Chapter 14 : Umpan

55 8 9
                                    

Konten ini mengandung khayalan yang bersifat tidak nyata. Mohon para pembaca bijak menanggapi.

Granger berkata. "Kelihatannya mereka berdua sudah ditangkap serigala jadi-jadian itu."

Ruby melipat bibir. "Tapi kenapa? Kenapa Pale Tusk justru menangkap Lesley dan Gusion? Kenapa dia tidak menangkapku?" kesalnya.

"Mungkin dia mengetahui keberadaan orang tua ini yang tengah bersamamu," Granger melirik Roger yang di sampingnya.

"Tidak mungkin Pale Tusk mengetahui keberadaanku. Mungkin, kedua teman kalian itu adalah umpan," balas Roger.

"Maksudmu Pale Tusk sengaja memancing Ruby mendatanginya menggunakan Lesley dan Gusion?" terka Granger.

"Ya, seperti itulah menurutku," kata Roger.

"Itu berarti ... Pale Tusk memang ingin aku menyerangnya sebelum kita menyerangnya?" Ruby mengerutkan alis.

Granger bersedekap. "Kemungkinan besar begitu."

Roger menyentuh janggutnya. "Itu berarti, kita memang telah diundang oleh Pale Tusk sendiri."

Ruby kini mengangkat pandangannya penuh semangat. "Jika dia memang ingin aku menyerangnya, maka tidak ada alasan lagi bagiku untuk mengelak."

Roger mengukir senyum. "Kalau begitu, lebih baik kita berangkat sekarang. Waktu kita tidak banyak."

"Tunggu, Paman. Aku akan ke dalam mengambil sniper Lesley dan belati Gusion. Mungkin saja mereka membutuhkannya nanti," cegat Ruby kemudian berlari masuk ke dalam.

Pandangan Granger mengikuti langkah Ruby yang akhirnya tak terlihat lagi. Ia kemudian mengalihkan pandangannya ke Roger.

"Ruby selalu menderita karena mahluk itu," celetuknya membuat Roger menoleh ke arahnya.

"Setiap kali mendengar nama Pale Tusk, tatapannya berubah menjadi gelap. Serigala jadi-jadian itu adalah mimpi buruknya sekaligus musuhnya."

Roger hanya diam mencermati perkataan lelaki muda di hadapannya. Sampai lelaki itu menundukkan kepalanya penuh hormat.

"Aku tidak punya kekuatan untuk menghapuskan ketakutannya. Oleh karena itu, aku hanya bisa meminta bantuan padamu."

Granger berkata dengan penuh ketulusan. "Tolong, bantu dia agar terlepas dari mimpi buruknya."

Roger melebarkan kelopak matanya tak percaya. Tapi tak lama dari itu ia mengukir senyuman.

Ia dapat merasakan ketulusan lelaki muda tersebut yang tertuju langsung padanya.

Roger merasa lega dan senang, karena Ruby berhasil menemukan seseorang yang benar-benar mengerti dan peduli akan gadis itu.

"Aku berjanji akan membantu Ruby dengan sekuat tenagaku. Untuk itu, kau juga harus menolongku, anak muda."

Granger kini menaikkan kepalanya. Senyum tipis kini terukir di wajahnya.

Roger kini membalas senyuman itu dengan senyuman miliknya. Pria itu kemudian menepuk pundak Granger.

"Hei! Bisa tolong aku?!" Ruby sedikit berteriak dengan tangannya yang penuh akan barang-barang.

Tangan kirinya dikalungi sebuah tas ransel. Tangan kanannya terdapat sniper milik Lesley yang ia genggam.

Di pundak tipisnya bertengger sebuah sabit yang cukup besar.

Granger menghampiri gadis itu kemudian merebut tas ransel yang berada di tangan Ruby.

"Sebenarnya apa yang kau bawa?" omelnya.

"Hei, hati-hati dengan tasnya. Ada banyak belati milik Gusion yang kuletakkan di situ," peringat Ruby.

The Little Redhood and The Vagrant PoetTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang