Aku, Kamu, dan Semangka

23 7 0
                                    

Bohong sekali kalau kubilang kamu tidak menarik. Wajahmu manis, itu yang kutangkap waktu pertama kali kita berkenalan di organisasi sekolah yang sama, ketika kita masih berseragam putih abu-abu. Tapi saat itu aku sama sekali tidak tertarik denganmu. Bagiku kamu hanya seorang teman yang baik hati dan perhatian pada lingkungan sekitar. Tak lebih. Bahkan terkadang, atau malah sering, teman-temanku curhat tentang perasaan mereka terhadapmu padaku.

"Kok kamu bisa suka sama Arka?"

"Gimana ya, Ra. Arka itu cerdas, baik, manis, pandai bergaul, dan bla bla bla..."

Kamu tahu, sederet kata pujian untukmu dari lawan jenismu sudah sering mampir di telinga ini sejak aku berusia lima belas tahun. Anehnya itu semua tidak membuat dadaku bergetar juga.

"Menurutku, dia terlalu ramah kepada wanita. Sehingga setiap wanita dia beri harapan. Padahal seharusnya kalau dia memang mencintai seorang saja, cukuplah baginya untuk tak usah memberi kesempatan dan harapan semu pada wanita lainnya,"

Namun Veli hanya tersenyum dan berkata pelan, "Itulah cinta, Ra. Semua risiko seakan tak ada artinya lagi. Kamu belum pernah mengalaminya saja, atau jangan-jangan kamu iri sama si Arkana?"

"Iyuuuh... ngapain iri!"

Mungkin benar dengan apa yang dikatakan Veli. Aku bisa jadi terlalu takut untuk mengambil risiko. Karenanya, aku tak pernah jatuh cinta pada orang yang banyak dicintai wanita. Aku tak ingin merasa cemburu.

***

Aku tak pernah melihatmu lagi selama enam tahun lamanya. Dan lagi-lagi harus kuakui, waktu telah merubah kamu. Kita bertemu saat hari Jumat, tepat pada acara reuni organisasi kesekian kali. Sebelum hari itu, aku pernah menghadiri reuni yang sama. Tapi kamu tak ada. Begitu pula sebaliknya, jika kamu datang, aku yang berhalangan.

"Astagaaa!" seruku panik, "Kunci motorku ketinggalan di parkiran! Tunggu sebentar,"

Arka geleng-geleng kepala dan kembali berlalu.

"Masih ceroboh seperti dulu..." ucapmu santai. Aku menoleh ke arahmu. Dan coba tebak, aku sedikit tak mengenalimu. Tapi karena buru-buru, aku langsung lari menuju parkiran. Meninggalkanmu yang masih tersenyum geli.

Sudah, sudah, aku tahu kok, kalau aku memang wanita ceroboh. Dulu ponselku ketinggalan di sekolah usai kita dan teman-teman lainnya rapat besar. Aku sangat panik sampai hampir menangis ketika tak menemukan itu ketika sampai di rumah.

Berkali-kali aku telepon, tetapi sama sekali tak terdengar nada dering. Baru kusadari bahwa aku mematikan nada dering dan getarnya karena rapat. Lalu firasatku mengatakan ponsel itu ketinggalan di sekolah dan aku semakin panik. Ternyata ketika sampai di sana menjelang magrib, beberapa adik kelas kita masih nongkrong.

"Ada yang lihat HP saya, nggak?"

Semua menggeleng.

"Itu lho... yang warna biru sama hitam. Ada stiker bunga aster di atasnya,"

"Oh itu! Kirain punya siapa. Ada di Kak Arkana, tadi dia yang nyimpen." seru Dede. Tapi aku tak melihat kamu. Kucari kamu ke sekeliling sekolah.

"Ka, HPku kata Dede ada di kamu, ya?" tanyaku saat melihatmu di samping musola sekolah. Kamu berjalan menuju ke arahku dengan seringai geli.

"Iya, aku tahu itu HPmu. Makanya, kalau naruh HP jangan sembarangan hahaha..."

"Iya-iya, makasih ya!" jawabku sedikit sebal karena merasa kau olok.

Nah, itu baru sebagian dari kecerobohanku yang terlihat di matamu. Pokoknya kenanganku di matamu saat kita remaja sungguh konyol. Tak ada adegan romantis ala roman picisan atau kisah-kisah penuh airmata haru. Karena memang kita saling tak mencinta. Juga aku yang cuek dan jutek. Semua anak tahu bahwa Kiara adalah cewek yang cuek, kecuali seseorang yang bisa melumerkan hatinya. Maka aku pun resmi dijuluki 'Putri Es Krim'.

Kidung AksaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang