarnya Bintang tak keberatan mengenai kedekatannya dengan Amanda selama sekitarnya tak terganggu. Tapi masalahnya terkadang Bintang merasa bahwa dia punya dunianya sendiri, tak hanya mengenai Amanda saja. Dia rasa Amanda pun begitu.
Tak seharusnya mamanya begitu obsesi menyuruh mereka berdua dekat. Apalagi Bintang tahu, bahwa ini bukan hanya sekedar dekat, tapi akan lebih dari dekat.
Walau seribu alasan Bintang keluarkan, mau tak mau pun di hari weekend seperti ini dia menuruti kemauan mamanya untuk menemani Amanda. Kata mamanya, Amanda kesulitan mengerjakan PR kimianya. Entah darimana mamanya tahu, entah mamanya sudah mengintrogasi Amanda sebelumnya.
Sekarang mereka di sebuah danau tak jauh dari rumah Bintang. Bintang merekomendasikan tempat itu karena biasanya tak ramai orang, sehingga tak menganggu fokusnya. Ide yang cemerlang menurut Amanda, tak ada distraksi maka akan lebih nyaman.
Amanda membuka buku cetak kimianya, menyodorkan bagian yang dia tak paham pada Bintang. Syukurnya Bintang adalah salah satu penggemar berat kimia, jadi dia benar-benar lihai dalam memecahkan permasalahan dalam soal.
Amanda mengetuk pelan kepalanya dengan pulpen menyerap ilmu yang sudah Bintang keluarkan sedaritadi.
Bintang menoleh pada Amanda. "Gimana, Man?" tanyanya memastikan Amanda benar-benar paham sehingga mereka bisa lanjut ke soal berikutnya.
Amanda mendongak. Dia mengangguk. "Udah paham nih, kak. Tinggal satu lagi," kata Amanda menunjukkan soal terakhir.
Bintang mengangguk. "Bingung ya? Biar gue bantu sini." Padahal tangan Bintang sudah menggapai buku cetak di tangan Amanda, tapi Amanda menahan.
"Jangan, Kak. Biar aku selesain sendiri," kata Amanda ingin mencoba.
Bintang mengangguk, membiarkan Amanda. Dia kembali membaca buku pelajarannya yang juga dia bawa, mengasah otak dengan mengulang beberapa materi.
Tak terasa setelah beberapa menit berlalu. Bahu Bintang digoyangkan oleh Amanda. "Kak, udah selesai nih," katanya riang.
Bintang menoleh. "Oh, udah," katanya. "Terus kenapa?" tanya Bintang lagi.
Amanda terdiam melihat Bintang sesaat. "Ya, kadang mau ke mana gitu," balas Amanda sambil memalingkan wajahnya dan memasukkan buku-buku ke dalam tas.
Bintang terlihat berpikir. "Lo bosan ya?" tanya Bintang. "Ya udah, yuk pergi," ajak Bintang sambil mengulurkan tangan pada Amanda.
Amanda tidak menerima uluran tangan Bintang, melainkan langsung berdiri sendiri. Bintang mengerjap sesaat, menarik kembali uluran tangannya yang tak disambut oleh Amanda.
"Kita ke mana?" tanya Amanda sambil berjalan.
Bintang menggeleng. "Enaknya ke mana?" tanyanya. "Biasa lo ke mana kalau bosan?"
Amanda memutar memorinya, biasanya dia jalan-jalan di mall atau nonton bioskop dengan Yaya jika bosan.
"Bioskop," jawab Amanda singkat.
"Bagus tuh. Mau nonton apa?" tanya Bintang.
"Ada sih yang kemarin viral banget, tapi aku gak sempat nonton," kata Amanda.
Bintang menebak film yang dibicarakan Amanda. Tebakannya tak meleset, gadis itu mengiyakan tebakan Bintang. "Tapi filmnya kan udah gak ada di bioskop?" kata Bintang.

KAMU SEDANG MEMBACA
Terjebak Indonesia Jerman
Novela JuvenilNabilla, Si Perempuan blasteran Indonesia dan Jerman. Perempuan satu ini punya sifat awur-awuran dan sering melanggar aturan tapi tiba-tiba meminta untuk pindah sekolah pada orangtuanya. Orangtua Nabilla sendiri jelas menolak permintaan itu yang akh...