✿ Problem ✿

45 16 1
                                    

Pemuda dengan tatapan nyalangnya, menandai satu-persatu wajah kami dengan serius lantas pergi begitu saja meninggalkan tempat dengan bekas amarah

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Pemuda dengan tatapan nyalangnya, menandai satu-persatu wajah kami dengan serius lantas pergi begitu saja meninggalkan tempat dengan bekas amarah.

Aku teduduk lemas melihat perlakuan Zero yang sudah tertebak, mata teman-temanku tertuju padaku sekejap dan langsung ikut mendaratkan pantat mereka masing-masing ke kursi.

"Punya temen matanya buta gegara cinta," ujar Tere dengan badan tegap sembari menyilangkan kakinya.

"Gue sependapat dengan Lo," timpal Aldo.

"Tapi bagaimanapun juga dia tetap sahabat kita, yang mungkin akan ada disampingnya saat ia terpuruk nanti, itu sudah pasti, aku faham betul bagaimana perasaan Zero," ucap Devan menengahi kami seperti biasanya.

"Halah makan tu terpuruk, udah dikasih tahu tu telinga udah kesumpel, nangis-nangis wae Sampek ada yang nolongin, emang dasarnya cengeng."

"Aldo! tu mulut perlu dikasih sambel deh, nyinyir mulu kerjaannye," geram Tere.

"Biarin, lagi pula kalo putus gampang, kek gue aja tinggal cari cewek baru, gitu aja susah!"

"Lah? Lo kan emang dasarnya playboy, bandingin dengan Zero, ya tetep good boy Zero nyet."

"Ho.o gue ngaku kalau soal itu," balas Aldo sama sekali tidak tersinggung dengan perkataan Tere.

Devan tampak menghembuskan nafasnya, bahkan karbondioksida tipis yang keluar dari paru-paru sang pemuda tampak terasa.

"Hulf, yang terpenting untuk saat ini kita sudah memberitahu nya, dan untuk kamu Alicia, kamu tidak perlu sedih, Kami semua ada dipihakmu," kata Devan sambil mengusap punggungku.

"Yap, gak perlu sedih, kita ada sama Lo," timpal Tere.

"Zero butuh waktu untuk sendiri."

"Tapi, persahabatan gue dan Zero gak akan pecah kan?" tanyaku khawaktir.

"Gaklah, Overthinking banget jadi cewek," balas Aldo yang langsung mendapat tamparan keras Tere

"Mungkin gue juga salah, karna gue yang comblangin mereka," sesalku yang mungkin tidak disetujui oleh yang lainnya.

"Bukan Lo yang salah, cewek jal*ng emang dasarnya udah punya hati busuk," Aldo berkata tanpa menyaring kalimatnya hingga beberapa pengunjung yang mendengar sedikit melirik kami.

"Kalimat Aldo emang gak sopan, tapi gue setuju sih, bukan salah Lo kok," Tere pun memberikan pelukannya padaku agar diriku lebih tenang.

"Gak nyampek seminggu tu anak pasti balik lagi, percaya sama gue."

"Iya, dia gak bakal bisa marah sama kita selama itu yakin deh," kata Tere.

Aku mengangguk menanggapi hal tersebut, mungkin benar, dan mungkin aku harusnya lebih bisa mengendalikan perasaan bersalahku.

Lump In your Troath [PROSES REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang