[ Teruntuk kalian yang sedang merindukan masa kecil kalian ]
Happy Reading...
***
Hanya sebuah kenangan yang tidak bisa dilupakan.
"Bukannya tidak bisa, hanya saja aku tak ingin melupakannya. Mungkin ini terlalu indah untuk dilupakan."
.
.
"Siapapun itu, pasti dia pernah membuat kesalahan dalam hidupnya. Ingat! Tidak ada manusia yang sempurna di dunia ini."
🌿🌺🌿
.
.
Minggu pagi memang paling menyenangkan. Walaupun besok senin, setidaknya seharian ini aku bisa bermain dan menjelajah. Ya, aku sangat suka menjelajah! Aku suka melihat-lihat keindahan yang alam berikan kedapa pengelihatanku. Alam memang unik dan luar biasa karena itu aku menyukainya.
Minggu ini, sudah kuputuskan akan pergi ke danau bersama adik dan sepupuku. Kata Meytri, di pinggir danau ada pohon buah es krim yang sedang berbuah. Aku akan pergi untuk memetiknya.
Jarak danau dari rumah kontrakan memang agak jauh, tapi tidak masalah. Semakin jauh perjalanan, menurutku itu semakin terasa kesenangannya.
Merasa sudah siap dengan segala bawaan, kami pun berangkat. Kami memilih untuk berjalan bersama.
Inilah yang aku suka saat menjelajah. Jika kau lapar, kau bisa mengambil makanan yang sudah disediakan alam untukmu. Baru setengah jalan, kami melihat pohon jambu biji. Waktu yang sangat tepat karena pohon itu buahnya ada yang sudah matang.
Tak perlu berpikir panjang, ini pedesaan, tidak akan ada yang marah jika kami memetik buah pohon itu. Lagipula tumbuhnya di pinggir jalan, sementara disekiatrnya tidak ada rumah. Pasti tidak ada pemiliknya alias milik umum.
Aku memanjat pohonnya, menggapai dahan yang berbuah dan memetiknya. Sementara adikku menunggu di bawah pohon. Sepupuku, dia laki-laki, walau lebih muda empat tahun dariku, kepandaiannya memanjat pohon sama sepertiku.
Merasa cukup dengan buah jambu biji, kami pun melanjutkan perjalanan.
Belum jauh dari pohon tadi, kami sudah menemukan buah lainnya. Buah markisa terlihat masih menempel pada batangnya. Tumbuhan markisa itu terlihat menjalar keluar dari pagar rumah besar itu. Baiklah. Mungkin kali ini ada pemiliknya. Aku harus berhati-hati.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Kami berjalan mendekati pagar rumah besar itu. Nampaknya pemilik rumah itu sedang tidak ada di tempat. Merasa situasi aman, aku memetik buah markisa matang itu dari tangkainya. Ayolah ini sudah matang, belum dipetik, daripada mubazir, lebih baik dimakan, bukan?
Kami bertiga mendapat masing-masing satu. Kurasa itu sudah cukup. Kami melanjutkan perjalanan.
Sebenarnya rumah itu terletak di pinggir danau, dekat dengan tempat yang dimaksud Meytri, jadi perjalanan kami hanya tinggal sedikit lagi.