Chapter 15 : Penyusup

63 9 29
                                    

Konten ini mengandung khayalan yang bersifat tidak nyata. Mohon para pembaca bijak menanggapi. 

Ruby tengah bersembunyi di balik patung besar berbentuk serigala yang tengah berdiri. Beberapa saat lalu dia hampir saja masuk ke dalam kandang berisi serigala yang tengah menyantap daging mentah.

Nasib baik ia mengerem tubuhnya dengan cepat, dan langsung ia bersembunyi di balik bongkahan batu yang telah diukir.

Satu hal yang telah Ruby pelajari dalam perjalanan menyelamatkan temannya.

Di markas Pale Tusk, ternyata ada beberapa manusia setengah serigala. Badan mereka berdiri tegap dan bulu-bulu hangat menutupi seluruh permukaan kulit mereka.

Pada saat yang sama, Ruby merasakan bulu kuduknya naik dan sepasang matanya langsung menatap lekat kulit putihnya yang merona.

Ia tak tahu bagaimana nasib kulitnya yang cantik ini kalau dirinya berubah menjadi setengah serigala.

Jangan sampai aku jadi setengah serigala, batinnya membayangkan dirinya yang berubah menjadi manusia setengah serigala dengan jijik. Tidak, ini bukan saatnya memikirkan itu. Fokuslah, Ruby!

Tep ... Tep ...

Sekejap, Ruby membeliakkan mata ketika suara langkah kaki terdengar di pendengarannya. Ia mengintip dari balik patung yang menyembunyikannya.

Sesosok manusia setengah serigala bertubuh tinggi tepat berada di sampingnya. Hanya patung yang menjadi perantara di antara mereka.

Bagaimana ini? Penciuman dan pendengaran serigala tergolong tajam, jika ia ketahuan di sini, dirinya akan dikeroyok habis-habisan.

Sambil menahan napas, Ruby berusaha untuk menghampiri sabit di sebelah kanannya yang terlentang di lantai. Jika ia ketahuan di tempat ini, maka mau tidak mau gadis itu itu harus melawan dan bertarung demi nyawanya.

Ruby tak bisa menganggap remeh serigala jadi-jadian yang satu ini, karena yang gadis itu ketahui hanyalah kemampuan serigala-serigala pada umumnya.

Ia tak bisa meremehkan kekuatan yang tak ia ketahui.

Dengan detak jantungnya yang berdebar keras, Ruby terus mengawasi sosok ancaman di sampingnya.

Ruby telah mengenggam erat gagang sabitnya ketika sosok tersebut mulai mengarahkan pandangan ke arahnya. Ia tak tahu apakah patung tinggi di sebelah kirinya mampu menutupi kehadirannya.

Namun tak disangka-sangka, ternyata musuhnya itu hanya berjalan berlalu ke arah yang berlawanan dari posisinya.

Ruby mengamati manusia setengah serigala itu yang semakin berjalan menjauh dari keberadaannya.

Saat musuhnya telah hilang sepenuhnya dari pandangannya, gadis itu mengembuskan napas panjang-panjang seraya menetralkan detak jantungnya.

Awalnya Ruby bingung kenapa bisa sosok itu bisa tidak menyadari keberadaannya.

Tapi itu semua mungkin karena aroma serigala di tempat ini sangatlah kuat, hingga aroma tubuhnya menjadi tertutup.

Tak perlu waktu lama, bergegas Ruby berdiri dan berlari untuk kembali mencari di mana teman-temannya berada. Tak lupa, diraihnya sniper milik Lesley dengan tangan kirinya.

Tanpa gadis ketahui, bahwa ada sesosok yang tengah tersenyum menyeringai seraya membiarkan kepergiannya.

.
.
.
.

Ruby tak tahu menahu bagaimana keadaan dua rekannya yang tengah melawan rombongan serigala.

Tidak mungkin ia tak khawatir, tapi mau bagaimana lagi. Kekhawatirannya sekarang tidaklah penting. Yang terpenting sekarang adalah aksinya menyelamatkan kedua temannya.

The Little Redhood and The Vagrant PoetTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang