Chapter 5 - Harapan?

1.8K 271 116
                                    

Erwin hendak kembali mengatakan sesuatu, namun Hanji mengangkat satu tangannya kearah kakak angkat (Y/N) itu dan menggelengkan kepalanya. Seakan berkata Ini bukan waktu yang tepat, Erwin. Tatapan mata Erwin melembut setelah melihat pundak adiknya yang masih sesunggukkan didekapan Hanji.

"Mau kekamar saja? Aku temani." Tanya Hanji pada (Y/N) yang dibalas dengan anggukkan. Mike dan Erwin hanya menatap kepergian (Y/N) dan Hanji dalam diam.

Suara pintu kamar ditutup, Erwin menyenderkan punggungnya ke sofa empuk yang sedang ia dudukki. "Apa yang harus kulakukan Mike?" tanyanya dengan arah mata ke langit-langit ruang tamu yang terdapat lampu hias besar diatasnya.

Mike agak menundukkan tubuhnya, dalam posisi kedua ujung siku bertumpu pada paha dan kedua telapak tangan saling bertaut. "Kau sempat meminta nomor Levi tidak? Bagaimana kalau kita bertemu langsung dengannya? Aku penasaran selama ini mimpi apa yang dilihatnya." Ujarnya sambil menunggu reaksi Erwin dihadapannya.

"Baiklah aku akan coba menghubunginya."

**

Reader POV

Aku memangku sekotak tisu yang tadi kuambil diatas nakas lalu membuang ingusku tanpa akhlak disamping Hanji berulang kali. Bekas tisu kulempar sembarang, tak peduli akan mengotori kamarku sendiri yang notabene harus kurapikan sendiri setelah ini.

"Maaf" ucapku singkat saat menyadari kalau apa yang kulakukan sangatlah menjijikan. Namun untungnya Hanji sangat biasa dengan hal-hal seperti itu. Terlebih dia punya kebiasaan yang lebih menjijikan dariku yaitu jarang mandi, jadi ia hanya meresponnya dengan kekehan.

"Kalau kau sudah tak tahu malu seperti itu, kuyakin perasaanmu sudah lebih baik." Ucapnya sambil menepuk pundakku kasar. Pokoknya tidak ada bedanya sama geplakkan anak STM yang lagi mau ngajak berantem.

Aku menjauhkan tubuh berhargaku ini darinya, takut-takut akan menghasilkan lebam biru jika masih dekat-dekat dengannya dan lebih memilih berbaring sambil menatap langit-langit kamar.

Warna cat biru dongker dengan titik putih menyerupai bintang saat lampu kamar dimatikan, itulah penampilan kamarku di rumah ini. Disekelilingnya dihiasi lampu tumbler warna putih yang bisa diatur kecepatan kerlipannya.

Hening sesaat, mungkin Hanji yang sekarang duduk tak jauh dariku itu juga mencoba memberikanku waktu untuk tidak menanyakan hal-hal mengenai Levi yang malah akan memperburuk suasana hatiku saat itu.

Hingga tak berapa lama ia juga ikut merebahkan dirinya disampingku, sambil berucap "Aku tahu satu hal yang akan membuatmu sementara melupakan semua kejadian ini"

Aku menoleh kearahnya dan ia memberikan senyumnya yang mengerikan kearahku.

**

3rd Person POV

Sudah lewat tengah malam sejak Hanji menarik (Y/N) masuk ke salah satu klub malam langganannya. Bahkan Hanji memakaikan (Y/N) pakaian yang terlihat menggoda di mata pria, namun (Y/N) menolak mentah-mentah tiap ajakan pria yang memintanya untuk bermalam dengannya.

Satu meja yang diisi oleh dua wanita tanpa pria memang selalu terlihat menarik dimata pria-pria yang pergi ke klub malam. Namun itu sebelum Moblit datang dan membuat Hanji lengah akan janjinya kepada Erwin untuk menjaga (Y/N).

Karena Erwin pasti akan sangat geram padanya kalau tahu dirinya mengajak (Y/N) untuk menenggak tequila sepuasnya malam itu.

"Kenapa gadis secantik kau hanya sendirian dimeja?" ujar seorang lelaki dengan paras yang terlihat blur dimata (Y/N), entahlah sudah berapa liter minuman keras yang masuk ketubuhnya malam itu. Tapi kalau melihat saja sudah susah itu berarti ia sudah minum diluar batasnya.

Levi x Reader | Remember Us (Modern AU)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang