Part 2

30 7 0
                                    

Jam sudah menunjukkan pukul 06.50 dan Adelia masih ada di dalam angkutan kota dan terjebak macet di jalan. Keringat dingin sudah meluncur bebas di dahi nya, pasalnya pagi ini ia ada ulangan Biologi.

Adelia merutuki dirinya karena lebih memilih naik angkot daripada mencari terlebih dahulu di mana kunci motornya berada. Sehabis pulang dari kafe, Adelia asal menaruh kunci motornya dan langsung belajar untuk ulangan.
Jaraknya memang hanya tinggal 1 kilometer lagi untuk sampai ke sekolah, tetapi untuk Adelia yang hanya kuat berlari setengah keliling lapangan sekolahnya, 1 kilometer terasa jauh sekali.

Tidak ada pilihan lain, Adelia turun dari angkutan kota dan berlari menuju ke sekolah. Adelia memeriksa jam tangannya dan kurang 5 menit lagi bel masuk berbunyi. Suara klakson membuat Adelia merutuki semua pengendara di jalanan ini.

"NISA!"

Adelia ingin menoleh tetapi di jalanan ini kan bukan dia doang yang memiliki nama Nisa. Daripada ia sudah menoleh ternyata orang tersebut bukan memanggilnya kan jadi malu.

"WOI NISA INI GUE EZRA!"

Kaki Adelia seketika berhenti saat itu juga, ia membungkukkan badannya dan mengatur nafasnya yang tersenggal.

"Buruan naik."

Hanya memakan waktu kurang dari 5 menit untuk sampai di sekolah. Pak satpam yang baru akan menutup pintu gerbang tidak jadi karena motor Ezra yang datang dengan tiba tiba.

"Makasih ya." ucap Adelia sambil berlari menuju kelasnya

***

Waktu istirahat telah tiba, kantin sudah penuh sekarang, untung saja Adelia dan kawan kawannya mendapatkan tempat untuk makan.

Tiba tiba saja terdengar keributan di pintu kantin, Adelia tidak mau menghiraukannya, ia lebih memilih untuk mengisi ulang perutnya yang terkuras karena ulangan biologi tadi.

"Bantuin gue dong plis."

Adelia yang sedang makan langsung berhenti karena tiba tiba saja ada Ezra di hadapannya, "Apa?"

"Bantuin kerjain tugas matematika gue."

Baru saja Ezra mengatakan hal tersebut, suara melengking guru terdengar di pintu kantin. Semua murid yang ada di kantin meringis mendegar suara tersebut.

"Ezra ikut ibu ayo."

Ezra meringis karena mersakan perih yang menjalar di telinganya akibat jeweran dari guru matematika nya itu, "Bu sakit bu."

"Kamu ditunggu Papa kamu sekarang."

"Ah ibu mah mainnya ngadu ke papa saya."

"Oiya, Adelia kamu juga ditunggu Pak Yudha."

"Baik bu."

Mereka bertiga berjalan menuju ruangan Pak Yudha masih dengan Ezra yang telinganya ditarik oleh guru matematikanya, katanya takut kabur.
Adelia yang baru saja akan mengetuk pintu di depannya ini, kalah cepat oleh Ezra yang langsung membukanya tanpa diketuk ataupun memberi salam.

"Enak dijewer?"

"Gila kali yang bilang enak."

"Jadi gimana Adel, kamu menerima tawaran saya?" tanya Pak Yudha

Adelia menganggukan kepalanya, "Saya terima pak."

"Baik nanti sore langsung mulai."

Ezra yang tadi duduk bersandar di sofa langsung menegakkan tubuhnya, "Nanti sore banget pa?"

"Gak mau? Yaudah Papa panggilin guru private yang kemarin."

Ezra langsung menggelengkan kepalanya kuat, "Gak mau Pa, iya nanti sore belajar."

UnexpectedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang