"Mungkin kau tak pernah tau, masa yang terindah itu adalah masa dimana kau tak mengenal cinta, bahkan patah hati"
🌿🌺🌿
.
.
Sampai disekolah, ternyata masih sepi. Aku masih bisa menghitung berapa siswa yang datang, bahkan di kelasku aku menjadi orang yang pertama datang.
Aku melihat jam di dinding kelas. Pukul 06.15. Pantas saja sepi, yang lain baru datang jam setengah tujuh.
Aku meletakkan tasku di meja paling depan, dekat pintu, dan kantung plastik berisi capung aku letakkan di meja guru.
Bukan jahil kok guys, cuma nitip aja.
Tidak masalah jika aku sendiri, malah aku menyukainya. Hari ini adalah jadwalku piket di kelas, kelas yang kosong memudahkanku untuk menyapu sendirian.
Sebenarnya aku piket tidak sendiri, namun aku suka memonopoli tugas menyapu kelas dan teman yang lain harus membuang sampah. Ya aku suka menyapu satu kelas sendirian semenjak kelas empat SD. Kenapa? Intinya seru saja dan yang terpenting aku tidak harus membuang sampah ke TPA sekolah.
Oh iya aku baru ingat, sebenarnya aku tidak benar-benar sendirian. Benar, ada sesuatu yang membantuku ketika menyapu ruang kelas yang sepi.
Wait sesuatu? Ya aku menyebutnya sesuatu, karena aku hanya bisa merasakannya saja. Mungkin itu penghuni kelas!. (Wkwkkwk lucu sekali)
Tapi tak masalah bagiku, toh 'dia' bantu aku nyapu. Aku bisa menyapu seluruh kelas dengan cepat saat sendirian, sedangkan jika ada temanku yang sudah datang dan membantuku, malah membuat pekerjaanku menjadi lebih lama, bahkan tidak sebersih ketika aku menyapu sendirian. Sungguh aneh bukan? Ya begitulah.
Suara sapu mengisi keheningan kelas. Aku memercepat gerakanku menyapu, bukannya takut, aku hanya khawatir jika temanku yang lain mulai berdatangan. Ya begitulah.
"Yes selesai!" Akhirnya aku selesai menyapu sampai didepan kelas. Semua sampah kertas dan debu jejak sepatu, sudah terkumpul di pintu masuk kelas. Hanya tingga diserok saja.
"Eh Febby, kok udah selesai piket sih? Terus aku ngapain dong?" Itu Rama, teman piketku, baru saja datang. Dia melihatku sudah selesai mengumpulkan sampah di depan pintu kelas.
"Ya kan bagus. Kamu tinggal nyerok ini lah. Sana ambil seroknya!" Titahku pada Rama.
"Nyerok aja kan? Oke." Rama tersenyum senang sebelum melanjutkan langkahnya memasuki kelas.
"Iya cepet." Aku menunggunya di depan pintu kelas.
"Mana sapunya? Sini kasi aku." Ucap Rama setelah menaruh tasnya dan mengambil serok.
"Nah. Yang bener nyeroknya! Awas kesisa." Setelah menyerahkan sapu, aku kembali ke dalam kelas untuk merapikan meja guru.
Seperti biasa, taplak meja yang kusut aku rapikan kembali, benda-benda yang tidak berguna, aku buang dan tak lupa juga untuk menata vas bunganya. Tapi sayangnya bunga di vas itu sudah layu, itu adalah bunga kemarin.
"Tunggu dulu. Kok Rama lama ya?" Rasanya aneh saja aku tidak mendengar suarannya, walau hanya menyerok sampah.
Hening. Tidak ada orang. Kemana Rama? Bukannya tempat sampahnya sudah ada di depan kelas, kenapa dia menghilang sih? Aku mengedarkan pandanganku menyapu seisi kelas. Nihil.

KAMU SEDANG MEMBACA
Something About Me
Novela Juvenil[ Teruntuk kalian yang sedang merindukan masa kecil kalian ] Happy Reading... *** Hanya sebuah kenangan yang tidak bisa dilupakan. "Bukannya tidak bisa, hanya saja aku tak ingin melupakannya. Mungkin ini terlalu indah untuk dilupakan." . .