Erwin POV
Aku masih berada disamping tempat tidur (Y/N) sampai jam makan siang tiba. Panas tubuhnya masih belum juga turun, itulah mengapa aku masih belum bisa meninggalkannya sendiri dikamar.
Untunglah ia sedang ada disini, tidak terpikir sama sekali olehku bagaimana saat ia berada di kontrakkannya? ia pasti tidak bisa melakukan apapun. Apa ini yang selalu ia sembunyikan jika mendadak izin sakit tidak masuk kantor?
Kurasakan gerakan tubuhnya sambil berusaha menepis banyak pertanyaan dari benakku.
"Erwin, kenapa ada disini?" ucapnya pelan dengan mata sayunya. Ia bahkan tidak menyadari kain basah yang masih menempel erat dikeningnya.
"Kali ini kau tidak bisa menyembunyikannya dariku (Y/N)."
Sempat terlihat matanya yang mencari maksud dari ucapanku barusan, hingga satu tangannya meraih kain kompresan yang mungkin sudah terasa hangat.
"Kau berangkat saja, aku tidak apa-apa."
Bibir pucat, gerakan tangan yang lambat ditambah wajahnya yang terlihat menyimpan kesedihan seorang diri. Baik-baik saja darimana? Selama mimpi tentang Levi menghantui setiap ia terlelap, aku sangat yakin ia tidak akan baik-baik saja.
"Kau itu tidak pintar berbohong. Sebaiknya sekarang kau makan, perutmu perlu diisi." Ucapku sembari mengambil makanan yang sudah disiapkan pelayanku diatas nakas.
Bubur dan telur rebus, itu yang kuminta pada pelayanku tadi. Masih terasa hangat ditelapak tanganku karena belum lama sejak pelayan meletakkannya, (Y/N) terbangun dari tidurnya.
Berusaha terlihat kuat, itulah yang kulihat pada diri adikku. Ia merubah posisinya menjadi duduk walau lengannya terlihat bergetar saat melakukannya. Tanganku reflek memposisikan bantal dibelakang tubuhnya agar terasa nyaman saat bersandar.
"Aku bisa makan sendiri. Jangan seperti itu Erwin." Tolaknya saat aku mulai mengarahkan satu sendok bubur kearah mulutnya.
Tanpa bisa kucegah, dengan cepat ia meraih semangkuk bubur itu dari tanganku dan melahapnya. Sepertinya ia akan cepat membaik kalau sudah berkelakuan seperti itu.
"Maaf kau malah menungguku seperti ini, bukankah harusnya kau ada dikantor sekarang?"
"Aku tidak keberatan, kau itu adikku yang paling berharga. Mike kutugaskan untuk menggantikanku hari ini dikantor. Kakakmu ini milikmu hari ini."
Ia menoleh kearahku dan melihatku dengan tatapan malasnya "Jijik ih."
Aku terkekeh sambil mengacak pelan puncak kepalanya, membuatnya kesal dan menepis tanganku.
Satu hal yang kuketahui dari adikku hari itu, ia tidak mudah menunjukkan perasaan sedihnya dihadapan orang lain. Mungkin diluar ia terlihat baik-baik saja, namun aku tahu perasaannya pada Levi tidak akan pernah berubah. Hanya nama Levi yang dipanggilnya saat ia berada dalam kondisi terlemahnya dan aku akan terus berjuang agar (Y/N) dan Levi bisa kembali bersatu.
****
Levi POV
"Ada yang ingin kuberikan padamu, tapi kau hanya boleh membukanya saat kita kembali dari misi."
"Brat, kau tahu kalau aku tidak suka kejutan bukan."
"Sabarlah, mari berharap kalau kita bisa melewati ekspedisi kali ini dengan mudah. Lalu kita bisa kembali untuk melihat apa yang kuletakkan disini."
Percakapan singkat yang dilakukan sebelum ekspedisi dimulai, berlatar diruang kerjaku dengan senyuman indah seorang wanita yang kusayangi.
Mantel hijau pasukan pengintaiku yang masih tercium aroma darah, tak menghentikan langkahku untuk sekedar melepasnya sebentar dan melemparnya ke bak cucian diluar kamar mandi.
![](https://img.wattpad.com/cover/227677599-288-k84606.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Levi x Reader | Remember Us (Modern AU)
FanfictionKetika garis takdir mempertemukan kembali (Y/N) dan Levi didunia yang baru. Akankah perasaan keduanya masih sama seperti dikehidupan yang lalu? (Kelanjutan dari One Shot Levi x Titan Shifter! Reader, saya sarankan baca itu dulu sebelum baca yg ini ☺...