Catatan penulis: Nardho sudah berhenti membuat rekaman suara setelah yang kita dengar di bagian sebelum ini. Bagian-bagian berikutnya adalah sudut pandang orang ketiga maha tahu. Namun demikian, rekaman suara Nardho akan kembali lagi di Epilog.
Sekarang setelah ada cerita mengenai apa yang di masa lalu yang membuat tata surya Api Nila seperti sekarang di masa Moira ini, saatnya menelusuri asal-usul keluarga Moira. Moira menjadi yatim piatu di tengah perang saudara yang pecah ketika Elm Hitam dan Sycamore Merah saling berseberangan ideology tentang boleh tidaknya menindas kaum dengan disabilitas. Bagaimana Moira bisa menjadi yatim piatu? Oh, ceritanya rumit namun ini versi singkatnya.
Ayah dan Ibu dari Moira, pendukung keras gerakan hak asasi orang dengan disabilitas yang sama-sama menyandang catat fisik bernama spina bifida atau kelainan tulang belakang, berjuang ikut protes dan membagikan brosur untuk meminta orang-orang memnandatangani petisi yang intinya mendesak pemerintah Elm Hitam dan perwakilan antar planet untuk berhenti bersikap jahat ke kaum dengan disabilitas. Pemerintah dari sisi Cemara Perak yang dimiliki Elm Hitam, sama saja dengan pemerintahan lainnya sepanjang sejarah yang validitas kekuasaannya dipertanyakan, mencoba untuk membungkam orangtua Moira dengan membujuk mereka dengan janji-janji mobil mewah dan tiket liburan ke pulau tropis, namun orangtua Moira berpendirian kuat dan tidak bisa disuap. Putus asa dalam usaha mereka untuk membuat para aktivis diam membisu, pemerintah yang disebutkan tadi menangkap pasangan muda ini dan menjebloskan mereka ke penjara, di mana mereka sama sekali tidak punya akses ke perawatan medis dan akibatnya kesehatan mereka menurun. Ajaibnya, Ibu dari Moira hamil di penjara dan di tengah kekacauan itu Moira lahir walau sang ibu meninggal saat melahirkan. Bagaimana dengan sang ayah? Takdir sang ayah tidak bagus dan beliau meninggal dunia setelah suatu kesalahpahaman dengan penghuni penjara lain berujung ke baku hantam di mana beliau dihajar sampai menghembuskan nafas oleh penjaga penjara, hanya satu bulan setelah kelahiran Moira. Beliau tidak pernah mendapatkan prosesi pemakaman yang layak.
Kalian mungkin bingung karena di prolog saya bilang Moira adalah keturunan salah satu mahasiswa angkatan pertama Universitas Anggrek Biru. Beri saya waktu untuk menjelaskan. Perang saudara yang saya sebut di atas beda dengan perang yang saya sebut di prolog. Apa yang terjadi adalah ini: secara teknis memang peperangan yang dimaksud di prolog itu sudah selesai ketika pemerintah Sycamore Merah mendirikan Universitas Anggrek Biru, tapi di area planet Cemara Perak yang dikuasai Elm Hitam, masih ada diskirminasi terhadap kaum disabilitas (walau seharusnya tidak legal) dan itu yang ditentang habis-habisan oleh orangtua Moira. Sebelumnya, mereka berdua adalah mahasiswa jurusan kelautan di Universitas Anggrek Biru, namun kemudian mereka memutuskan cuti kuliah satu atau dua tahun untuk fokus ke aktivisme mereka. Sayang sekali, keputusan itu berujung pada kematian mereka.
Karena tidak ada orang yang bisa merawatnya atau mengklaim hak asuh, bayi Moira dikirim ke panti asuhan terdekat sampai bibinya, adik perempuan termuda dari sang ibu dari planet Beringin Putih, melacak bayi Moira sampai ke planet Cemara Perak dan menandatangani berkas-berkas resmi untuk mengadopsi Moira sebagai wali yang sah.
Sang bibi menikah tidak lama setelah adopsi ini dan putri kandungnya, Neesa, tumbuh besar dengan Moira dan menganggap Moira sudah seperti kakak sendiri. Dua sepupu tersebut tidak terpisahkan dan sering dikira anak kembar karena wajah mereka memang mirip dan usia mereka juga hanya selisih setahun beberapa bulan. Bahkan setelah Moira didiagnosis dengan gangguan keterlambatan perkembangan pada usia delapan tahun dan Neesa didiagnosis dengan gangguan hiperaktif, kedua gadis tersebut masih berbagi rahasia, berbagi mainan, dan bermain dengan satu sama lain seperti yang selalu mereka lakukan sejak kecil.
Cerita dipercepat dan di sinilah kita, di awal mula perjalanan Moira. Moira sekarang berusia tujuh belas tahun dan sedang di tahun terakhir di sekolah menengah atas, Akademi IPA Lili Hijau. Karena dia tertarik oleh kimia dan fisika, Moira selalu menghabiskan jam-jam pulan sekolah di laboratorium SMAnya, membatu guru-gurunya membaca laporan-laporan para murid yang lain tentang percobaan ilmiah mingguan yang mereka buat. Tetapi, suatu hari di musim gugur, Moira meminta izin untuk tidak membantu di laboratorium. Moira terlalu gembira menanti kepulangan Neesa dari program magang di planet tetangga dan akibatnya dia kurang bisa konsentrasi di laboratorium.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mencari Harapan
Science FictionThe translated Indonesian version of "Looking for Hope" (Versi terjemahan Bahasa Indonesia dari novel pertama saya) Setelah kota-kota besar tenggelam ke dasar lautan di akhir abad 21, para penghuni Bumi yang terkaya kabur dan mendirikan koloni-kolon...