Konten ini mengandung kekerasan yang mungkin membuat tidak nyaman bagi sebagian pembaca. Harap bijak dalam menanggapi.
Pale Tusk menyeringai hebat. Leher putih dan jenjang yang ada di genggaman tangannya itu terasa sangat rapuh dan empuk untuk diremukkan.
Mahluk itu bisa merasakan denyut pembuluh darah mangsanya, dan juga kehangatan yang menandakan bahwa musuhnya itu masih hidup.
Rasa penasaran kini menyerbu Pale Tusk. Bagaimana jika ia melayangkan nyawa gadis ini nanti?
Akankah tekstur tubuhnya berubah menjadi kaku? Akankah kedinginan melingkupi seluruh tubuhnya nantinya?
Meskipun ia sudah tak sabar, tetap saja Pale Tusk ingin menyaksikan ekpresi yang gadis itu tampakkan sebelum nyawanya meregang.
Tetapi ... kenapa mangsanya itu tak melakukan pergerakan sekalipun?
Mata hijaunya redup dan dingin, alisnya tak terangkat maupun mengerut, dan bibirnya juga tak mencetak senyum.
Mendadak Pale Tusk menjadi sedikit cemas. Entahlah, mungkin itu hanya perasaannya saja.
Ini pastilah hanya gertakan. Gadis itu sengaja. Pale Tusk tak boleh tergoyahkan.
"Kenapa? Apa ketakutan sudah membungkam mulutmu? Di mana kearogananmu di hari itu?" desaknya.
Ruby masih tak menjawab, gadis bersurai pirang itu hanya diam menatap Pale Tusk dengan pandangan lurus.
Karena merasa terabaikan, Pale Tusk menjadi kesal sehingga dia menggertakkan gigi lalu menambah kekuatan untuk genggamannya pada leher Ruby.
"Sepertinya kau sudah benar-benar siap untuk mati di tanganku. Kalau begitu, aku tak akan membuang waktu—"
Ruby mengambil napas dan membuka bibirnya. "Kau ... ketakutan, 'kan?"
"Apa?" Pale Tusk seketika mengendurkan cengkramannya. Pandangan mahluk itu menyalang tajam.
"Ketakutan ... akan mengurangi kekuatan terbesar di dalam dirimu," ujar Ruby tanpa nada. "Hal itulah yang tengah terjadi padamu sekarang."
Sebuah lukisan senyum merendahkan tercipta di wajah gadis itu. Ruby tak menunjukkan ekspresi apa-apa selain ekspresi merendahkan.
Lagi-lagi, kesombongan gadis pongah itu membuat darah Pale Tusk mendidih.
"Kelihatannya mulut kurang ajarmu tak akan diam sebelum aku menancapkan kukuku ke pembuluh darahmu."
"Ternyata. Kau pun juga takut mati, ya," potong Ruby sembari menekan setiap perkataannya. "Menyedihkan."
Pale Tusk tersentak. Ada hal aneh yang tak ia mengerti.
Kenapa tangannya menjadi bergetar? Kenapa cemas yang ia rasakan semakin bertambah?
Kenapa ... ia tiba-tiba merasa janggal dan tak aman ketika melihat senyum itu?
Terjadi pergolakan emosi yang tak pernah Pale Tusk rasakan sebelumnya. Ia tak tahu apa yang tengah terjadi padanya?
Bagaimana bisa seorang gadis membuatnya merasa ... ketakutan?
Apa jangan-jangan gadis itu tahu bagaimana cara membunuh dirinya? Tidak, itu tak mungkin.
Tapi ... ia sudah berhasil menyingkirkan pria setengah serigala itu untuk sementara, jadi untuk saat ini dirinya tak akan terancam.
Tidak, tapi ada yang aneh sejak awal. Pemburu serigala legendaris yang telah menjadi manusia setengah serigala itu sangatlah lemah.
Hanya dengan satu pukulan darinya, pria itu langsung terjatuh dan tak berdaya. Padahal bulan purnama masih berada di tempatnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Little Redhood and The Vagrant Poet
Aventura"Saat purnama bersinar, hutan akan menghasilkan jeritan nanar." Di kedalaman hutan, terdapatlah seorang gadis bertudung merah yang hidup berdampingan dengan mimpi buruknya. Semakin dekat ia dengan mimpi buruknya, semakin dekat ia dengan satu-satuny...