Granger langsung berdecak di kala sosok itu dengan jelas menampakkan wujudnya. "Ck, inilah kenapa aku sangat benci berurusan dengan Mage."
"Mage? Maksudmu penyihir?" tanya Ruby memastikan.
"Ya, sama seperti putri angsa yang kita temui beberapa hari yang lalu," terang Granger.
"Kalau begitu, sekarang bagaimana? Apa kita harus lari?"
Granger berdecak sembari mengisi peluru pistolnya. "Ya, tidak ada cara lain."
"Tapi kau bilang kita hanya harus mengawasi mereka saja." Ruby menyela.
"Tidak untuk hal ini," balas Granger. "Kau akan membantuku atau tidak?"
Ruby berdecih. Tidak bisakah lelaki itu meminta bantuan secara baik-baik?
"Baiklah," jawabnya pasrah. Gadis bertudung merah itu kemudian mengacungkan sabitnya ke depan.
Tak lama dari itu, mereka melesat dengan begitu cepat. Ruby berlari ke arah kanan, sementara Granger ke arah kiri.
Dengan cepat, Ruby mengayunkan sabitnya namun lepas. Tebasan sabitnya tidak mengenai penyihir tersebut.
Ting!
Suara nyaring ketika ujung sabit tajam itu mencium lantai, memekakkan telinga.
Namun tidak hanya itu, karena dengan cepat Ruby menunduk dan Granger langsung muncul dari belakang gadis itu dan menodongkan pistolnya dan tanpa aba-aba menarik pelatuknya.
Suara ledakan menggema di kastil tua yang gelap tersebut, asap mengepul di seluruh ruangan.
Tetapi keberadaan penyihir itu tiba-tiba menghilang, membuat sepasang rekan berburu ini kebingungan.
Mereka mengambil ancang-ancang dan waspada, sehingga mereka pun berdiri dan punggung mereka bersentuhan, karena hal itu yang paling ampuh agar mereka berdua bisa melihat sekeliling.
"Di... dia menghilang," ucap Ruby ragu. Gadis itu terlihat tengah gugup sekaligus waspada, karena lawan mereka jauh lebih susah daripada menebas sekumpulan serigala.
Granger hanya diam. Lelaki itu memutar bolamatanya berlari ke seluruh penjuru kastil tua itu, dan hanya keheningan yang mengisi.
Hingga beberapa saat, lelaki berhelai hitam itu kembali menarik pergelangan tangan Ruby yang berada di belakangnya kemudian menariknya secara cepat ketika ada suatu benda yang menyerang mereka.
"Hentikan itu dasar pengecut! Berhenti bersembunyi!" Tiba-tiba saja teriakan Ruby melengking dan memantul di kastil gelap yang kosong itu.
Gadis itu merasa kesal karena sedari tadi musuh yang mereka hadapi terus bersembunyi, dan tak kunjung menampakkan diri.
Hening kembali menyergap. Dan kebisingan tak kunjung datang, hingga akhirnya sebuah langkah kaki terdengar.
Tampak sesosok-- ralat, dua sosok yang berjalan menghampiri mereka. Aura hitam menyertai kedua sosok itu, namun bukan hal itu yang membuat gadis bertudung merah ini terbelalak.
Melainkan sosok gadis bersurai putih perak dengan tangannya yang menghitam disertai dengan akar-akar aneh yang mengelunginya.
Gaun merah panjang menempel di tubuh gadis berkulit pucat itu dengan manik matanya yang berwarna merah terang menyala.
Terdengar suara dan tiba-tiba saja Granger telah berada di belakang dua sosok itu dengan menodongkan moncong pistolnya.
Lelaki itu menajamkan tatapannya yang menyalang sembari berkata. "Siapa kalian?"
KAMU SEDANG MEMBACA
The Little Redhood and The Vagrant Poet
Aventura"Saat purnama bersinar, hutan akan menghasilkan jeritan nanar." Di kedalaman hutan, terdapatlah seorang gadis bertudung merah yang hidup berdampingan dengan mimpi buruknya. Semakin dekat ia dengan mimpi buruknya, semakin dekat ia dengan satu-satuny...