Chapter 17 - Seluruh Nafas Ini

2.1K 222 41
                                    

Reader POV

Siang itu, tepat diakhir presentasi yang dilakukan Erwin didepan ruangan dengan beberapa staff kantor termasuk diriku. Hanji menepuk pundakku, ia duduk disebelahku sambil tersenyum lebar setelah itu.

"Kenapa melamun sayang?" tanyanya, sambil mendekatkan tubuhnya kearahku—membuatku reflek memiringkan tubuh sekitar 95 derajat. Karena seingatku sebelumnya ia mengambil tempat duduk cukup jauh dariku.

"Tidak, kamu ngarang Hanji." Jawabku, dengan pulpen ditangan dan pandangan lurus kearah Erwin yang setelah kusadari sudah duduk dan sedang menutup layar laptopnya.

TUNGGU

SEJAK KAPAN MEETINGNYA SELESAI?!

Hingga aku menoleh kekanan dan kekiri, peserta meeting terakhir sudah melangkahkan kaki keluar pintu. Kini menyisakan diriku yang masih menatap lurus kearah whiteboard yang tadi digunakan sebagai background presentasi.

"Erwin, adikmu—" teriak Hanji sambil berdiri—tapi untungnya aku lebih cepat, kutarik blazernya sampai ia kembali pada posisi duduknya.

"Kakak! Jangan dengarkan Hanji!"

Pandangan Erwin beralih kearahku, "Kau baik-baik saja, (Y/N)?" tanyanya.

Aku menganggukkan kepala, disambut dengan kekehan Hanji yang terdengar mengesalkan ditelingaku.

Entahlah sudah berapa kali pikiranku tidak berada pada tempatnya beberapa hari ini.

Huh, Ini semua karena ulah Hanji yang melakukan permainan tak berguna bernama truth or dare di bar malam itu. Aku jadi tidak fokus dikantor karena memikirkan Levi, karena sudah seminggu lamanya kami belum bertemu lagi.

Flashback

-seminggu yang lalu-

"Truth or Dare?"

Levi menoleh kearahku sesaat dan menyebut Dare sambil mengalihkan pandangan ke Hanji dengan kesal.

"Hmm.." Kedua mata Hanji bergantian menatap kearahku dan Levi, lalu tak berapa lama ia menjentikkan jari—tanda kalau ia sudah menemukan tantangan apa yang harus dijalankan Levi setelah ini.

"Aku ingin kau dan (Y/N) tidak bertemu sampai hari pernikahan kalian berdua—"

"Hanji-san!" teriak Moblit yang membuat Hanji menutup mulutnya sesaat dengan telapak tangannya. Hingga hanya terdengar suara-suara tak jelas keluar dari mulut Moblit sekarang.

"—kalian hanya boleh bertegur sapa lewat ponsel dan video call saja! HAHAHA bagaimana?" lanjutnya sambil menaik turunkan satu alis matanya.

Aku yang duduk disebelah Levi merasakan pergerakan tubuh Levi, ia sempat menoleh kearahku sesaat. Erwin hanya terdiam, begitu juga Mike dan Nanaba yang berada disatu table dengan kami. Singkatnya, semua mata tertuju pada Levi sekarang.

"Baiklah, kuterima tantanganmu."

"Levi..." ucapku pelan, berusaha memberitahu Levi untuk tidak usah mengikuti permintaan bodoh Hanji.

"Tenang saja, hanya dua minggu dan kita akan tinggal bersama setelah itu." Ucapnya sambil merangkul dan mencoba meyakinkanku.

Aku hanya bisa tersenyum simpul, karena sejujurnya didalam hati aku merasa kecewa akan jawaban Levi saat itu. Bagaimana tidak? Aku dan dirinya baru sempat bersama beberapa minggu dan sudah harus tidak bertatap muka lagi hanya karena sebuah permainan bernama Truth or Dare?

"Kalau aku berhasil melakukannya, apa yang kau mau berikan?" tanya Levi dengan pandangan kembali kearah Hanji.

Hanji sempat berpikir beberapa saat, lalu ia menunjukkan sesuatu dari layar handphonenya yang membuat kedua mata Levi tak berkedip.

Levi x Reader | Remember Us (Modern AU)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang