Reader POV
01.00 AM
Musik yang berganti, DJ terkenal didepan yang memandu semuanya untuk mengikuti irama dan suara tawa banyak orang. Anehnya, berada ditengah-tengah mereka semua malah membuatku merasa semakin kesepian. Mataku menerawang kearah sosok sahabat yang entah sejak kapan kukenal—mungkin karena efek tiga gelas Bloody Mary yang kutengak habis tanpa jeda sejak tadi.
Leherku tak sanggup menahan berat kepalaku lagi, kepalaku sudah sejajar dengan meja bar tinggi ini—yang bahkan untuk menaiki kursinya saja sulit sekali tadi karena tinggiku yang hanya seratus lima puluh tujuh sentimeter.
Dari tempatku sekarang bisa kulihat Hanji yang teler dengan Moblit disampingnya, Mike yang dipaksa menari dengan Nanaba,
Dan...
Erwin, bos sekaligus kakakku yang sepertinya sedang melambaikan tangan kearahku.
Eh untuk apa dia kesini?! Seingatku saat kami mengajaknya tadi ia bilang sedang sibuk menyiapkan sesuatu untuk meeting besok.
Tak mempedulikan bayangan ngaco dihadapanku itu, aku mengangkat tinggi gelasku kearah bartender dan berteriak.
"Mas ganteng, tambah lagi ya!"
Sebenarnya ia punya nama, tapi aku lebih suka memanggilnya dengan sebutan itu sejak jadi pelanggan di bar ini. Bodo amat, memang dia terlihat ganteng kok. Kalau tidak salah ingat, dia mirip sekali dengan aktor ganteng pemeran kapten Amerika—yup Chris Evans! ganteng kan?
"(Y/N).. cukup! Sebaiknya kuantar kau pulang sekarang." ucap Erwin yang entah kesambet setan mana, ia mengambil gelas collins-ku yang belum sempat ditukar gelas baru oleh mas ganteng dan menaruhnya diatas meja bar marmer dengan keras hingga menimbulkan suara dentingan kasar, sampai-sampai mas ganteng terkejut dibuatnya.
"Apaan sih.. gak cukup emangnya ngatur-ngatur dikantor? Sekarang lu ikut juga ketempat gue seneng-seneng?!"
"Dengar, cara bicaramu saja sudah ngelantur seperti itu. Kita ini ada meeting penting besok dikantor, sekarang sudah lewat tengah malam dan kau—"
"Ayolah.. kenapa hanya aku yang dimarahi? Bagaimana dengan Hanji dan Mike?"
Ia tidak mendengarkanku dan malah mengangkat tubuhku dan meletakkannya dipundaknya, mentang-mentang badannya besar, eh iya kakakku yang satu ini memang suka nge-gym dan aku pernah tak sengaja melihat otot tangannya saat ia ganti baju diruang kerjanya, cukuplah bikin rahim para wanita menghangat—oke sepertinya kakakku benar, omonganku ngelantur. Entah berapa pasang mata yang melihat kondisiku sekarang, mungkin kalau aku tidak sedang memakai setelan kantorku saat itu akan banyak yang mengira kalau Erwin itu sugar daddy-ku?
08.25 AM
Suara dering handphone disamping telingaku membangunkanku dari tidurku. Reflek tubuhku yang begitu cepat memposisikan diri untuk duduk, langsung membuat kepalaku bereaksi.
"SAKIT SEKALI YA TUHANNNNN!" teriakku, kini kedua tanganku memegang erat kepala dan tubuhku kembali jatuh keposisi awal.
Namun sialnya orang yang menelponku itu tidak membiarkan diriku untuk bercumbu dengan kasur dan selimutku lebih lama. Satu tanganku meraba-raba nakas disamping tempat tidur, mencari keberadaan handphone laknat yang suara deringnya membuat kepalaku makin sakit saat itu.
"WOI—"
"(Y/N)? Kau pikir ini sudah jam berapa?! Tidak cukup ya semalam kau kulempar ketempat tidur? Apa sekarang aku juga harus ketempatmu dan membuatmu kembali ke dunia nyata?!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Levi x Reader | Remember Us (Modern AU)
Fiksi PenggemarKetika garis takdir mempertemukan kembali (Y/N) dan Levi didunia yang baru. Akankah perasaan keduanya masih sama seperti dikehidupan yang lalu? (Kelanjutan dari One Shot Levi x Titan Shifter! Reader, saya sarankan baca itu dulu sebelum baca yg ini ☺...