"Nikmati selagi bisa, lakukan selagi mampu
Karena tak ada yang tau kapan waktumu akan berlalu"
🌿🌺🌿
.
.
Masa kecilku di desa sangatlah menyenangkan. Makanya aku selalu ingin kembali menjadi kecil saja!.
Tapi sudahlah, tidak ada gunanya terus menerus memikirkan apa yang telah lewat. Mau tak mau aku harus menjalani kehidupanku, yang tidak akan berhenti, hingga aku menemukan tujuanku.
Semasa aku kecil dulu, ketika aku sudah mengenal dunia persekolahan, Taman Kanak-kanak, aku sudah sangat barbar teman-teman. Ya memang tidak ada anak kecil yang tidak nakal, kebanyakan pasti nakal lah. Tidak masalah jika nakal semasih kecil daripada nakal setelah remaja, ya kan?
Ketika usia enam tahun, akhirnya aku bisa mengendarai sepedaku tanpa bantuan roda tambahan lagi. Semenjak itulah aku mengendarai sepedaku dengan sangat barbar, suka ngebut dan tidak jarang aku terjatuh dari sepeda. Memang siapa sih yang tidak pernah terjatuh ketika mengendarai sepeda? Hebat banget tuh anak.
Pernah suatu hari, aku dan temanku, sebut saja Diah, sedang bermain seperti biasa di jalan kompleks perumahan kami. Aku mengayuh sepedaku sementara Diah hanya berjalan mengikutiku.
Muncul keinginan untuk meninggalkan Diah sendirian, akupun mempercepat kayuhan sepedaku. Diah mengejarku sementara aku tertawa melihatnya kewalahan, dengan badan yang bisa dibilang agak berisi, berlari mengejarku. Namun ternyata karma berlajan cepat. Saking asiknya aku menertawai Diah, sampai lupa melihat jalannya sepedaku, akhirnya aku jatuh kedalam got. Untung got itu kecil. Diah yang melihat langsung berlari mendekatiku dan membantuku berdiri. (Wajar masih anak-anak polos, jadi gak pake acara ketawa segala).
Aku meringis kesakitan. Kedua lututku tergores oleh permukaan semen got itu. Namun sesaat kemudian aku malah menertawakan kebodohanku. Diah hanya diam melongo melihat keanehanku.
Kamipun memutuskan kembali pulang ke rumah masing-masing karena senja sudah menampakkan dirinya. Aku mendorong sepedaku sementara Diah berjalan disebelahku. Dalam perjalanan kami tak banyak berbincang.
Diah tiba di rumahnya terlebih dahulu, sementara aku masih tinggal beberapa langkah saja. Untungnya rumah kami dekat.
Sampai di rumah, nenekku yang melihat lututku terluka langsung menjadi seperti ayam betina yang baru saja bertelur, heboh menanyaiku sambil mengobati lukaku. Aku hanya tersenyum menanggapinya.
Mungkin setelah itu aku tidak akan mengebut lagi ketika mengendarai sepeda, ya mungkin.
🌿🌺🌿
Kelakuanku tentu saja bukan hanya sekedar mengebut saat bermain sepeda, masih banyak yang lainnya. Aku suka menanggkap capung. Saat itu aku sudah duduk di bangku sekolah dasar tepatnya kelas dua SD. Saat nenekku memilih untuk mengontrak sebuah warung, yang letaknya masih dekat dengan rumah kami, untuk sekedar membantu pengeluaran keluarga.
Sebenarnya itu bukan hanya sekedar warung saja, terdapat dua kamar dan satu kamar mandi juga yang menyatu dengan warung itu. Disanalah kemudian aku, nenek dan kedua orang tuaku tinggal, tak lupa juga seorang adik yang masih balita. Sementara di rumah, tinggal kakek dan anak laki-lakinya, yang adalah pamanku, dengan keluarga kecilnya.

KAMU SEDANG MEMBACA
Something About Me
Teen Fiction[ Teruntuk kalian yang sedang merindukan masa kecil kalian ] Happy Reading... *** Hanya sebuah kenangan yang tidak bisa dilupakan. "Bukannya tidak bisa, hanya saja aku tak ingin melupakannya. Mungkin ini terlalu indah untuk dilupakan." . .