"Yang namanya rahasia akan tetap menjadi rahasia. Selama hanya kau dan Tuhan yang tau. Namun jika sampai ada orang ketiga yang tau, bersiap saja, itu akan menjadi rahasia umum pada waktunya."
🌿🌺🌿
.
.
Teett... tet... tet...
"Anak-anak tolong ingat PR-nya dikerjakan dirumah!" Ucap Bu Wati mengakhiri pelajaran.
"Iya bu." Jawab kami serempak.
"Berdiri, beri salam." Ucap ketua kelas mengakhiri pertemuan kali ini.
Akhirnya jam pulang tiba. Hal yang sebenarnya sangat menyedihkan karena harus berpisah dengan teman-temanku. Ya, sekolah sangat menyenangkan karena ada teman yang bisa aku ajak bermain. Tentu saja aku lebih suka di sekolah ketimbang harus bergulat dengan rasa bosanku di rumah. Bukan begitu?
"Feb, nanti kita buat PR bareng yuk!" Ajak Diah seraya memasukkan buku-bukunya ke dalam tasnya.
"Hayok!" Tentu saja aku mau. Lebih seru jika dikerjakan bersama-sama ketimbang sendirian. Dan yang paling penting aku tidak akan membuatnya dirumahku!
"Jam berapa?" Tanyaku pada Diah.
"Jam empat?"
"Itu kesorean, mah. Nanti kita nggak dapet main!" Protesku padanya.
"Iya juga ya. Jam satu aja deh kalo gitu."
"Mepet amat! Baru juga pulang jam 12, udah harus keluar lagi jam satu? Capek tau."
"Yaudah terserah kamu!" Ucapnya final.
"Eh? Hehe, jam dua dah. Oke?" Aku menggendong ranselku.
"Iya deh. Aku tunggu di rumahku jam dua." Diah menggendong ranselnya.
"Eh, Yah, kita ajak yang lain yuk! Nggak seru berdua aja." Kami berjalan keluar kelas.
"Siapa lagi?" Tanya Diah.
"DJWN?" Sebuah singkatan yang aku dan Diah buat untuk menyebut empat sejoli itu.
"Hmm... Yaudah deh. Ayok samperin mereka." Kami berhenti dan mengedarkan pandangan menyapu seisi lapangan sekolah.
"Eh itu Nita! Nita tunggu!" Teriaku padanya.
"Eh kenapa?" Nita nampak bingung karena aku berteriak memanggil namanya.
"Jadi gini, aku sama Diah mau buat PR bareng. Kalian mau ikut nggak?" Tanyaku pada empat sekawan itu.
"Wahh mau lah!" Jawab Della dengan cepat.
"Aku boleh aja, sih." Jawab Nita.
"Aku ngikut kalian aja." Jawab Widya.
"Boleh." Jawab Julia final.
"Oke deh, kalo gitu nanti jam dua di rumah Diah." Ucapku pada mereka berempat.
"Sip." Jawab mereka kompak.
"Yaudah ayok pulang." Ajak Della.
"Yaudah, dada Diah." Pamitku pada Diah. Ya, setelah aku pindah ke kontrakan, rumahku dan Diah tidak lagi searah. Bahkan menjadi lebih jauh dari sebelumnya.
Namun tidak menjadi masalah, selama kami masih satu desa, aku masih bisa bermain ke rumahnya setiap saat. Tentu saja tanpa sepengetahuan ibuku. Ini rahasia!
KAMU SEDANG MEMBACA
Something About Me
Fiksi Remaja[ Teruntuk kalian yang sedang merindukan masa kecil kalian ] Happy Reading... *** Hanya sebuah kenangan yang tidak bisa dilupakan. "Bukannya tidak bisa, hanya saja aku tak ingin melupakannya. Mungkin ini terlalu indah untuk dilupakan." . .