Rekaman Suara (Prolog)

90 7 24
                                    

Catatan pengarang: Sampul buku ini adalah karya Tammy Nwanne atau @_greyxkalopsia_ dan tidak boleh dipakai tanpa izin dari pembuat sampul.  Satu lagi: ini bukan prolog yang versi original, kalau mau baca yang original  (versi sebelum saya edit) silahkan DM saya. 

Malam Natal tahun 2663. Tes, tes. Oke.

Halo dan selamat datang siapa pun kamu yang telah menemukan koleksi pesan suaraku dan penasaran mendengarkan,

Namaku Nardho Amadeus Sitohang. Semua yang aku katakan adalah sudut pandangku sendiri tapi aku juga sudah meminta teman-teman terdekat dan keluargaku untuk menambahkan cerita mereka juga, jadi kalau ada beberapa bagian yang kedengarannya bukan aku yang bicara berarti pesan tersebut disampaikan oleh salah satu temanku. Biarkan mereka ikut bicara.

Sepertinya aku harus mulai dengan memberitahu kenapa aku meninggalkan pesan-pesan surat. Aku ingin menyimpan semua kenangan manis yang sudah aku ukir bersama Moira. Dia adalah istriku dan aku sudah kenal dia sejak kami berdua masih remaja. Seberapa tua kami sekarang? Bukan urusanmu, yang jelas kami cukup tua untuk punya anak-anak remaja sendiri. Moira tidak ingin punya anak, sih, aku juga tidak. Apa perlunya punya anak saat abangku dan suaminya sudah mengadopsi dua anak?

Bertahun-tahun yang lalu saat aku tergeletak di rumah sakit, aku sering membuat pesan suara seperti ini dan rasanya sedikit nostalgia karena aku kembali menekuni hobi lama itu. Enthalah apa pesan-pesan tersebut masih tersimpan rapi di tempatnya. Ah, aku meracau. Nasib sudah berbalik sekarang dan kini giliran dia yang terserang penyakit ganas.

Aku merekam pesan ini karena aku ingin mengingat segala sesuatu yang bisa aku ingat tentang dia sebelum penyakitnya mengubah dia menjadi seseorang yang tidak lagi aku kenal. Karena kebetulan kamu menemukan pesan-pesanku, aku berasumsi salah satu dari dua hal ini benar: saat kamu mendengarkan pesan ini aku sudah lama mati dan kamu sedang mengobrak-abrik barang-barang peninggalanku atau entah bagaimana kamu pernah kenal sama aku. Ya, selamat ya, sekarang kamu akan tahu segalanya tentang kehidupanku dengan Moira. Mudah-mudahan kamu senang mendengarkan pesan-pesanku.

Aku tidak tahu kamu hidup di masa depan yang seperti apa, jadi aku akan mulai menceritakan sejarah tata surya kami. Jangan ketiduran, sejarah ini sedikit banyak mendasari gerakan peduli lingkungan hidup dan gerakan aksi sosial dan aktivisme yang digalakkan oleh istriku seumur hidupnya. Aku ingin sekali dia tetap bisa menjadi seorang aktivis, tapi melihat kondisinya sepertinya itu tinggal keinginan semata. Mungkin aku akan melanjutkan perjuangannya dan setelah aku tiada mungkin ada yang melanjutkan perjuanganku dan rantai perjuangan ini akan terus berlanjut tanpa putus.

Leluhur kami datang dari Bumi ke tata surya Api Nila pada tahun 2100. Bumi benar-benar rusak parah setelah leluhur kami mengabaikan semua peringatan tentang perubahan iklim drastis. Permukaan laut naik gila-gilaan mulai tahun 2030 dan tidak lama kemudian kota-kota besar dekat pantai tenggelam ke dasar lautan satu per satu, kemudian gugusan pulau-pulau ikut ternggelam, sampai akhirnya seluruh daratan berada di bawah air. Leluhur kami yang kaya raya, bukan cuma jutawan tapi sudah jadi super-duper kaya, melarikan diri ke tata surya asing sekitar 36 tahun cahaya dari Bumi dan di situlah mereka membangun peradaban baru.

Ada dua planet besar di tata surya asing ini: Beringin Putih yang cantik—tempat asal istriku—dan tempat wisata terkenal, Sycamore Merah. Sebagian besar penghuni dua planet tersebut masih menjaga budaya dan tindak tanduk yang mereka bawa serta dari Bumi. Ini artinya orang-orang di kedua planet tersebut masih merayakan Halloween, Hanukkah, Valentine, atau perayaan apa pun yang mereka sukai. Aku pikir itu ide bagus, tradisi memang harus dijaga agar tidak terlupakan.

Ada dua planet lain yang lebih kecil, tempat asalku Elm Hitam dan tempat asal orangtuaku Cemara Perak. Semua planet tersebut diperintah oleh suatu Dewan Antar Planet, sekelompok wakil rakyat yang seharusnya demokratis (nanti kamu ahu sendiri kenapa aku bilang "seharusnya"). Cemara Perak adalah yang paling beda di antara empat planet yang sudah aku sebutkan: kepemilikan dan hak kuasa planet tersebut dibagi dua antara pemerintah Elm Hitam dan pemerintah Sycamore Merah. Kenapa? Kembali ke sejarah. Apakah aku membuatmu bosan?

Aku tidak akan menjelaskan terlalu detail tapi intinya para anggota Dewan Antar Planet memandang orang-orang dengan disabilitas sebelah mata dan menganggap mereka beban. Kalau ada orang dengan disabilitas yang bisa bertahan hidup di tata surya Api Nila pada masa itu, aku bertaruh itu pasti karena disabilitas mereka bukan jenis yang mempengaruhi seberapa produktif mereka. Parah banget, kan? Awalnya aku tidak tahu semua itu sampai sala satu teman Moira, Vannie, kebetulan dia pemakai kursi roda, membicarakan hal ini saat kuliah. Terus juga ada Rain, teman kami yang kebetulan bisu dan berkomunikasi dengan bahasa isyarat. Vannie and Rain sama-sama menguliahi Moira dan aku tentang gerakan hak-hak asasi orang dengan disabilitas walau pun gerakan itu terjadi berabad-abad yang lalu. Di samping itu, kakak iparku Kenta itu tuli dan bisa dimaklumi dia juga sangat memahami sejarah gerakan penuntutan pemenuhan hak asasi orang dengan disabilitas di tahun 2200an. Setiap kali aku ingat pembicaraan kami, aku bisa membayangkan ekspresi terluka Kenta seolah-olah dia sendiri salah satu orang dengan disabilitas yang menderita di bawah penindasan pemerintah yang kejam.

Di tahun 2200an orang dengan disabilitas diperlakukan lebih kejam dari perlakuan orang ke kucing jalanan—kaum diabilitas di kurung di gedung-gedung milik pemerintah dan tidak diperbolehkan beranak pinak. Aku sendiri tidak peduli soal perkembangbiakkan manusia, tapi tidakkah kamu pikir bahwa melarang manusia untuk berkeluarga hanya karena disabilitas itu sesuatu yang salah dan tidak berperikemanusiaan? Beberapa orang yang pemberani mengatur acara-acara kampanye dan protes menentang peraturan tersebut dan meminta kebijakan dikaji ulang. Pemerintah Sycamore Merah bersimpati pada para demonstran tapi tidak dengan pemerintah Elm Hitam. Ini sebabnya Cemara Perak dibagi menjadi dua— sejarah leluhur kami kelam dan penuh bukti-bukti penindasan. Ternyata ada juga manusia yang percaya ada di antara kita yang tidak diciptakan setara dan sederajat.

Perpisahan politik itu tidak melulu buruk, sih. Di tahun 2300an, setelah gedung-gedung yang dipakai mengurung orang dengan disabilitas akhirnya ditutup, pemerintah Sycamore Merah mendirikan Akademi Untuk Orang-Orang Dengan Mental Terbelakang supaya kaum disabilitas bisa mendapatkan pendidikan yang layak dan punya pekerjaan yang baik, tidak sekedar menjadi buruh atau kuli. Pada tahun 2400an nama akademi itu berubah menjadi Universitas Biologi Asing Anggrek Biru karena ternyata banyak juga mahasiswa tanpa disabilitas yang diterima masuk dan ada banyak permintaan supaya akademi tersebut menawarkan jurusan-jurusan yang khusus mempelajari ilmu biologi spesies asing. Lambat laun akademi tersebut berkembang menjadi universitas bergengsi bagi mahasiswa yang ingin mendalami ilmu alam.

Kalau masih belum jelas juga, Anggrek Biru adalah alma mater aku dan Moira. Kami sama-sama lulus di tahun 2629 dengan gelar Sarjana Ilmu Pasti di bidang biokimia. Fakta pertama: orangtua Moira adalah salah dua dari sekian banyak orang yang berjuang memerdekakan kaum disabilitas, jadi Moira ini keturunan dari angkatan pertama para mahasiswa Anggrek Biru yang terlibat pemberontakan terhadap kesewenang-wenangan pemerintah antar planet. Fakta kedua: Moira sendiri mengidap semacam gangguan keterlambatan/hambatan perkembangan.

Kembali ke pelajaran sejarah. Iya, aku terus menerus membicarakan sejarah, tapi dengarkan sajalah. Jadi, setelah pemberontakan selesai, hidup orang-orang di tata surya Api Nila tidak selalu berjalan mulus. Seolah-olah tidak belajar dari kesalahan leluhur kita di Bumi dulu, di tahun 2450an orang-orang dengan gegap gempita menyambut suatu inisiatif pemerintah untuk mulai menambang permata dan mineral yang tersembunyi jauh di bawah tanah. Di antara beberapa sumber daya alam yang paling berharga secara ekonomi dan paling sering ditambang, salah duanya adalah permata bernama Pronas dan Quenax. Dua permata tersebut dipakai untuk membuat bahan bakar yang menjadi bensi untuk pesawat luar angkasa.

Hampir dua abad kemudian, Moira dan aku menentang kebiasaan buruk itu—kebiasaan mengeruk sumber daya alam tanpa memperhatikan akibat buruknya untuk jangka panjang. Saat itu kami berdua hanyalah mahasiswa tahun pertama yang kebetulan sedang melakukan studi lapangan, kami sama sekali tidak menyangka akan berhadapan dengan sebuah perusahaan pertambangan raksasa. Kalau dipikir-pikir, ajaib sekali aku, Moira, dan teman-teman kami saat itu mampu menjadi berani dan menggugat sekelompok orang yang ingin mengeksploitasi lingkungan hidup di planet tempat kami studi lapangan. Ingatanku tentang bagaimana kami bisa sampai di titik itu sudah mulai memudar dan kabur, jadi sembari aku tetap merekam pesan-pesanku akan ada beberapa komentar dari sahabat-sahabat kami. Aku hanya ingat satu hal, aku cukup yakin semua ini ada hubungannya dengan sumpah Moira yang saat itu ingin menyelamatkan spesies terlindungi yang pastinya akan punah kalau saja rencana-rencana pemilik perusahaan tambang raksasa tadi tidak digagalkan tepat waktu. Moira memang orang yang pantas dicintai—pintar, penuh perhatian, tidak egois, dan rendah hati.

Berbicara panjang lebar sangat melelahkan, aku harus istirahat sekarang, sampai jumpa di rekaman suara berikutnya.

[Klik, alat perekam suara mati]

Mencari HarapanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang