Part 1

48 9 0
                                    

Saat ini upacara sedang berlangsung seperti yang biasanya dilakukan pada hari senin. Sebagian murid sudah mengeluh agar pemilik sekolah menghentikan amanat yang disampaikannya. Pemilik sekolah datang hari ini karena akan memberikan langsung piala kepada murid yang memenangkan lomba kemarin.

“Baiklah saya persingkat saja waktunya, selamat kepada Adelia Faranisa dari kelas 12 MIPA 3 yang telah juara 2 di lomba OSN tingkat Nasional.”

Suara tepuk tangan yang riuh langsung terdengar tanpa diminta. Sang pemilik nama pun langsung berjalan menuju ke depan. Sesampainya di depan, pemilik sekolah menyerahkan piala dan terjadilah sesi foto foto dan basa basi, untungnya saja murid yang lainnya sudah diperbolehkan kembali ke kelas nya masing masing.

Setelah selesai sesi foto dan basa basi tadi, piala dikembalikan ke tempat khusus piala piala. Dan Adelia diperbolehkan untuk kembali ke kelas karena bel masuk akan segera berbunyi.
Bel berbunyi yang membuat seluruh murid terpaksa duduk di tempat nya masing masing. Koridor sudah sepi karena aturan di sekolah ini cukup ketat.

“Adelia, kamu dipanggil pemilik sekolah.” ucap guru yang baru saja duduk

“Sekarang bu?”

“Iya.”

Adelia menoleh kepada teman temannya,

“Tadi gue gak telat padahal.”

“Kesana aja dulu.” ucap Dita teman sebangkunya

“Adelia.” panggil sang guru karena melihat Adelia tidak ada tanda tanda untuk beranjak dari kursinya

“Iya bu.”

Adelia berjalan sendirian di koridor dengan berbagai pertanyaan yang bersarang di otaknya. Ia tidak melakukan pelanggaran apapun hari ini, mengapa dirinya dipanggil. Belum terjawab semua pertanyaannya, ia Adelia sudah sampai di depan ruangan pemilik sekolah.

Dirinya menarik nafas dan membuangnya dengan perlahan lalu membuka pintu di depannya, tak lupa mengetuk pintu sebelumnya, “Permisi Pak.”

Sang pemilik sekolah, Pak Yudha mempersilahkan Adelia untuk duduk di hadapannya. Entah kenapa anak Pak Yudha ada disini, duduk disebelahnya. Ada Bu Laras juga dihadapannya. Rasa panik yang tadi sudah hilang, kini kembali melandanya.

“Adelia.”

“Iya Pak.”

“Saya mau kamu jadi guru private untuk anak saya.”

“Hah?” ucap Ezra dan Adelia bersamaan

“Pa, apaan sih, aku gak mau private lagi.”

“Kamu udah kelas 12 Zra.”

Baru saja Ezra hendak berbicara lagi, Pak Yudha sudah berbicara terlebih dahulu, “Kamu bisa memikirkannya dulu, beri saya jawabannya besok.”

“Baik Pak.”

Pak Yudha menyodorkan selembar kertas ke Adelia, “Ini ada perjanjian, dan uang yang akan kamu dapatkan, bisa dibaca dulu.”

Adelia mengambil selembaran kertas tersebut dan membacanya dengan perlahan. Adelia sangat terkejut saat melihat uang yang akan ia dapatkan jika dirinya menerima tawaran tersebut.

“Ini bener segini Pak?”

“Iya benar, dan kamu akan mendapatkan tambahan jika Ezra bisa masuk 10 besar saat UN nanti.”

“Pa, Ezra gak mau.”

“Kalian boleh kembali ke kelas dan Adelia, jangan lupa beri saya jawabannya besok.”

“Baik Pak, saya permisi.”

“Pa.”

“Ezra.”

Jika sudah begini, keputusan Papanya tidak akan bisa diganggu gugat lagi oleh Ezra, sekalipun dirinya memohon dengan berbagai cara.

Ezra berdiri di depan Adelia, menghalanginya untuk jalan, “Lo jangan mau ya plis.”

“Masih gue pikirin.”

“Ezra.”

Mereka berdua menoleh saat Bu Laras memanggil Ezra. Tidak ingin tahu apa yang akan mereka bicarakan, Adelia tersenyum dan sedikit membungkukkan badannya untuk pamit kembali ke kelasnya.

Adelia merubah tujuannya yang ingin kembali ke kelas menjadi ke kantin hanya untuk sekedar membeli air mineral. Temannya tadi memberitahunya bahwa guru berhalangan untuk hadir.

Baru saja Adelia ingin membuka pintu kulkas, pintunya ditutup kembali oleh seseorang. Adelia menaikkan pandangannya untuk melihat siapa yang menutup pintu tersebut.

“Kenapa?”

“Jadi guru private gue ya plis.”

Kening Adelia berkerut, apa dirinya tidak salah dengar barusan. 5 menit yang lalu ia dengar bahwa Ezra tidak mau jika dirinya menjadi guru private nya dan sekarang ia malah meminta dirinya untuk menjadi guru private nya.

“Mau lo apa sih, tadi gak mau sekarang malah mau.”

“Ayolah, gue denger lo kerja part time di kafe, kan lumayan biar lo gak kerja lagi.”

“Nanti gue pikirin.”

“Gak usah mikir lagi lah.”

“Kok maksa sih.”

“Mana hp lo?”

Dengan spontan Adelia mengeluarkan ponselnya yang ada di saku rok nya,

“Ini.”

Ezra langsung mengambil ponsel tersebut. Adelia yang melihatnya barusan langsung terkejut saat ponselnya diambil paksa. Ezra yang melihat Adelia akan mengambil kembali ponselnya, tangannya menahan kepala Adelia.

“Balikin, apa apaan sih lo.”

Setelah apa yang mau ia dapat, Ezra mengembalikan ponsel Adelia, “Nih.”

“Ngapain lo?”

“Minta kontak lo.”

Adelia membuka semua aplikasi chat di ponselnya, dan benar saja, Ezra menambahkan kontak nya. Baru saja Adelia akan protes, Ezra sudah tidak ada di kantin. Adelia mengambil air mineral dan memberikan uang kepada sang penjual.

“Udah dibayar mba tadi sama mas Ezra.”

“Beneran bu?”

“Iya.”

***

Wajah lelah sudah mendominasi kelas 12 MIPA 3 ini. Sebentar lagi bel pulang akan berbunyi, hanya sedikit yang masih mendengarkan penjelasan dari sang guru yang masih berbicara tanpa lelah di depan.

Akhirnya yang ditunggu semua murid datang, bel pulang baru saja berbunyi. Guru sudah keluar dan hanya menyisakan beberapa anak di kelas.

“Jadi gimana Del?” tanya Dita tiba tiba

“Apanya yang gimana?” tanya Adelia kembali

“Itu jadi guru private nya Ezra.” jawab Kamila

“Terima aja lah, Cuma harus sabar aja sama sepupu gue.” ucap Diva, ia dan Ezra memang memiliki hubungan darah

“Terima aja, biar lo gak usah kerja lagi di cafe kan capek.”

“Iya biar lo bisa lebih fokus belajar juga.”

“Masih gue pikirin sih.”

“Gak usah mikir lah, terima aja.”

“Kok lo maksa semua sih.”

“Kan buat lo juga.”

“Tau ah, gue mau kerja dulu.”

UnexpectedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang