"Saya segera kesana!"
"Levi? Apa yang terjadi?"
"Kau ikut denganku, aku akan telpon Pak Hannes untuk segera menjemput kita."
Dengan masih memasang tampang bingung, (Y/N) menunggu Levi yang dengan cepat menyambungkan nomornya ke ponsel Pak Hannes. (Y/N) terpatung ditempat dengan satu tangan Levi yang memegang pergelangan tangannya erat sekali.
Percakapan singkat dengan Pak Hannes diujung telpon, lalu telpon ditutup. Levi memaksa (Y/N) untuk mengikuti langkahnya, sepertinya menuju tempat Pak Hannes akan menjemput.
"T-tunggu dulu Levi!" teriak (Y/N) sembari menghentikan langkahnya, ia juga melepas paksa genggaman erat Levi ditangannya—membuat Levi menoleh kearahnya.
"Sebenarnya ada apa? Kau tidak bisa seenaknya membawaku seperti ini Levi."
Tersadar akan ucapan (Y/N), kenyataan seperti menampar wajah Levi ditempat dengan sangat keras. Fakta kalau ia tidak punya hak apapun untuk memaksa (Y/N) ikut dengannya membuatnya menghela nafas.
"Petra dalam masa kritis, aku juga tidak tahu kenapa bisa sampai seperti itu. Pihak rumah sakit memintaku untuk kesana secepatnya." jelasnya.
(Y/N) memundurkan tubuhnya.
Sebesar apapun keinginannya untuk kembali bersama Levi lebih tepatnya mungkin menepati janjinya sebelum ia mati didunia yang lalu. Namun sebesar itu juga benteng pemisah seakan menghalangi kedua tangan mereka untuk saling berpegang erat didunia ini.
"Kembalilah Levi. Petra yang lebih membutuhkanmu sekarang."
"Petra memintaku untuk menemukan kebahagianku sendiri, dan itu semua ada dirimu (Y/N)!" ucap Levi kini hendak meraih tangan (Y/N), tetapi (Y/N) malah semakin menjauh darinya.
"Jangan memaksaku seperti ini Levi. A-aku akan pesan taksi, kau silahkan naik mobil Pak Hannes." Ujar (Y/N) mengalah sambil menundukkan kepala. Ia dengan cepat berbalik badan, hendak menuju tempat pemesanan taksi tak jauh dari stasiun kereta gantung. Tak mempedulikan ekspresi kehilangan Levi yang tercetak sangat jelas setelah mendengar wanita yang ia tunggu selama ini ternyata menyerah semudah itu kepadanya.
Namun, sebelum (Y/N) berlalu terlalu jauh. Levi mengejarnya, lalu menangkap tubuhnya dari arah belakang dan mendekapnya erat.
"Kalau kau ingin aku melupakanmu, katakan dengan jelas dihadapanku, tatap kedua mataku, jangan kau tundukkan kepalamu seperti tadi." Ujar Levi sambil melepas dekapannya, ia kemudian memutar tubuh (Y/N) agar berhadapan dengannya.
Dingin.
Itu yang dirasakan (Y/N) setelah jemari Levi meraih dagunya dan membuat kedua mata mereka saling bertatapan.
"Katakan sekarang. Apa yang kau mau?"
Mungkin ini akan menjadi penyesalan terbesar dalam hidupku.
Lelaki yang kutunggu seumur hidupku sudah berdiri dihadapanku.
Tapi malah ucapan ini yang akhirnya kukatakan padanya.
"Lupakan aku, Levi." Ucap (Y/N) sembari berusaha keras menahan air matanya dan dibalas dengan tatapan sendu mata Levi.
"Baiklah. Aku tidak akan memaksamu (Y/N)."
Satu kalimat,
Enam kata,
Lengkap dengan ciuman di kening....
(Y/N) tak pernah menyangka, kalau hari itu akan menjadi hari pertemuan terakhirnya dengan Levi.
****
KAMU SEDANG MEMBACA
Levi x Reader | Remember Us (Modern AU)
أدب الهواةKetika garis takdir mempertemukan kembali (Y/N) dan Levi didunia yang baru. Akankah perasaan keduanya masih sama seperti dikehidupan yang lalu? (Kelanjutan dari One Shot Levi x Titan Shifter! Reader, saya sarankan baca itu dulu sebelum baca yg ini ☺...