Sudah dua hari berlalu sejak Moira mendengar berita penerimaan dari Lee. Hatinya masih berbunga-bunga dan berkali-kali sudah dia mengecek apakah dia tidak sekedar salah paham pada perbincangan mereka. Kopernya sekarang sudah selesai dikemas dan penuh dengan barang-barang yang akan dibawa ke kampus, termasuk boneka empuk dari Neesa, buku tentang unsur kimiawi buah-buahan dari Paman Martin, dan baju-baju baru dari Bibi Zoe. Dalam dua setengah minggu lagi, Moira akan terbang menuju planet Sycamore Merah, sekitar empat hari perjalanan dari planet Beringin Putih. Neesa sudah membelikan Moira banyak cemilan untuk dinikmati di pesawat luar angkasa, termasuk mangga dan nanas kering.
Moira sekarang masih bangun dengan mata terbuka lebar di kamarnya karena dia terlalu bersemangat memulai perkuliahannya dan akhirnya gadis itu memutuskan untuk membaca silabus untuk kelas-kelas biokimia yang akan diajarkan Lee bersama dengan beberapa dosen lain. Ada setidaknya empat kelas yang menarik perhatian Moira: Kesehatan Lingkungan Hidup dan Restorasi Habitat, Elemen-Elemen Habitat yang Sehat, Program Penjelajahan Petualang Pemberani, dan Pengantar Struktur Biokimia Hewan. Moira tahu cepat atau lambat dia harus mengambil semua kelas tersebut untuk menyelesaikan studi S1, tapi dari empat kelas yang diampu Lee program penjelajahan itu yang paling diminatinya. Lee sudah menuliskan di deskripsi kelas bahwa kelas tersebut akan mencakup sejarah sosiobudaya spesies yang terancam punah di planet Sycamore Merah, spesies yang juga dikenal dengan nama Gaburs. Beberapa waktu yang lalu, Neesa sempat menjelaskan ke Moira bahwa Gaburs adalah spesies yang terancam punah karena keberhasilan perkembangbiakkan mereka sangat rendah, tapi tentu saja silabus kuliah Moira punya lebih banyak informasi lagi—para Gaburs, juga dijuluki gajah bersayap, hanya hidup di sebuah kampung kecil yang terkucil yang dinamai Bukit Emas. Para penghuni kampung itu, dikenal sebagai suku Pohon Kecil, dulunya menganggap para Gaburs sebagai binatang suci peliharaan para dewi. Beberapa dekade belakangan, arus modernisasi di Bukit Emas berefek negative pada jumlah orang-orang suku Pohon Kecil yang masih berpegang teguh pada kepercayaan lama mereka, jadi sekarang ini hampir tidak mungkin menemukan seorang anggota suku Pohon Kecil yang masih menyembah para Gaburs. Tanah terkucil suku pinggiran itu sekarang dibuka untuk turisme dan beberapa bagian hutan sudah ditebang untuk dijadikan perkemahan, akhirnya para Gaburs mengungsi ke bagian hutan yang belum digunduli. Memang ada beberapa usaha untukmenyelamatkan para Gaburs, misalnya dengan didirikannya situs konservasi, tapi pada umumnya orang-orang Pohon Kecil tidak begitu peduli tentang kesejahteraan para Gaburs dan menganggap kumpulan binatang itu sebagai penggenjot roda ekonomi dan turisme. Seakan itu belum cukup buruk, tanah tempat tinggal orang suku Pohon Kecil diketahui sebagai tanah yang kaya akan Pronas dan Quenax, dua batu permata langka yang bisa dijual dengan harga mahal ke perusahaan pembuat baterai pesawat luar angkasa. Bisa ditebak, keberadaan batu permata ini akan menarik perhatian perusahaan-perusahaan tambang walau sejauh ini belum ada perusahaan yang dibangun di Bukit Emas. Walau demikian, ada desas-desus bahwa ada wanita muda pengusaha bernama Deandra Milton yang digadang-gadang menjadi orang yang paling mungkin membayar harga tertinggi untuk izin membangun anak perusahaan tambang. Darah Moira mendidih, dia benci orang-orang yang hanya memikirkan duit dan tidak punya kepedulian pada hal lain.
Telepon genggam si gadis remaja itu bergetar dan ada beberapa pesan masuk. Moira membaca pesan yang pertama, pesan dari Kenta, dan berpikir jangan-jangan cowok satu itu sedang ingin mendiskusikan penelitiannya yang sekarang sudah selesai. Moira belum sempat bilang selamat ke cowok itu atas keberhasilannya meraih gelar doktoral, jadi dia senang Kenta kirim pesan di saat dia sedang sulit tidur.
Hei, awalnya aku berniat menunggu sampai kamu menjejakkan kaki di Anggrek Biru untuk kasih tahu hal ini, tapi terus aku mikir masa bodoh, ngapain nunggu, berita ini terlalu bagus untuk tidak segera aku sampaikan. Moira, sepertinya aku tidak harus meninggalkan kampusku yang tersayang! Aku direkrut para petugas Pusat Kepenulisan sebagai asisten penulisan karangan akademik. Keren, kan? Kalau kamu perlu bantuan menulis esai atau apa pun yang berhubungan dengan tulis menulis, kunjungi aku. Aku akan mencoba untuk tidak memberikanmu perlakukan istimewa tapi aku tahu kamu akan menjadi salah satu mahasiswa yang paling aku sukai.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mencari Harapan
Science FictionThe translated Indonesian version of "Looking for Hope" (Versi terjemahan Bahasa Indonesia dari novel pertama saya) Setelah kota-kota besar tenggelam ke dasar lautan di akhir abad 21, para penghuni Bumi yang terkaya kabur dan mendirikan koloni-kolon...