🌹 1

13K 698 80
                                    
































Tidak ada yang bisa menggambarkan perasaan Jennie sekarang selain rasa takut dan kegugupan yang menyesakkan dada.

Ketika mobil mereka memasuki pintu gerbang yang megah itu, rasa gugup dan takutnya makin memuncak. Ibunya, yang menyetir di sebelahnya tampak tenang dan bahagia, tentu saja, kemewahan ini akan menjadi kehidupan barunya, hal yang diimpi-impikannya sejak dulu. Lagipula ibunya tidak perlu mencemaskan penampilannya, ia selalu terlihat cantik, muda dan wangi, tidak pernah berubah sampai sekarang.

Ibunya melahirkan Jennie saat berusia sangat muda, 16 tahun. Dan sekarang di usia Jennie yang sudah 20 tahun, selisih usia itu sama sekali tidak kelihatan, mereka terlihat seumuran. Apalagi Jennie selalu mengenakan pakaian konservativ yang cenderung kusam tapi nyaman digunakan, sedangkan ibunya memilih berpakaian seksi dan penuh gaya.

Yah, penampilannya sekarang tidak bisa dibilang baik, Jennie menarik napas sambil mengamati dirinya sendiri. Dia tadi berdiri lama di depan lemari pakaiannya mencoba menemukan gaunnya yang terbaik, tetapi ternyata dia tidak punya gaun satupun yang baik. Gajinya sebagai staff administrasi biasa di sebuah biro wisata sama sekali tidak memungkinkannya membeli banyak pakaian. Dan ibunya sama sekali tidak bisa diharapkan, Jisoo, ibunya melahirkannya karena kesalahan remaja masa lalu, jadi dia tidak punya ayah yang mengakuinya.

Jisoo lalu meninggalkannya begitu saja, menitipkannya ke kedua orang tuanya, lalu pergi merantau ke luar kota untuk melupakan masa lalu dan melanjutkan sekolah. Sejak saat itu Jennie dan Jisoo hanya bertemu saat Jisoo pulang liburan ke rumah, Jennie tidak pernah menganggap Jisoo sebagai ibunya, selain karena Jisoo tidak mau dipanggil ibu, bagi Jennie orang tua sejatinya adalah kakek dan neneknya yang mengasuhnya dengan penuh kasih sayang sejak ia lahir sampai dia beranjak dewasa.

Lalu setelah dua tahun lalu, kakeknya meninggal dunia, disusul neneknya setahun kemudian, Jennie tetap tidak menggantungkan diri kepada ibunya, toh Jisoo juga tidak peduli.

Jennie menghidupi dirinya sendiri dan sama sekali tidak ingin terlibat dalam kehidupan ibunya yang saat itu sudah menjadi aktris ternama.

Sampai suatu ketika Jisoo menghubunginya, mengatakan bahwa dia akan menikah dengan salah satu konglomerat paling kaya dan paling ternama, seorang lelaki berusia 6 tahun lebih muda darinya, dan mengundang Jennie untuk turut serta dalam persiapan acara pernikahannya.

"Bagaimanapun juga, meski kau adalah sebuah kesalahan akibat kebodohanku di masa lalu, kau adalah anakku," gumam Jisoo dengan logat seksinya sambil mengoleskan lipstik pada bibirnya yang indah pada pertemuan makan siang mereka setelah dua tahun lamanya tidak berjumpa.

"Lagipula, aku terlanjur menceritakan tentangmu pada Taeyong, tidak sengaja tentunya, tapi siapa yang bisa membohongi Taeyong? Dia tahu segalanya...," Jisoo tersenyum menerawang seperti orang dimabuk kepayang, "Dan Taeyong ingin melihatmu."

Jadi karena calon suaminya yang kaya itu ingin melihatku? Bukan karena dia ingin bersamaku di saat-saat bahagianya? Jennie menyimpulkan dalam hati, dan seberkas rasa nyeri mengalir di dadanya.

Memang dia sudah terlatih untuk tidak mengharapkan apapun dari Jisoo, wanita itu terlalu egois untuk memikirkan siapapun selain dirinya sendiri. Tetapi kadangkala ada sedikit rasa di hatinya, yang ingin dicintai sebagai seorang anak.

Dan disinilah dia, datang dengan ibunya, yang begitu cantik dengan gaun sutra keemasan seperti sampanye, rambut tatanan salon, kulit selembut satin dan aroma parfum mahal. Sedangkan dia hanya memakai sweater cokelat jeleknya serta rok selutut yang membuatnya seperti kutu buku yang tidak menarik, belum lagi rambutnya hanya dikuncir kuda, tanpa riasan.

FROM THE DRAKEST SIDE [JenYong]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang