Chapter 4 : Mage

198 16 16
                                    

"Oi, Granger!" panggil seorang laki-laki dari jauh.

Granger menoleh, begitupun Ruby. Mata Ruby terbelalak melihat rupa laki-laki itu.

"Kau sudah balik kesini rupanya," ujar laki-laki berambut pirang itu.

"Ya begitulah," jawab Granger.

"Ngomong-ngomong ini siapa?" tanyanya sambil memandang Ruby sejenak.

"Partner ku."

"Perkenalkan aku Alucard." Alucard mengulurkan tangannya.

Ruby terlarut dalam pikirannya dan tak mendengarkan Alucard. Granger yang melihat gadis itu tak menjawab memukul punggung nya pelan.

"Aw!" ringis Ruby. Ia pun tersadar dari lamunannya dan melihat Alucard di hadapannya.

"Apa yang kau lamunkan?" tanya Granger.

"Bukan apa-apa," jawab Ruby.

"Perkenalkan, aku Alucard," ucap Alucard sekali lagi memperkenalkan  diri.

"Aku Ruby." Ruby menjabat tangan Alucard.

"Ngomong-ngomong, sejak kapan kau akrab dengan perempuan? Bahkan sampai jadi partner."

"Mulutmu itu selalu tak bisa diam seperti biasa," ujar Granger dengan sikap arogan nya.

"Kau selalu saja seperti ini, karena itulah anak perempuan selalu menangis jika menatap matamu." Alucard tertawa.

Ruby terkekeh. "Pfft! Benarkah?"

"Ya. Oleh karena itu sampai sekarang ia belum memiliki kekasih ahaha!"

"Aku tidak seperti mu, sehari saja bisa bergonta-ganti kekasih," ketus Granger membuat Alucard dan Ruby tertawa. Tentu saja Alucard tidak tersinggung, sahabatnya ini memang memiliki mulut pedas sejak dulu.

"Tapi, dua hari lalu sepertinya aku menemukan kekasih belahan jiwaku," ucap Alucard tersenyum-senyum seperti orang gila mengingat gadis yang telah mencuri tempat hatinya.

Granger menghembuskan nafas jengah. "Sudahlah, kau selalu berbicara seperti itu terhadap semua gadis yang pernah kau temui. Kau pikir aku bodoh?"

"Tapi yang kali ini aku bisa merasakannya, kalau dia adalah gadis yang benar-benar tepat untukku." Alucard berkata dengan penuh keyakinan.

Ruby jadi sedikit penasaran. "Bagaimana rupanya? Apa dia cantik?"

"Yang pasti dia lebih cantik daripada gadis keras kepala sepertimu," celetuk Granger.

"Apa aku berbicara denganmu?" ketus Ruby kesal. Granger hanya memutar bola malas sambil menyilangkan kedua tangannya.

Alucard terkekeh. "Ya, dia sangat cantik. Dengan rambut peraknya yang berkilau, matanya ungu seperti bunga lavender, dan wajah seriusnya yang begitu bersinar ketika dia menembaki musuh dengan panahnya. Sungguh-sungguh mempesona,"  ujarnya mendeskripsikan gadis pujaan hatinya dengan raut wajahnya yang begitu senang.

"Kami tak punya waktu untuk mendengar puisi menggelikanmu itu, lebih baik kau pergi sekarang," jawabnya malas.

"Wah, dia sepertinya sangat cantik! Kau harus cepat mendapatkan hatinya sebelum didahului oleh orang lain!" Ruby berantusias, karena ia suka cerita yang berbau hal romantis.

Alucard tersenyum menyetujui perkataan Ruby. "Ya, kau benar."

Granger mengalihkan pandangannya kearah lain malas, karena dianggap seperti mahluk tak kasat mata. Ia pun berdiri dan berjalan menjauh, karena bosan dengan percakapan soal cinta ini.

The Little Redhood and The Vagrant PoetTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang