tolong jangan terlalu manis ta

128 18 1
                                    

Setelah makan tadi gue milih duduk di teras depan rumah sementara yang lain asik ngobrol sama ka Patt.

Jujur gue pengen teriak sekencang-kencangnya TAMARA GUE SUKA SAMA LO! tapi itu semua gak mungkin, gue masih menghargai Ricky disini.

Gue gak mungkin jadi perusak hubungan antara Tamara dan adek gue ini, gue masih punya hati.

Cukup lama gue termenung sampe akhirnya ada tangan yang mengusap lembut bahu gue.

Gue tau itu bukan tangan anak-anak, ya! Itu tangan Tamara.

Gue hafal rasanya, tangan yang selalu mengusap lembut bahu gue disaat gue butuh tempat buat cerita.

Hanya untuk menguatkan, itu tujuan Tamara tapi beda artinya bagi gue.

"Bangshan, kenapa si?" tanya tamara lembut

"Gak papa ko" jawab gue lesu, tiba-tiba dia duduk disamping gue ini ni kayak gini yang gue gak suka selalu aja hati gue gak karuan jantung gue ajep-ajep kalo disebelah Tamara.

"Gausah bohong deh bang, gue tau ko Lo lagi punya masalah. Cerita aja lagi biasanya juga curhat" ujar Tamara santai sambil natap ke depan.

Bohong kalo sekarang gue gak ngerasain apa-apa jujur gue ada rasa iri sama adek gue Ricky, dia bisa dapetin cewek yang bener-bener Nerima dia apaadanya.

Sedangkan gue? Gue udah terlanjur nutup diri, gue udah gak mau kenal lagi yang namanya cinta semenjak kejadian dulu.

Tapi hadirnya Tamara sukses bikin gue berharap dan kembali nemuin jati diri gue yang lama.

"Bang!hey, ko diem" beo Tamara

"Hah? Iya nggak ko gak bengong"

"Lo kenapa si tom? Ada Jerry ni yakin gak mau cerita?"

"Mmmm" ujar gue bungkam gue gak mungkin cerita tentang apa yang terjadi sama gue.

Nanti yang ada Tamara malah ngejauh dari gue takut gue semakin berharap sama dia, biarin deh gue Pendem ini sedirian.

"Bangshan" panggil Tamara lembut sembari ngebenerin rambut gue yang ketiup angin.

Spontan gue noleh dan pandangan gue langsung kekunci sama tatapan matanya.

Aduhh Tamara, please perhatian kecil kayak gini udah bikin gue jantungan! Please jangan terlalu manis ta.

Tatapannya teduh banget, rasa sabarnya, jiwa keibuannya, tingkat humornya astaga gue ini kenapa si.

"Capek ya pura-pura jadi orang lain terus? Selalu aja kita yang salah, kita yang gagal bahkan kadang kita yang tersudutkan.

Capek ya, bahagia diatas bahagia orang lain.
Rasanya sulit buat percaya lagi rasanya sakit untuk kembali melihat lagi.

Masa dimana kita akan pulang juga masa-masa dimana kita akan tenang.

Udahlah, kebahagiaan orang lain itu bukan tanggung jawab kita" ujar Tamara lembut sembari menoleh kearah gue yang dari tadi merhatiin dia.

"Diri sendiri lebih butuh itu, kamu sendiri kan yang sering bilang Semua ada waktunya. Iya, termasuk sekarang.

Sekarang adalah waktumu untuk bahagia, jangan orang lain terus yang kamu bahagiakan diri kamu lebih penting.

Kita semua gak bisa terus-terusan jadi alasan buat orang lain tersenyum padahal kita juga masih sering menangis.

Kamu tahu? Kamu berharga.

Untuk saat ini kamu tidak harus mencintai orang lain dulu diri kamu sendiri sedang butuh itu.

Jadi....." Tamara menggantung kata-kata lalu narik tangan gue dan nempatin tangan gue di dada gue sendiri, sekarang tangan gue ngerasain gimana jantung gue berdetak dari tadi.

"Kapan mau mulai mencintai sosok 'aku' yang sejatinya sudah terlalu lelah menenangkan orang lain, kita butuh waktu.

Untuk menangis sebentar, untuk berfikir kenapa selalu 'aku'? Dan kenapa akhirnya harus 'aku'? Lalu kenapa hanya 'aku'? Aku lelah nenangin orang lain terus tapi diri sendiri belum pernah ngerasa benar-benar tenang.

Apa sih yang dikejar? Kenapa si orang-orang selalu dengan mudah menjatuhkan orang lain?

Dunia memang kompetisi, tapi dunia juga butuh manusia tapi kadang manusia tidak seperti manusia.

Apa sih yang dikejar? Hey! Kita hidup sama-sama, kita masih menumpang dibumi jadi jangan terlalu melangit karena suatu saat kita semua pasti akan jatuh.

Kita akan jatuh suatu saat nanti, juga kita akan terbang suatu saat nanti.

Jadi jangan terlalu ambisi untuk memiliki dunia karena dunia tidak butuh kamu, untuk saat ini kamu harus bahagia dulu.

Kalau butuh bahu? Bilang " ujar Tamara tersenyum simpul "karena masih banyak orang baik disekitar kamu, jadi diri sendiri lebih menyenangkan kok.

Percaya, kita istimewa dengan baju kita sendiri.

Jangan pernah merasa terbang terlalu tinggi, karena kita akan jatuh terlalu dalam sekarang istirahat lah. Tanyakan pada diri sendiri, sebenernya apa sih yang dikejar?" Lanjutnya.

Ujar Tamara yang seolah tahu isi hati gue, ini yang bikin gue suka sama Tamara dia itu pengertian, baik, perhatian gak neko-neko dan selalu ada di saat gue susah.

Ngedenger penuturan Tamara tadi jujur hati gue hangat mata gue mulai berkaca-kaca, sampe gue mikir kalo ricky beruntung banget bisa kenal Tamara dia pasti bahagia banget.

Gue pengen ada di posisi Ricky tapi gue inget ucapan Tamara tadi kalo kita istimewa dengan baju kita sendiri.

________________________

TBC!!!!!

Hay Hay Hay!
Ada yang kangen sama author?

Kyno lovers ada?

Shandy affection ada?

Absen dulu yuk kalian baca jam berapa?

Gak absen gak lanjut ya wkwk
Vote ⭐

He is mine! [C O M P L E T E D]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang