Reader POV
"K-kau tau darimana, mengenai aku dan Zeke?" ucapku tergagap diawal.
Ia menoleh kearahku, membuat kedua mata kami terkunci sesaat. Aku tersadar kalau kedua kantung matanya semakin bertambah gelap hanya dengan sekali memandang. Selain itu, fisiknya juga terlihat lelah sekali tidak seperti saat terakhir aku bertemu dengannya.
Levi apa yang terjadi denganmu? Kau kurang istirahat atau kenapa?
"Jadi benar? Kau bersama pria janggut itu sekarang....?"
Levi menundukkan kepala, tangannya terkepal. Erat sekali. Aku bahkan bisa melihat getaran di tangannya itu. Entahlah mengapa ia bisa sampai sekesal itu? Bukankah ia sudah melupakanku? Melihatnya menangisi makam Petra beberapa menit yang lalu saja sudah membuatku mengerti kalau ia masih sangat menyayangi Petra sampai sekarang.
Tanpa sempat aku menjawab, karena terlalu terfokus dengan kondisinya saat itu, ia kembali memunggungiku. Melangkah semakin jauh, sedang aku masih berada tepat didepan makam Petra.
Tidak ada yang mau mengalah.
Batinku berkecamuk.
Menenggok ke ingatan sebelumnya, Levi yang selalu mengejarku saat aku sedang kesal dengannya. Ya, ingatan itu masih ada. Walau aku tidak pernah menceritakannya lagi pada yang lain pun pada kakakku sendiri-Erwin.
Aku pernah kesal pada Levi karena membantu yang lain memberikan kejutan ulangtahunku, tetapi waktunya tidak tepat. Aku sedang PMS saat itu, alhasil bukannya senang, aku malah jadi kesal dan pergi berlari ke ruangan lalu menangis diatas ranjang. Hingga Levi datang dan masuk kedalam tanpa berbicara, ia naik keatas ranjang dan memelukku erat sekali sambil mengucap maaf.
Senyum terukir diwajahku.
Untungnya tidak ada orang lain disini, hanya tetiba aku merasakan dorongan kuat untuk segera menyusul Levi.
Petra? Apa itu kau?
Kupandang lagi makam Petra, kini sembari memejamkan mata dan mendoakannya agar ia tenang disana.
Apa aku yang harus mengejarmu?
Kau kekanakkan sekali disini, kapten Levi.
Flashback
(Y/N) menggebrak meja kerja Levi-yang diatasnya terdapat banyak tumpukan berkas laporan ekpedisi. Padahal deadlinenya masih cukup lama, tapi Levi mengerjakannya hari itu karena ia ingin berkamuflase dari rencana kejutan ulangtahun untuk kekasihnya.
Namun sepertinya itu bukan cara yang tepat.
"Kau tidak mendengarkanku daritadi?!" ujar (Y/N) kesal, membuat gerakan pena Levi terhenti dan pandangan matanya beralih ke (Y/N).
"Si mata empat meminta padaku untuk mendiamkanmu hari ini."
Ternyata Levi memang tidak pernah pandai untuk bersandiwara, Hanji yang menguping didepan pintu hanya bisa menghela nafas kasar. Tangannya sudah gatal ingin mendobrak pintu, tetapi untung saja Moblit cepat memboyongnya keruangan lain.
"Yasudah, jangan bicara denganku lagi saja selamanya!" ucap (Y/N) kesal, sambil kemudian angkat kaki keluar dari ruangan kerja Levi.
Levi memanggil, tanpa sempat menghentikan langkah kekasihnya.
"(Y/N)! Oi! Tunggu-cih, mata empat sialan. Merepotkanku saja."
(Y/N) berlari kearah kamar barak wanita tanpa menoleh kebelakang, hingga sampai didepan pintu kamarnya ia menghentikan langkahnya. Satu tangan memegang perutnya dan satu tangan lainnya menopang di dinding depan kamar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Levi x Reader | Remember Us (Modern AU)
FanfictionKetika garis takdir mempertemukan kembali (Y/N) dan Levi didunia yang baru. Akankah perasaan keduanya masih sama seperti dikehidupan yang lalu? (Kelanjutan dari One Shot Levi x Titan Shifter! Reader, saya sarankan baca itu dulu sebelum baca yg ini ☺...