Pertemuan Kedelapan

1.2K 213 8
                                    

Ting tong! Ting tong! Ting tong!

Irene terbangun oleh suara bel pintu yang berkali-kali berbunyi. Tanpa membuka matanya, Irene berjalan membukakan pintu lalu kembali merebahkan dirinya di kasur. Irene melakukannya tanpa sadar, nyawanya masih di alam mimpi. Irene biasa melakukan hal itu ketika di rumah, membukakan pintu kamarnya untuk adiknya masuk, untuk Yeri masuk.

Seulgi masuk ke dalam kamar Irene dan melihat Irene di kasurnya. Seulgi menggeleng lalu melihat ke arah jam, sudah jam 9 pagi.

"Kak?" tidak ada jawaban dari Irene.

Seulgi lalu berbaring di kasur Irene, menindih kaki Irene.

"Aduh," Irene terbangung dan langsung menendang Seulgi pelan, "Sana ah,"

"Bangun, Kak,"
"Sana,"
"Katanya mau cari oleh-oleh buat adiknya? Ayo bangun, udah jam 9, aku udah nyeduh mie kita buat sarapan,"

Irene duduk dan membuka matanya perlahan, "Seulgi?"
"Iya, Kak?"
"Aku siap-siap dulu, pergi lah ke kamarmu,"

Seulgi mengangguk lalu berdiri. Seulgi menatap Irene cukup lama.

"Baru bangun udah cantik? Maksudnya apa Tuhan?"

"Kenapa?" tanya Irene.

Seulgi menggelengkan kepalanya sambil tersenyum, "Selamat pagi, ketuk saja kamarku ya," Seulgi pun pergi dari kamar Irene.

"Ah, pagi-pagi udah buat senam jantung," kata Irene pergi ke kamar mandi.

Hatinya berdegup lebih kencang ketika dia melihat senyum Seulgi dengan jelas, apalagi Seulgi mengucapkan selamat pagi untuknya. Membayangkan itu lagi saja sudah membuat Irene tersenyum merasakan kehangatan.

— TBC —

Dia [Seulrene]✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang