Konten ini mengandung khayalan yang bersifat tidak nyata. Mohon para pembaca bijak menanggapi.
Ledakan bertubi-tubi yang terdengar dari arah barat membuat ruangan yang senyap itu menjadi ramai.
Lantai bergetar layaknya ada gempa bumi yang menyerang, suara dentuman, membuat debu di langit-langit berjatuhan.
Pale Tusk yang awalnya tengah duduk bersantai di atas singgasananya kini mulai bangkit berdiri. Mahluk itu telah mempersiapkan dirinya, jantungnya berdebar.
Sudah sejak lama dia tidak merasakan perasaan gairah membunuh yang membuncah seperti ini.
Rasanya dia ingin segera mencabik-cabik kulit merona gadis bertudung merah itu hingga hancur berkeping-keping.
Ia tak sabar meremukkan dan menghancurkan tulang-tulang rapuh milik gadis itu dengan taring tajam miliknya.
Dan rasanya dia ingin cepat-cepat ... melihat kesedihan gadis itu ketika dirinya membunuh orang-orang yang gadis itu kasihi secara satu persatu.
Kira-kira, ekspresi macam apa yang akan ditunjukkan oleh nona bertudung merah itu?
Akankah gadis itu memohon padanya untuk mengasihani hidupnya? Akankah gadis itu akan menangis ketakutan saat dirinya akan membunuhnya?
Ah, memikirkannya saja sudah membuat Pale Tusk ingin menyiksa gadis yang telah mengusik ketenangannya tersebut dengan cara yang paling menyakitkan.
Pale Tusk menjilati taringnya lapar. Mahluk itu kini turun dari singgasananya dan mulai berjalan santai menemui musuh bebuyutannya.
Langkah demi langkah, mahluk itu tidak mengetahui bahwa dirinya mungkin saja tidak akan berhasil mencapai tujuannya.
❤
Ruby mengelap peluhnuya sejenak, kemudian ia kembali menahan serigala yang berusaha menyerangnya.
Sebenarnya ada berapa banyak jumlah semua serigala yang ada di tempat ini? Mereka sudah cukup banyak melempar granat ke arah gerombolan serigala dan beberapa di antara mereka telah terkapar tak bernyawa.
Tetapi tetap saja ada beberapa serigala yang lolos dan terus menyerang ke arah mereka.
Ruby merasa kesal karena serigala-serigala ini pantang menyerah dan pantang mundur.
Hanya bisa maju dengan mengorbankan nyawa secara sia-sia.
Dan yang lebih membuat Ruby jengkel adalah, lelaki yang tengah duduk berlindung di belakangnya ini masih saja belum selesai dengan kegiatannya.
Bagaimana gadis itu tidak kesal? Granger sedari tadi tidak selesai-selesai mengisi pelurunya sehingga Ruby harus selalu senantiasa melindungi lelaki itu tanpa henti.
Untung saja Roger membawa peluru cadangan yang sesuai dengan jenis pistol milik Granger. Jika tidak, maka bisa dibilang lelaki itu hanya akan menjadi beban tim.
"Apa masih belum selesai?!" teriak Ruby kesal sambil menempeleng kepala serigala yang melompat ke arahnya dengan sabit miliknya.
"Belum," jawab Granger santai dan seadanya dengan tangannya yang terus mengotak-atik pistolnya.
"Hei, bilang saja bahwa kau sebenarnya tengah bersantai-santai, kan?!" tukas Ruby.
Padahal, Roger dan Gusion sudah bergerak daritadi membantu melawan serigala-serigala yang berusaha melukai mereka.
Sedangkan Lesley tak pernah berhenti melemparkan granat ke arah serigala dengan Gusion yang melindunginya dari depan.
Akhirnya setelah cukup lama, Granger bangkit dari duduknya. Lelaki itu kemudian meluncurkan peluru yang melesat begitu cepat ketika serigala yang menyerang Ruby dari samping hampir menerkam gadis itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Little Redhood and The Vagrant Poet
Aventura"Saat purnama bersinar, hutan akan menghasilkan jeritan nanar." Di kedalaman hutan, terdapatlah seorang gadis bertudung merah yang hidup berdampingan dengan mimpi buruknya. Semakin dekat ia dengan mimpi buruknya, semakin dekat ia dengan satu-satuny...