"Maaf Alicia," gumam Zero merasa bersalah pada dirinya sendiri, bagaimana ia bisa lupa akan janji yang ia buat bersama Alicia.
Zero mengendarai motornya ke jalan menuju sekolah dengan cepat, bahkan saat ia sudah sampai pun sekolah sudah ditutup rapat. Penjaga sekolah yang memiliki jam shif malam disana bilang tidak ada siapapun, dengan yakin ia berujar bahwa seisi ruangan kosong.
"Lantas? Dengan siapa Alicia pulang?"
Zero ragu jika Aldo yang menjemput nya, kalau iya pasti Aldo sudah datang kerumahnya dan ngamuk-ngamuk karena membiarkan Alicia sendirian.
Zero kembali mencari gadis itu kemana-mana, ini sudah sore sekali, pemuda itu sudah membayangkan bagaimana jika para laki-laki bejat yang ditemui Alicia melakukan sesuatu padanya.
"Bodoh banget gue! Napa harus lupa segala sih! Kalau sampai terjadi apapun dengan Alicia, gue gak bakal maafin diri gue sendiri!"
Zero melantunkan doa, sambil matanya menatap tajam seisi trotoar, meneliti satu persatu wajah para pejalan kaki.
"Ya Tuhan....tolong lindungi Alicia dimanapun ia berada..."
"A-alicia!?"
Dari arah yang berlawanan, Zero menangkap seorang gadis berbalut seragam yang tengah berjalan.
Setelah memastikan itu benar, Zero melihat kekanan dan kekiri, setelah dipastikan tidak ada kendaraan lewat aku pun menyebrang.
[Zero POV]
Aku memarkirkan motorku tak jauh dari posisi Alicia berjalan.
Aku berlari menghampiri nya, Alicia lalu melihatku dengan tatapan lelah dan mungkin saja bercampur marah.
"Al kamu gak.." Belum sempat aku bicara dia menginjak kakiku dan menjewer telingaku.
"Au! Au! Au! Sakit Alll!!!"
"Bagus ya pulang nggak bilang bilang, mana janji Lo pulang sekolah? kalau mau pulang duluan bilang jangan buat gue nunggu pagam!" Katanya seraya melepaskan cubitan telinga.
Aku lantas memegang telingaku yang dijewer Alicia barusan untuk memastikan masih berasa ditempat nya.
"Maaf Al, tadi gue lupa ada janji sama Lo, ya udah gue nganterin Shella pulang kasihan dia nunggu." Jelasku.
"Iya gus faham, gue gak ngelarang Lo buat bucin sama pacar Lo, bahkan jadi babunya pun gue gak peduli, tapi Lo punya otak kan nying? Kalau ada apa-apa tu bilang, angkat telfonnya, gue gak bakal sekesel ini!" ujar Alicia mulai sedikit meredakan amarahnya.
Tak apa disini yang salah aku.
"Telfon nya jangan off, biar ah...tau ah Lu gak bakal ngerti!" Alicia terlihat marah dan kecewa padaku sampai sampai ia tak ingin melanjutkan kalimatnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Lump In your Troath [PROSES REVISI]
Fiksi RemajaPROSES REVISI "Even a strong boy can cry just because of a girl" Kala seorang laki-laki sudah mencintai satu wanita, bahkan rela mengorbankan segalanya pada sang pujaan hati, namun perlakuan yang diterima tidak mencerminkan bahwa hubungan ini bersim...