Chapter 8 - Rasa Ini

1.7K 268 125
                                    

3rd Person POV

Pagi itu Petra baru saja menyiapkan sarapan untuknya dan Levi sebelum berangkat ketempat kerja mereka masing-masing, sebelum Levi datang dari kamar sambil melempar sebuah amplop yang mendarat tepat disamping piring yang baru saja diletakkan Petra.

Kedua matanya membelalak kaget, amplop dengan logo rumah sakit dipojok kanan atas dan namanya dibagian kiri bawah. Padahal ia pikir sudah menyembunyikan amplop itu dengan baik, tetapi sepertinya usahanya sia-sia.

"Bisa kau jelaskan kenapa kau menyembunyikan ini dariku?" tanya Levi yang kini berdiri tepat disampingnya, tatapan tajam ia berikan pada tunangannya yang berdiri tepat disampingnya.

Petra meraih amplop itu dan mengenggamnya erat didadanya. Dengan tergagap ia menjawab,

"Ini hasil pemeriksaanku, tidak ada yang perlu dikhawatirkan. Dokter bilang—"

"—APANYA YANG TIDAK PERLU DIKHAWATIRKAN? AKU TIDAK BODOH SAAT MELIHAT ANGKA LEUKOSITMU YANG RENDAH" potong Levi dengan amarah—membuat Petra terdiam dan menundukkan kepalanya, enggan menatap wajah Levi yang terlihat menyeramkan saat itu.

Ayolah semua orang yang mengenal Levi pasti mengetahuinya, wajahnya yang sedang tidak marah saja terlihat menakutkan, bagaimana dengan wajahnya yang sedang dipenuhi amarah?

Sedang Levi, tak berapa lama baru tersadar akan sikapnya yang tidak bisa mengontrol emosinya sepagi itu, Levi dengan cepat menangkap pundak Petra dan merangkul tubuhnya agar dekat dengannya sehingga membuatnya merasakan tubuh Petra yang bergetar disampingnya.

"Petra, maaf. Aku sangat mengkhawatirkanmu..." sesal Levi sambil membawa wajah Petra dipundaknya dan mengelus pelan puncak kepalanya.

"Aku hanya mau kau jujur, sebentar lagi kita akan menikah. Jangan rahasiakan apapun dariku." Bisiknya kini dengan satu tangan turun kearah punggung Petra, berusaha keras menenangkan wanita dengan surai oranye itu didalam dekapannya.

"Dokter bilang ini baru dugaan, hasil tes hematologiku ini belum bisa jadi bukti kuat. Masih ada satu tes lagi yang harus kujalani, tapi aku takut untuk memastikannya..." jelas Petra, ia menarik satu kursi meja makan dan duduk diatasnya dengan arah mata Levi yang masih mengikuti.

"Apa maksudmu?"

"Ada indikasi kerusakan di ginjalku, untuk memastikannya dokter memintaku untuk menjalani tes urin..."

Petra menutup wajahnya dengan kedua tangannya hingga terdengar isak tangisnya yang membuat hati Levi mencelos saat mendengarnya. Lelaki itu hanya bisa terdiam dan berusaha tidak mengatakan apapun karena takut malah akan menyakiti perasaan Petra. Ia hanya bisa meraih kepala wanitanya dan mendekapnya erat.

****

Reader POV

Butuh waktu satu jam lebih dua puluh menit untuk sampai di Hakodate. Ya, Erwin mengirimku kesana, kebetulan perusahaan milik keluarga angkatku itu baru sebulan membuka cabangnya di salah satu kota pelabuhan di Hokkaido itu.

Sambil menarik koperku, tanganku yang lain sibuk menyalakan ponsel dan mengabari Erwin. Aku harus melakukannya, karena kalau tidak, Erwin akan menelponku hingga puluhan kali sampai diangkat. Kalau tidak diangkat juga, mengingat kakakku itu berada di pulau yang berbeda denganku bukan tidak mungkin ia akan mengirim polisi kesini untuk mencariku.

 Kalau tidak diangkat juga, mengingat kakakku itu berada di pulau yang berbeda denganku bukan tidak mungkin ia akan mengirim polisi kesini untuk mencariku

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Levi x Reader | Remember Us (Modern AU)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang