"Terkadang keajaiban itu muncul disaat situasinya sedang sangat mendesak."
🌿🌺🌿
.
.
Sejauh ini, aku sudah berhasil menghindar dari kakak kelas itu. Hari-hariku berjalan seperti biasa kembali, hanya sedikit perubahan yang terjadi saat aku melihat kakak kelas itu.
"Feb, ke kantin yuk!" Ajak Diah.
"Ayok!" Ya, mungkin sudah aman jika sekarang aku pergi ke kantin.
Tiba di kantin.
Untunglah situasinya tidak seramai biasanya. Mungkin efek dari istirahat kedua. Beberapa siswa memilih untuk berbelaja sekali, pada istirahat pertama saja. Malas jika harus berdesak-desakan untuk yang kedua kalinya.
"Beli apa, Yah?" Tanyaku pada Diah.
"Bihun aja yuk! Kalo dipakein tik-tak enak nih!" Diah mengambil beberapa snack.
"Hayuk! Udah lama nggak makan bihun pake tik-tak, ditambah saos pedas. Uwu mantap!" Sudahlah tidak perlu dibayangkan. Yang ada jadi tambah ngiler!
"Buk bihunnya tiga ribu, dua, ya." Ucapku pada Bu Gapa, pedagang kantin satu-satunya.
"Makan disini, nak?"
"Bungkus aja, buk. Isi tik-tak sama saosnya yang banyak ya, buk."
"Sip deh." Aku duduk di meja terdekat bersama Diah, menunggu pesanan.
"Ini, nak, udah jadi." Aku dan Diah menghampiri pesanan kami.
"Wahh.. makasih ya, buk! Ini uangnya." Selepas membayar, kami pun pergi untuk makan bihun di tempat lain selain kantin.
🌿🌺🌿
"Eh, Diah! Tempat duduk di depan kelas masih kosong, kita duduk disana, yuk!" Ajakku pada Diah.
"Boleh." Kami menghampiri tempat duduk itu, mendaratkan bokong disana dan memakan makanan kami.
Walau ini di depan kelas kami, tempat duduk ini biasanya sering diisi oleh anak kelas enam dan lima. Wajar saja kami ragu untuk duduk disini. Semoga saja tidak ada kakak kelas yang datang dan mengusir kami. Ah, sial! Kenapa aku harus memikirkan hal itu!
"Feb..." Diah menyenggol leganku. Membuatku mengikuti arah pandangnya.
Sudah kuduga. Yang benar saja! Baru saja aku memohon agar tidak ada kakak kelas yang datang, malah terjadi sebaliknya! Sialnya yang datang adalah gerombolan anak laki-laki kelas enam. Pasti kakak itu salah satunya!
"Gimana nih? Kita pergi aja kali, ya?" Diah merasa tidak enak.
Aku bingung. Apa yang harus aku lakukan? Gerombolan itu sudah mendekat. Haruskah aku menghindar lagi dan lagi? Aku lelah.
"Hei, kalian, kok tumben duduk disini?" Sebuah suara menginterupsi.
Untunglah Meytri dan teman-temannya datang tepat waktu.
"Iya, mumpung tadi kosong." Diah yang menjawab.
"Kita boleh ikut duduk, nggak?" Tanya Sri.
Aku mengangguk. Tentu saja, itu akan membantuku untuk menghadapi gerombolan kakak kelas itu.
Mereka bertiga duduk, memenuhi bangku panjang. Akhirnya tidak ada celah untuk para kakak kelas itu duduk. Namun mereka masih tetap berjalan mendekat.

KAMU SEDANG MEMBACA
Something About Me
Jugendliteratur[ Teruntuk kalian yang sedang merindukan masa kecil kalian ] Happy Reading... *** Hanya sebuah kenangan yang tidak bisa dilupakan. "Bukannya tidak bisa, hanya saja aku tak ingin melupakannya. Mungkin ini terlalu indah untuk dilupakan." . .