✿ Prolog ✿

222 32 23
                                    

Judul pertama : Light (masih adakah cahaya untukku?)Ganti : TraumaGanti lagi 😭 : Lump in your throat

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Judul pertama : Light (masih adakah cahaya untukku?)
Ganti : Trauma
Ganti lagi 😭 : Lump in your throat


"Hoam..."

Perlahan kedua mataku kubuka, tampak buram ruangan batu-bata yang bercat putih mulus dengan beberapa ornamen seni disana.

Perlahan kedua mataku kubuka, tampak buram ruangan batu-bata yang bercat putih mulus dengan beberapa ornamen seni disana

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Semilir angin pagi pelan-pelan menghempas kain kordin yang berada dijendela kamar hingaa sedikit berterbangan.

"Ini sudah pagi dan kou masih tidur?ayo bangun, nanti kamu telat lagi."

Kata sok-sok wanita yang menguncir kuda rambutnya sambil memakai celemek agar baju indahnya tidak terkena noda masakan.

"Sebentar ma, Zero masih ngantuk," kataku masih memejamkan mata lalu membenarkan posisi tidurku.

"Bandel banget sih kamu," katanya, ya dia adalah mamaku, mamaku yang cukup sabar ketika membangunkan ku setiap pagi hari.

"Bangun Zero, mama sudah buatin roti bakar lo selai strawberry ditambah keju, nanti kalau tidak segera dimakan dihabisin ayah mau?" titah mama yang sukses membuat kedua mataku terbuka lebar.

"Roti bakar!"

Aku sontak langsung membuka mataku lalu bangun dari tempat tidurku sampai sampai aku terjungkal ke lantai.

"A-a-duh..." rintihku, kepala ku terbentur dinding, mama ku seketika terkejut dan langsung berlari ke arah ku.

"Astaga Zero hati-hati donk.." kata mama menasehati ku sambil membantuku berdiri.

Lalu saat aku melihat sekeliling dunia terasa berputar. Namun tak berselang lama aku teringat roti bakar yang menanti ku di ruang makan.

"Bagaimana kepala nya, masih sakit enggak?" Kata mama penuh khawatir

"Tidak ada waktu lagi ma," kata ku menatap mama yang melihatku kebingungan.

"Roti bakar mama sudah menungguku, aku tidak ingin membuat nya menunggu," jawabku yang dibalas ekspresi datar Mama.

Aku langsung berlari ke luar kamar tapi mama malah memanggil ku, "Eh eh eh mau kemana?"

"Ke ruang makan ma."

"Mandi dulu lah sayang."

Ya, meski aku udah gede entah mengapa mamaku tetap memanggil ku seperti itu.

"Tapi ma...."

"Mandi dulu..."

"Iya deh iya..."

Aku menyerah lantas mengambil handuk dan pergi ke kamar mandi sebelah kamarku, lantas mengguyur badan ku dengan air bersih cepat-cepat, tak lupa aku menggosok gigi, baru setelah itu aku mengelap badan dengan handu dan segeea memakai seragamku.

"Oke sudah ganteng." kataku dengan bergaya didepan Cermin.

Aku lalu keluar kamar dan turun ke lantai bawah ke ruang makan.

Disana ada ayah sedang menyantap roti bakar dengan sangat lahap, sementara milikku masih berada diatas piring, polesan selai yang terlihat lumer dengan tekstur roti tawar yang terlihat tidak rata. Hingga bau yang dikeluarkan masuk secara mulus di hidungku.

Aku berlari secepat cahaya. Namun naas saja saat aku mau mengambilnya ayah menyambar nya duluan.

"Ayah! Itu milik Zero!!"

"Siapa cepat dia dapat," ujar ayah melahap roti bakar ku tanpa ekspresi dosa.

"Ayahhhhh!"

"Udah-udah mama buatin lagi ni," kata mama memberikan piring dengan roti bakar diatasnya.

"Uwidihh makasih ma!"

"Makanya lain kali bangun tu pagi sekalian bantuin mama," kata mama.

"Iya, dengerin tu kata mama," kata ayah ikut-ikutan.

"Iya, ayah juga bangun kesiangan terus sama kek anaknya," sahut mama melirik ayah.

"Ya maaf ma.." kata ayah sambil memakan roti bakar nya-roti bakar ku itu eyy. Sedangkan mama menyiapkan bekal ku seperti biasa.

Walaupun aku sudah SMA kelas 12, mama selalu menyiapkan bekal untukku. Padahal aku sudah bilang pada mamaku bisa menyiapkan sendiri bekalnya tapi mamaku selalu bilang "Gak pa-pa biar mama aja."

"Zero..." panggil mama.

"Iya ma?"

"Bagaimana hubungan mu dengan Shella sekarang?" kata mama.

Shella adalah pacarku, bisa dibilang orang tuaku sudah tahu aku mempunyai pacar, dan pacarku pun sudah pernah aku ajak ke rumah menemui orang tuaku.

Orang tua ku setuju aku berpacaran dengan Shella asal tidak menganggu tugasku sebagai pelajar.

"Hmmmm biasa saja kok ma baik baik saja seperti biasa," kataku lalu menggigit roti bakar.

"Huh! biasa saja!?" teriak mama membuat meja bergetar aku terkejut begitupun dengan ayah.

"Jangan biasa saja dunk sayang!" ujar mama heboh sendiri.

"Ma tenang nanti kalau didengar tetangga gimana nggak enaklah," kata ayah.

"Kamu diem!" kata mama menatap Ayah.

"Zero!" panggil mama seketika

"Eh iya ma?"

"Kamu sebagai laki-laki harus membuat cewek kamu bahagia okeyy, jangan seperti ayahmu...."

"Uhuk-uhuk," batuk ayah.

"Makanya jangan buru-buru kalau ngebantah karma kan jadinya," kata mama.

"Napa jadi aku?"

"Ya biar zero sebagai lelaki bisa membahagiakan ceweknya begitupun sebaliknya biar nggak nyesel kayak aku sama ayah," kata mama menatap nyalang suaminya.

"Idih memang salah ku apa coba?" kata ayah.

"Kamu terlalu romantis yah," kata mama.

"Eh iya kah??" kata ayah bahagia.

"Tapi boong!" Kata mama tertawa.

Yeah seperti biasa mama dan ayah selalu bercanda ria seakan akan mereka masih muda aku pun segera menghabiskan sarapanku dan minum segelas susu.

"Oh ya Zer udah mau berangkat?" Kata mama melihatku.

"Iya ma."

"Ini bekalnya ya jangan lupa dimakan."

"Siap ma," kataku lalu bersalaman dengan mama dan ayah.

"Zero pamit ya ayah..mama.."kataku.

"Iya hati hati ya," kata ayah.

"Sekolah yang bener," kata mama.

"Iya ma," akupun memakai sepatu dan jaket siap ke sekolah dengan semangat, baru saja aku mengeluarkan motorku didepan tiba tiba.

"SELAMAT PAGI ZEROOOO!!"

_______________________________
Terimakasih sudah membaca😄

Maaf kalau ada kesalahan penggunaan huruf kapital dan lain lain.

Jangan lupa vote ya sebelum lanjut
Hargai please😊

02 Agustus 2020

Lump In your Troath [PROSES REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang