🌹 10

4.8K 418 49
                                    




David menggedong Jennie memasuki rumah itu. Para pelayan tampak sibuk menyiapkan segala sesuatunnya, suasana begitu sibuk tidak kelihatan kalau sekarang sudah dini hari.

Lelaki itu mendudukkan Jennie di ranjangnya yang berseprai satin, lalu memberikan beberapa instruksi kepada para pelayannya. Setelah air panas dan perban serta obat-obatan lain diletakkan, para pelayan melangkah pergi dan meninggalkan Jennie sendirian di dalam kamar bersama David.

Jennie terdiam, berusaha menggenggam jari-jarinya yang gemetaran. Dia masih mengenakan jas David yang diselimutkan di bagian depan dadanya, menutupi pakaiannya yang robek. Dia sangat ketakutan, usaha pemerkosaan yang dilakukan Hanbin telah menguras seluruh emosinya, dan kemudian pemandangan mayat Hanbin yang bersimbah darah dengan mata dan ekspresi terkejut akan selalu menghantuinya.

Ditatapnya David dengan pandangan ragu. "Apakah kau akan membunuhku?"

David hanya tersenyum misterius dan kemudian bergumam tenang. "Buka jas itu."

Jennie langsung berjingkat dari ranjang, terkejut. Apakah dia dilepaskan dari mulut buaya hanya untuk masuk ke kandang harimau yang lebih ganas? Apakah lelaki itu akan memperkosanya?

Digigitnya bibirnya. Dia tidak akan menyerah kepada David, dan membiarkan lelaki itu menguasainya dengan mudah.

"Tidak." Jawabnya dengan menantang.

David mengangkat alisnya, "Keras kepala, padahal kau begitu lemah. Buka jas itu."

"Tidak!" suara Jennie makin keras, dia benar-benar ketakutan.

"Aku tidak akan memperkosamu. Aku tidak tertarik dengan perempuan yang acak-acakan setelah dipegang lelaki lain, dan terluka di mulutnya, tidak akan enak untuk dicium." David tampak tidak sabar, "Biarkan aku melihat lukamu."

Jennie gemetar. Aura menakutkan itu masih ada, memancar jelas dari tubuh David. Benarkah lelaki itu akan melakukannya? Ataukah lelaki itu akan memperdayanya?

David mendekatkan meja yang berisi baskom air hangat, obat-obatan, kapas, perban dan beberapa obat luar lainnya ke dekat ranjang. Kemudian dia menarik kursi, duduk tepat di depan Jennie yang terduduk di tepi ranjang. Matanya menatap tajam, memaku Jennie di tempat sehingga Jennie tidak bisa berbuat apa-apa ketika David melepaskan jas yang melindungi buah dadanya yang terpampang jelas karena pakaiannya yang robek.

Otomatis Jennie langsung menutupi buah dadanya. Tetapi David mencengkeram pergelangan tangannya lembut, dan menyingkirkan tangannya ke samping tanpa kata. Pipi Jennie memerah ketika telanjang dada di depan David. Tetapi lelaki itu tampaknya tidak tertarik dengan pemandangan ranum buah dadanya.

Matanya terpaku pada bekas cakaran dan goresan yang menimbulkan bilur-bilur merah di pundak Jennie. Dengan seksama David meraih pergelangan tangan Jennie, memeriksa memar-memar kemerahan yang beberapa mulai membiru dengan mengerikan di sana. Lelaki itu lalu menggunakan jemarinya untuk mengangkat dagu Jennie. Memiringkan bibirnya agar terkena sinar lampu sehingga lukanya terlihat jelas.

Sejenak suasana hening. Tetapi aura kemarahan terasa kental. Memenuhi ruangan, membuat suasana menjadi menakutkan. Lelaki itu menggertakkan gerahamnya sambil mengamati luka-luka Jennie. Dan kemudian terdiam lama seolah mencoba menahan diri.

Lalu dalam keheningan pula David mengambil kapas dan mencelupkannya ke dalam cairan alkohol antiseptik kemudian mengusap bilur-bilur kemerahan yang sedikit berdarah di pundak Jennie. Jennie mengerang atas sentuhan pertama kapas itu. Tetapi David memperlembut gerakannya,

"Shhh...." dia berbisik pelan, mencoba menenangkan Jennie ketika sekali lagi dia mengusap bilur-bilur itu dengan cairan alkohol dan antiseptik, membersihkannya.

FROM THE DRAKEST SIDE [JenYong]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang