Setelah pulang dari rumah Zero, aku memutuskan untuk memanjakan tubuhku dengan air dan sabun penuh busa agar senantiasa bersih dan wangi.
Hingga beberapa menit berlalu, Hoodie kuning dan celana selutut putih pun melekat ditubuhku.
Dirasa ritual pagi sudah siap, aku kembali menyebrang untuk ke rumah Zero. Tidak seperti sebelumnya, aku rasa seorang pujaan hati sahabatku sudah nangkring dengan anggun di rumahnya.
"Hai Shell!" sapaku seperti biasa.
"Hai juga Al," balasnya luar biasa ramah.
"Nungguin Zero?"
"Iya hehe."
Memang tidak mungkin kalau Shella yang ramah ini berani menghianati cinta yang sudah terjalin lumayan lama dengan Zero, tapi.....
Tau ah, kembali ke rencana awal itu lebih baik dari pada menyimpulkan hal yang hanya sebuah kemungkinan.
Tak lama saat aku menginjakkan kaki di area dapur, Zero keluar mengenakan kaos hitam pekat nya dengan rambut yang masih basah.
"Lo kesini lagi?" tanya Zero yang tengah mengusak rambutnya dengan handuk.
"Lo enggak buta kan?" tanyaku.
"Halah basa-basi doank, judes amat mbak."
"Udahlah, itu Lo ditungguin Shella Sono!"
"Iya Ratuuuu, bawel amat dah."
"Ish bawel-bawel gini Lo juga mau sahabatan sama gue,"
"Iya, terpaksa."
"Lo lebih baik bucin daripada gangguin idup gue!" Kataku berjalan kearah yang berlawanan dengan Zero.
"Lah, Lu mau kemana?"
"Ke dapur minta es batu."
"Aaaa kasihan betul rakyat jelata ku ini nggak punya es batu, utututuuu~"
Anying!
"Iye, rakyat jelata mu ini ingin meminta sebagian harta es batu milik Tuan raja." ujarku menanggapi kalimat ledekan Zero.
KAMU SEDANG MEMBACA
Lump In your Troath [PROSES REVISI]
Ficção AdolescentePROSES REVISI "Even a strong boy can cry just because of a girl" Kala seorang laki-laki sudah mencintai satu wanita, bahkan rela mengorbankan segalanya pada sang pujaan hati, namun perlakuan yang diterima tidak mencerminkan bahwa hubungan ini bersim...